< Previous256 Terjadi meningitis dalam bentuk inkoordinasi dan kekakuan otot–otot. Cara pencegahan dan Pengobatannya : Untuk pengobatan dapat dilakukan dengan cara pemberian antibiotik streptomisin atau oksitetrasiklin. Pengobatan dilakukan sedini mungkin begitu terlihat gejala–gejala klinis, agar tidak terjadi kerusakan organ dalam seperti hati dan ginjal. Tindakan pencegahan dilakukan dengan cara menghindarkan sapi yang sehat dengan sapi yang diduga terinfeksi. Melakukan vaksinasi secara berkala. Vaksinasi dapat memberikan perlindungan selama 6–12 bulan. h) Penyakit Tetanus pada Kuda dan Babi Penyebab Penyakit : Tetanus merupakan penyakit infeksi yang dapat terjadi pada ternak maupun manusia. Selain sering dijumpai pada kuda dan babi, penyakit ini juga sering terjadi pada domba. Penyebabnya adalah toksin yang dihasilkan oleh kuman Clostridium tetani. Kuman Clostridium tetani hidup dalam keadaan anaerob dan membentuk spora yang umumnya berada di tanah dan faeses ternak terutama faeses kuda. Kuman tetanus masuk ke dalam tubuh melalui luka, misalnya sehabis kastrasi, pemberian nomor telinga, atau luka di kaki karena terkena paku, vaksinasi dan sebagainya. Bakteri yang masuk ke dalam tubuh akhirnya akan membentuk toksin yang sangat berbagaya bagi ternak yang bersangkutan. Toksin bersifat racun yang sangat kuat terhadap sistem saraf motorik. Ternak yang menderita mengalami kematian sampai 80%. 257 Gejala sakit : Gejala–gejala penyakit tetanus yang sering dijumpai adalah : Pada tahap pertama setelah terjadi infeksi ternak kelihatan malas dan masa bodoh Bila diperhatikan ternak tampak kaku sukar berjalan dan sukar menelan Otot leher rahang, dan kaki kelihatan kaku, serta kepala sering digerakkan ke belakang dan ke samping terlihat gejala mudah terangsang, otot meregang, dan kejang–kejang Diakhiri dengan kematian, karena ternak mengalami kekurangan tenaga, karena gangguan pernapasan dan kelumpuhan pada organ tubuh yang vital. Cara pencegahan dan pengobatan penyakit : Pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian antibiotik penisilin dan othrisin dengan cara injeksi. Pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian serum antitoksin tetanus (pemberian vaksin toksoid tetanus). Tindakan pencegahan juga perlu dilakukan dengan cara menjaga kebersihan lingkungan kandang, menjaga kebersihan petugas kandang, dan melakukan desinfeksi pada peralatan yang digunakan untuk kastrasi, pemberian tanda pada telinga dan pemotongan kuku. i) Penyakit Pullorum pada kalkun dan merpati Penyebab Penyakit : Penyakit pullorum disebut juga dengan nama penyakit berak kapur atau diare putih (Bacillary White Diarrhea). Disebabkan oleh Salmonella pullorum. Penyakit pullorum dapat menyerang 258 ayam, burung puyuh, kalkun, burung merpati dan beberapa burung liar. Penularan terjadi melalui telur tetas yang berasal dari induk yang sakit. Di dalam tubuh induk yang sakit, kuman sebagian besar tinggal di organ reproduksi seperti ovarium dan oviduct. Pada unggas jantan kuman akan tinggal pada testes. Sebagian kecil kuman pullorum juga tinggal pada organ pencernaan. Ovarium yang tercemar kuman akan menghasilkan telur yang mengandung bibit penyakit. Anak unggas yang menetas dari telur tersebut sudah terinfeksi kuman dan akan menjadi sumber penularan penyakit bagi anak unggas lainnya yang sehat. Penularan terjadi secara kontak baik mulai dari mesin tetas maupun setelah dipelihara bersama- sama di dalam box/kandang. Kotoran penderita sakit mengandung kuman Salmonella pullorum. Penularan penyakit juga dapat terjadi melalui pakan dan air minum atau peralatan kandang yang tercemar oleh kotoran unggas yang sakit. Gejala Sakit : Pada anak unggas yang baru menetas, penyakit pullorum bersifat akut dan sangat ganas, dengan gejala–gejala sebagai berikut : Anak–anak unggas berkerumun dan berdesak–desakan di bawah lampu pemanas seolah–olah kedinginan Anak–anak unggas tampak lesu dan tidak nafsu makan, mata dipejamkan dan sayap agak terkulai 259 Biasanya terjadi diare yang mula–mula berwarna kehijauan, lambat laun menjadi berwarna putih dan berbusa serta melekat pada bulu– bulu sekitar kloaka Anak – anak unggas penderita pullorum biasanya mengalami kematian yang banyak, terjadi pada umur 1–3 minggu. Ayam dewasa yang tertular biasanya tidak menunjukkan gejala sakit. Sifat penyakit pada ayam dewasa adalah kronis. Induk yang terinfeksi bibt penyakit berperan sebagai carrier. Demikian juga anak ayam yang sembuh dari penyakit, setelah dewasa juga berperan sebagai carrier. Cara pencegahan dan pengobatan penyakit : Pengobatan penyakit pullorum ditujukan untuk menekan angka kematian pada anak unggas. Pengobatan dilakukan hanya untuk kelompok unggas yang diambil produksinya saja, bukan pada kelompok unggas bibit. Karena unggas bibit yang sembuh darai sakit berperan sebagai carrier dan dapat menularkan penyakit pada keturunannya. Pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian obat–obat sulfa misalnya Sulfaquinoxaline, atau Nitrofurazolidone. Pengobatan juga dapat dilakukan dengan pemberian antibiotik. Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan cara sanitasi dan desinfeksi pada mesin tetas, boks dan brooder house yang digunakan, kandang dan peralatannya, serta lingkungan kandang. Pemasukan ayam bibit dan telur tetas hendaknya telah dijamin bahwa unggas bibit dan telur tetas tersebut tidak mengandung bibit penyakit. Pada perusahaan pembibitan hendaknya melakukan uji darah secara berkala untuk memastikan bahwa produknya tercemar penyakit pullorum atau tidak. 260 j) Kolera unggas pada Kalkun dan angsa Penyebab Penyakit : Penyakit kolera ungas (Fowl Cholera) disebabkan oleh bakteri gram negatif, yaitu Pasteurella multocida. Penyakit ini dapat menyerang pada Ayam, kalkun dan angsa serta unggas liar. Penularan penyakit terjadi melalui pakan dan air minum yang tercemar faeses yang mengandung kuman penyakit dari unggas yang sakit maupun unggas yang sehat yang berperan sebagai carrier. Pencemaran bisa terjadi secara langsung maupun tidak langsung melalui burung liar atau binatang liar lainnya. Penularan juga bisa terjadi melalui perantara serangga vector, yaitu kutu dan tungau yang menghisap darah unggas sakit, kemudian ke unggas lainnya yang sehat. Setelah masuk ke tubuh penderita kuman kolera akan masuk ke sel darah merah penderita dan mengakibatkan keracunan darah (Septichaemia). Kolera unggas dapat tinbul dalam berbagai bentuk, misalnya bentuk per akut, akut dan kronis seta bentuk respiratoty. Bentuk akut dan per akut memiliki sifat yang sangat ganas dan sehingga menimbulkan kematian yang tinnggi. Sedangkan bentu kronis tidak begitu ganas, dan tingkat kematian yang ditimbulkannya rendah. Gejala sakit : Gejala–gejala yang ditimbulkan pada penyakit colera unggas bentuk akut antara lain : Nafsu makan menurun bahkan hilang sama sekali 261 Penderita sering memisahkan diri dari kelompoknya, terlihat lesu, kepala menunduk ke bawah, atau disembunyikan di bawah sayap Timbul udim pada rongga dada, perut, kepala dan baian tubuh lainnya, sehingga fungsi pernapasan terganggu atau terjadi sesak napas yang disertai ngorok Terjadi diare yang encer, mula–mula berwarna kekuning–kuningan, kemudian berubah menjadi cokelat kehijau–hijauan. Dan akhirnya hijau kehitam-hitaman dengan bau yang sangat busuk Terjadi demam yang sangat tinggi, sehingga penderita selalu kehausan, selalu menampakkan keinginan untuk minum Terjadi cianosis, pada jengger dan pialnya tampak berwarna hitam kebiru–biruan. Sebagian besar dari kelompk unggas akan mati setelah menunjukkan gejala–gejala selama 1–3 hari. Gejala–gejala yang ditimbulkan dari penyakit bentuk kronis diantaranya : Pucat, lesu dan kurus Kadang–kadang infeksi kuman pullorum mengumpul pada persendian tumit, dan jari–jari kaki, sehingga menyebabkan unggas jalannya pincang. Penyakit kolera unggsa bentuk sub akut pada terutama menyerang organ pernapasan, oleh karena itu bentuk ini disebut juga bentuk respiratory. Gejala–gejalanya adalah : Terjadi konjungtivitis dan mata membengkak Napas berbunyi, batuk–batuk dan keluar lendir dari lubang hidung, mulut dan langit–langit mulut. 262 Terjadi radang dan pembengkaan pada selaput lendir hidung, rongga di bawah lekuk mata, di tenggorokan dan dapat berkembang menjadi radang paru–paru (pneumonia) Cara pencegahan dan pengobatan penyakit : Pengobatan penyakit colera unggas dapat dilakukan pada kelompok unggas yang belum parah penyakitnya dengan pemberian obat sulfa atau antibiotik. Pencegahan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : Ternak yang sakit segera diisolasi Menjaga kebersihan pakan dan air minum Mencegah masuknya burung liar, tikus dan hewan liar lainnya ke dalam kandang. Melakukan tindakan karantina terhadap unggas yang akan dimasukkan ke dalam komplek peternakan Melakukan vaksinasi dengan vaksin kolera oil adjuvant sesuai anjuran. k) Tifus unggas pada kalkun Penyebab Penyakit : Penyakit Tifus unggas atau Fowl Typhoid disebabkan oleh kuman Salmonela gallinarum. Penyakit ini banyak menyerang unggas dan banyak menyebabkan kerugian. Penyakit ini banyak terjadi pada ayam dan kalkun baik muda maupun dewasa. Kuman penyakit ditemukan di dalam ovarium dan oviduct, sehingga induk yang berpenyakit akan menghasilkan telur tetas yang berpenyakit pula. Dengan demikian penyakit dapat diturunkan dari induk ke anak. 263 Penularan juga dapat terjadi melalui kontak langsung dengan penderita. Sumber penularan lainnya adalah melalui pakan, air minum, dan peralatan kandang yang tercemar faeces yang mengandung bibit penyakit. Penyakit ini menyebabkan kematian sampai 40–80%. Gejala Sakit : Gejala–gejala yang tampak pada unggas yang menderita penyakit tifus unggas adalah : Terjadi demam Tidak ada nafsu makan, terlihat banyak minum Terjadi diare yang berwarna kuning Muka dan jengger tampak pucat Kelihatan lesu dan bulunya kusut Pada bedah bangkai kelihatan hati dan ginjal membengkak dan hilang warnanya. Gejala-gejala yang timbul sering dikacaukan dengan penyakit lain yang memiliki gejala yang hampir sama diantaranya penyakit pullorum, dan kolera. Oleh karena itu diagnosis penyakit perlu dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium dan bedah bangkai. Cara pencegahan dan pengobatan : Unggas yang sakit dapat diobati dengan obat–obat sulfa dan antibiotik seperti pada penyakit pullorum, kolera, dan salmonelosis. Usaha pencegahan dapat dilakukan dengan beberapa langkah : Menjaga kebersihan kandang dan peralatan, pakan dan air minum dari cemaran bibit penyakit Tidak mencampur unggas yang berbeda umur dalam satu kandang 264 Unggas yang sakit segera diafkir dan jika penyakitnya berlanjut segera dipotong Unggas yang sembuh berperan sebagai carrier, sehingga perlu dicegah agar tidak tercampur ke dalam kelompok unggas yang sehat. 3) Penyakit menukar yang dusebabkan oleh Protozoa a) Penyakit Surra pada Kuda Penyebab Penyakit : Sebagaimana terlah dijelaskan di bagian depan tentang penyakit menular pada ternak ruminansia yang disebabkan oleh protozoa, penyakit sura atau penyakit tujuh keliling atau penyakit mubeng (bahasa jawa), merupakan penyakit yang disebabkan oleh protozoa yang bernama Trypanosoma evansi, yang hidup didalam darah penderita. Penyakit surra dapat menjangkiti hampir semua ternak, kecuali unggas. Jenis ternak yang rentan terhadap penyakit ini adalah kuda. BIbit penyakit ini memakan glukosa yang terkandung di dalam darah dan mengeluarkan racun yang disebut trypanotoksin. Selanjutnya toksin menyebabkan berbagai gangguan pada ternak penderita. Penyakit berjangkit dari ternak yang satu ke ternak lain melalui gigitan serangga penghisap darah yang disebut Tabanus. Serangga lain sebagai pembawa penyakit adalah caplak, lalat jenis lain, nyamuk, dan kutu. Gejala Sakit : Pada ternak sapid an kerbau yang menderita sakit biasanya timbul gejala umum berupa : Kenaikan suhu tubuh 265 Cepat letih dan Nafsu makan menurun Selanjutnya dijumpai demam yang selang seling Anemia Kurus Odema di bawah dagu dan anggota gerak Bulu rontok Selaput lendir menguning Pada akhirnya ternak mampu mengatasi sendiri dan akhirnya tidak menampakkan gejala sakit walaupun di dalamnya mengandung trypanosoma evansi. Cara pencegahan dan pengobatan : Penyakit surra banyak menimbulkan kerugian, yaitu turunnya berat badan, gangguan pertumbuhan, keguguran, penurunan produksi susu, tidak dapat dipekerjakan di sawah, dan bahkan sampai kematian. Oleh karena itu program pengobatan dan pencegahan perlu dilakukan dengan baik. Bagi ternak penderita sakit dapat dilakukan pengobatan dengan pemberian naganol, arsokol, ataxyl, soamin atau moranyl. Langkah–langkah pencegahan dapat dilakukan dengan cara : Mengisolasi penderita Menjaga kebersihan kandang dan lingkungan kandang agarv tidak menjadi tempat berkembangbiaknya lalat atau serangga lain sebagai pembawa penyakit Ternak yang mati akibat penyakit surra harus di bakar atau dikubur Next >