< Previous246 sering terjadi ternak dalam keadaan sehat, segar, ternyata tubuhnya sudah terinfeksi kuman tuberkulosis. Kasus seperti ini baru diketahui setelah ternak dipotong dan diperiksa pasca mati, ternyata memperlihatkan lesio yang sudah meluas dan adanya tuberkel pada paru–paru maupun pada organ lainnya. Jadi pada keadaan kronis, penderita dapat menjadi sumber penularan penyakit tuberkulosis. Selain ternak kuda dan babi, jenis ternak yang sering terserang penyakit tuberculosis adalah sapi, kerbau, dan domba. Gejala sakit : Ternak yang terserang penyakit ini akan memperlihatkan gejala-gejala klinis yang bervariasi seperti : tubuh tampak kurus, lesu dan lemah batuk-batuk, pernafasan terganggu bulu kering dan suram (tidak mengkilat) kurang nafsu makan bila yang terkena infeksi adalah bagian usus maka akan terjadi kolik, dan apabila yang terkena infeksi bagian ginjal maka urinenya berwarna merah karena mengandung darah. Penentuan diagnosis penyakit dapat dilakukan dengan cara memperhatikan gejala klinis yang tampak, disertai dengan uji tuberkulinasi, pemeriksaan histopatologi, pemeriksaan biakan, suntikan pada hewan pecobaan, dan pemeriksaan serologis. Uji tuberkulinasi adalah uji ketebalan kulit sebelum dan sesudah penyuntikan tuberkulin. Cara pencegahan dan pengobatan penyakit : 247 Pengobatan bagi ternak yang sakit tidak dilakukan karena tidak ekonomis, memerlukan perawatan yang lama, padahal penyakit ini dapat menular atau membahayakan baik untuk sesama ternak maupun manusia (zoonosis). Sehingga jika melalui uji tuberkulinasi, ternak diketahui sakit tuberkulosis harus segera disingkirkan dan dipotong. Pencegahan dilakukan dengan uji tuberkulinasi secara berkala yaitu satu tahun sekali terutama didaerah–daerah yang sering wabah tuberculosis. Susu dari ternak yang sakit tidak boleh diminum, karena susu dari ternak yang sakit merupakan sumber penularan penyakit bagi manusia. Sementara daging ternak yang sakit boleh di konsumsi dengan catatan memperhatikan syarat–syarat tertentu yang ditetapkan oleh petugas pemeriksa daging. c) Penyakit Ngorok pada Babi dan kuda Penyebab Penyakit : Sebagaimana terlah dijelaskan pada bab depan tentang penyakit menular pada ternak ruminansia yang disebabkan oleh bakteri, penularannya Penyakit ngorok/Septichaemia epizooticae/SE terjadi melalui saluran pencernaan dan pernapasan. Infeksi kuman pasteurella berlangsung melalui tonsil, pada mulanya akan menimbulkan pembengkakan pada daerah farink, ternak yang sangat peka biasanya akan mati dalam waktu 24 jam sejak terjadinya infeksi. Selain pada Kuda dan babi penyakit ini merupakan penyakit yang banyak diderita pada sapi, kerbau, dan domba. Gejala sakit : Gejala klinis yang timbul pada ternak yang menderita penyakit ngorok antara lain : 248 demam yang mencapai 40-410C dari mulut menganga keluar buih (salivasi) penderita terlihat berbaring, malas bergerak, nafsu makan berkurang mengalami kesukaran bernafas, dan terdengar seperti ngorok busung yang meluas ke daerah leher bagian ventral sampai ke gelambir dan kadang–kadang sampai ke salah satu atau kedua kaki depannya. Gejala klinis yang tampak khususnya adanya pembengkakan di daerah farink dan leher, dapat dijadikan dasar untuk menentukan diagnosis. Jika tidak disertai pembengkaan di daerah tersebut diagnosis dapat mengalami kesulitan karena dikacaukan dengan gejala penyakit antrax. Oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium terhadap kuman pasteurella yang berasal dari cairan radang, cairan busung atau preparat ulas darah. Cara pencegahan dan pengobatan penyakit : Pencegahan penyakit SE dilakukan dengan cara : Untuk daerah bebas SE, tindakan pencegahan didasarkan pada peraturan yang ketat terhadap pemasukan ternak ke daerah tersebut Untuk-daerah-daerah tertular, ternak-ternak sehat divaksin dengan vaksin oil adjuvan Ternak yang tersangka sakit dapat dipilih salah satu perlakuan sebagai berikut : o Penyuntikan antiserum dengan dosis pencegahan o Penyuntikan antibiotik o Penyuntikan kemoterapika 249 o Penyuntuikan antiserum dan antibiotik atai anti serum dan kemoterapika Untuk daerah-daerah tertular, ternak-ternak sehat divaksin dengan vaksin oil adjuvant, Vaksinasi dilakukan pada saat tidak ada kejadian penyakit. Pada ternak tersangka sakit dapat dipilih salah satu dari perlakuan penyuntikan antiserum dengan dosis pencegahan, penyuntikan antibiotika, penyuntikan kemoterapetika, kombinasi penyuntikan antiserum dengan antibiotika atau kombinasi antiserum dengan kemoterapetika. Penyakit ngorok merupakan jenis penyakit yang termasuk berlangsung sangat cepat dengan masa inkubasi 1–2 hari. Sehingga upaya pengobatan kadang–kadang tidak dimungkinkan. Oleh karena itu pengobatan dapat memberikan hasil apabila dilakukan sedini mungkin. Pemberian obat sulfadimidine dan antibiotika berspektrum luas merupakan suatu tindakan kuratif yang bisa dilakukan. Tindakan yang sebaiknya dilakukan adalah pencegahan dengan vaksinasi secara teratur setiap tahun. d) Penyakit Ingus Jahat pada Kuda Penyebab Penyakit : Disebabkan oleh bakteri Pseudomonas mallei. Kuman ini tidak memiliki resistensi tinggi dan tidak tahan hidup di luar tubuh lebih dari beberapa minggu. Penyakit ingus jahat dikenal sebagai penyakit infeksi yang kronis dan banyak ditemukan pada ternak berkuku satu seperti kuda. Penyebaran penyakit terjadi dengan kontak langsung melalui bahan pakan, tempat pakan, alas kandang, bak air, dan pakaian kuda. 250 Gejala Sakit : Gejala klinis sering tidak tampak pada kuda penderita ingus jahat kronis, sehingga ternak tersebut bersifat sebagai pembawa penyakit atau sebagai sumber penularan bagi kuda sehat lainnya. Gejala akan tampak apabila kuda mengalami stress akibat kerja berlebihan atau kekurangan pakan. Kuda yang sakit akan memperlihatkan tanda–tanda sebagai berikut: Kondisi tubuh menurun dan mudah lelah Bulu kasar dan tidak mengkilat Kehilangan nafsu makan Demam berselang–seling (sebentar demam, sebentar tidak) Dari salah satu atau kedua lubang hidung keluar leleran berwarna kuning kehijauan, bercampur darah kental tetapi tidak bau. Diagnosis penyakit dapat ditentukan dengan memperhatikan gejala-gejala klinis yang tampak dan disertai pemeriksaan bakteriologi serta uji serologi. Untuk memastikan adanya penyakit dapat juga dilakukan uji mallein, yaitu uji yang dilakukan dengan cara meneteskan zat mallein ke mata kuda. Jika kuda menderita malleus, mata akan menunjukkan peradangan. Zat mallein adalah zat yang mengandung kuman malleus yang sudah dilemahkan. Cara pencegahan dan pengendalian : Untuk menolong penderita dapat dilakukan pengobatan, walaupun pengobatan memakan waktu lama, mahal dan kurang berhasil. Obat yang dapat diberikan adalah Sodium solfadiasin Upaya pencegahan dilakukan dengan beberapa tindakan : 251 Uji mallein yang terukur dan jika ternyata terdapat ternak yang menderita disarankan segera dipotong Melaksanakan program desinfeksi secara intensif Meningkatkan pengawasan lalu lintas ternak, untuk menekan tingkat penyebaran penyakit yang lebih luas. e) Penyakit Ingus Tenang pada Kuda Penyebab Penyakit : Penyakit ingus tenang (Strangles /adenitis equorum) merupakan penyakit akut yang contagious yang menyerang kuda. Penyebab penyakit ingus tenang adalah kuman Streptococcus equi, yaitu bakteri yang berbentuk seperti rantai panjang. Ingus tenang menupakan penyakit akut yang menular. Penyakit ini banyak menular pada kuda–kuda muda (berumur 2 tahun). Infeksi kuman dapat terjadi pada waktu bernapas atau masuk karena tertelan. Kuman yang masuk menyebabkan radang tekak (faringitis) yang akut disertai radang selaput lendir hidung (rhinitis). Jika penderita kurang kebal, penyakit dapat berlanjut lebih parah, yang dapat mengakibatkan terbentuknya nanah (abses) pada kelenjar limfa faringeal dan sub maksiler, yang merupakan tanda penyakit ingus tenang. Infeksi ingus tenang juga dapat menyebar ke bagian bawah kepala sampai paru–paru, sehingga menyebabkan radang paru–paru. Gejala Sakit : Penyakit ingus tenang ditandai dengan : Kenaikan suhu tubuh sampai 40°C Kehilangan nafsu makan dan minum 252 Terlihat leleran hidung yang mula–mula sedikit dan jernih menjadi banyak dan bernanah Kepala dijulurkan ke muka dan kadang–kadang disertai batuk Setelah 2–3 hari timbul abses pada kelenjar limpa faringeal dan submaksiller yang akhirnya pecah dan mengeluarkan nanah yang kental Ternak akan sembuh dalam waktu 2–3 minggu. Jika terjadi komplikasi, pembentukan nanah menyebar di dalam tubuh, akan mengakibatkan kematian. Cara pencegahan dan pengendalian : Untuk mendapatkan kekebalan buatan, dilakukan vaksinasi pada anak kuda mulai berumur 3 bulan. Vaksinasi diberikan tiga kali dengan selang waktu 1–2 minggu. Pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian antibiotik yang efektis seperti penisilin, eritromisin, chlortetrasiklin. Pengobatan akan berhasil jika disertai dengan perawatan yang baik. Ternak yang sembuh biasanya memperoleh kekebalan yang kuat terhadap serangan penyakit ingus tenang di masa mendatang. 253 Gambar 66. Kuda yang terserang penyakit ingus tenang (strangles), ditandai dengan keluarnya leleran ingus dari hidung. Sumber: http://kmpvtb.wordpress.com/2011/06/10/penyakit-strangles-pada-kuda/ f) Penyakit Radang Paha pada Babi Penyebab Penyakit : Sebagaimana telah dijelaskan di bagian depan tentang penyakit menular pada ternak ruminansia yang disebabkan oleh Bakteri, Penyebab penyakit blackleg adalah bakteri clostridium chanvoei, clostridium septicum dan clostridium novyi. Dari ketiga jenis clostridia, yang paling banyak dijumpai pada kasus penyakit adalah clostridium chauvei. Penyakit radang paha selain terjadi pada babi, paling sering dijumpai pada pada ternak ruminansia. Penularan penyakit terjadi melalui pakan dan luka. Bakteri masuk melalui luka walaupun luka tersebut sangat kecil. Penyakit segera timbul setelah spora berubah menjadi kuman yang bersifat agresif di dalam jaringan tubuh. Kuman cepat berkembang biak di dalam jaringan, dan mampu menghasilkan toksin sehingga menimbulkan kerusakan jaringan yang bersifat lokal dan bisa meluas. Toksin yang dihasilkan dapat menimbulkan kematian yang cepat. Gejala sakit : Penyakit radang paha menunjukkan gejala–gejala sebagai berikut: kematian mendadak. Pada kondisi yang serius ditandai dengan gejala ngorok beberapa jam sebelum mati 254 Apabila tidak sampai mati maka ternak akan menunjukkan tanda kepincangan pada otot kaki lesu, kehilangan nafsu makan dan demam yang berlangsung singkat Adanya lesio otot yang disertai emfisema (mengandung banyak gas) pada anggota gerak (diketahui dengan palpasi pada bagian atas kaki). Cara pencegahan dan pengobatan penyakit : Pengobatan dengan menggunakan antibiotik sulit dapat disembuhkan. Sehingga pengobatan terhadap penyakit radang paha tidak menguntungkan. Maka tindakan-tindakan yang perlu diambil adalah : melakukan vaksinasi yang berisi vaksin bacteri clostridium chanvoei, clostridium septicum dan clostridium novyi Memberi suntikan pencegahan dengan antibiotik sementara kekebalan yang ditimbulkan dengan bakterin belum cukup kuat. g) Penyakit Leptospirosis pada Kuda dan Babi Penyebab Penyakit : Sebagaimana telah dijelaskan di bagian depan, bahwa penyebab penyakit leptospirosis adalah sejenis kuman yang disebut Leptospira interogans. Penyakit ini sudah dikenal secara umum dan dujumpai pada berbagai jenis ternak bahkan hewan liar. Dan penyakit ini termasuk penyakit zoonosis. Ternak yang peka terhadap penyakit ini selain kuda dan babi adalah adalah sapi, domba, dan kambing. 255 Infeksi kuman terjadi melalui selaput lendir, dan luka di kulit. Sebagai sumber pencemaran adalah air kencing dari ternak yang sembuh atau ternak yang sakit tapi tidak menimbulkan gejala sakit. Kuman masuk ke dalam tubuh dan menuju ke berbagai organ seperti hati, ginjal, kelenjar ambing dan selaput otak. Di tempat ini kuman akan berkembang biak sehingga menimbulkan penyakit yang bersifat akut, sub akut dan kronis. Gejala Sakit : Pada penyakit akut, dijumpai pada anak sapi yang berumur 4 minggu dengan gejala–gejala sebagai berikut : Terjadi pertumbuhan kuman dalam jaringan yang luka, sehingga banyak kuman di dalam darah Penderita tampak lesu Demam (suhu tubuh mencapai 40°C) Ternak mengalami anemia, hemoglobinuria (kencing darah) dan icterus ( penyakit kuning) Pada pemeriksaan patologis anatomis, terjadi tukak–tukak dan perdarahan pada selaput lendir abomasum. Gejala penyakit sub akut sama dengan gejala pada penyakit akut, dengan derajat yang lebih ringan. Gejala lain yang dialami penderita antara lain : Ternak betina bunting akan mengalami keguguran Mengalami penurunan produksi susu dan susu berwarna kekuningan karena bercampur darah. Pada kasus penyakit kronis, ditandai dengan timbulnya gejala–gejala sebagai berikut : Pada ternak betina bunting dapat terjadi keguguran pada saat setengah umur kebuntingan Next >