< Previous266 Ternak yang sakit pada siang hari harus ditempatkan dalam kandang yang gelap supaya tidak didatangi serangga penghisap darah (pitek). b) Penyakit Piroplasmosis pada Kuda dan Babi Penyebab Penyakit : Penyakit Piroplasmosis disebut juga dengan nama Babesiosis. Penyakit ini selain menyerang kuda dan babi juga menyerang sapi, kerbau, domba, dan kambing. Penyebab penyakit piroplasmosis adalah Babesia bigemin, Babesia argentia, Babesia divergent. Khusus pada kuda penyebabnya adalah Babesia cabalei. Penularannya melalui caplak atau lalat penghisap darah lainnya. Pada umumnya ternak muda lebih resisten terhadap penyakit ini, tapi sejalan pertambahan umurnya maka ternak tersebut semakin rentan terhadap penyakit ini. Gejala sakit : Penyakit piroplasmosis dapat bersifat akut sampai kronis. Gejala–gejala penyakit piroplasmosis antara lain : Demam yang tinggi (suhu badan mencapai 41 –41,6°C) Nafsu makan berkurang Selaput lendir mulut dan mata berwarna pucat kekuningan Pernapasan dan denyut nadi cepat Air kencing berwarna merah (haemoglobinuria) Penderita kekurangan cairan dan lemah Kadang–kadang terjadi diare atau konstipasi dengan warna faeses cokelat kekuningan Kondisi tubuh menurun, kurus, dan dapat menimbulkan kematian. 267 Parasit babesiosis atau piroplasmosis terdapat di dalam eritrosit, oleh karena itu penentuan diagnosis selain dilakukan dengan cara pemeriksaan gejala–gejala klinis juga perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium, yaitu pemeriksaan preparat darah secara mikroskopis untuk mengetahui ada atau tidaknya parasit di dalam sel darah merah. Cara pencegahan dan pengobatan : Penyakit piroplasmosis dapat menyebabkan kerugian yang tidak sedikit, seperti penurunan berat badan, penurunan produksi susu, serta kematian mencapai 80–90%. Oleh karena itu jika diduga terjadi infeksi segera dilakukan pengobatan dengan pemberian obat diantaranya acaprin, acriflavin, trypaflavin, imidocarb. Pencegahan dapat dilakukan dengan cara : Pemberantasan vektor caplak dengan cara memutus siklus hidupnya Menjaga sanitasi kandang dan lingkungannya agar tidak terjadi serangan vektor Ternak yang sakit segera diisolasi c) Penyakit Cocsidiosis pada kelinci Penyebab penyakit : Penyakit coccodiosis atau penyakit berak darah menyerang ternak kelinci selain menyerang ternak sapi dan domba. Penyakit berak darah disebabkan oleh sejenis protozoa yang dinamakan Eimeria yang dapat menyebabkan berak darah. Ada dua jenis Eimeria yang terkenal yaitu Eimeria bovis dan Eimeria zuernii. 268 Ookista akan dikeluarkan dari tubuh bersama faeses, kemudian mengalami sporulasi. Ookista yang bersporulasi tersebut akan masuk melalui pakan dan air minum yang tercemar. Di dalam tubuh sporozoid akan lepas dan menginfeksi selaput lendir usus. Sel mengalami kerobekan dan menyebabkan perdarahan usus. Gejala sakit : Gejala awal ditandai dengan diare yang berlendir dan berbau busuk. Diare berlangsung 4–14 hari, apabila berlangsung lama menyebabkan ternak menjadi lemah, kehilangan cairan tubuh dan kurus Beberapa lama kemudian pada kotorannya akan tampak adanya darah yang semakin lama semakin banyak Kadang–kadang dijumpai gumpalan darah atau tinja yang berwarna hitam Bahkan kadang – kadang faeses disertai dengan gumpalan darah segar Cara pencegahan dan pengobatan : Berak darah dapat diobati dengan memberikan obat–obatan sulfa diantaranya sulfamethazine dan sulfaguanidine. Pencegahannya dapat dilakukan dengan : Menjaga kebersihan kandang dan lingkungan Usahakan rumput dan air minum tidak tercemar dengan tinja Pemisahan segera antara anak sapid an induk d) Penyakit Cocsidiosis pada Kalkun Penyebab Penyakit : 269 Koksidiosis disebut juga dengan nama penyakit Berak darah. Penyakit ini menyerang saluran pencernaan unggas khususnya ayam dan kalkun. Penyakit ini dikenal merupakan penyakit yang berbahaya dalam peternakan unggas, karena banyak menimbulkan kematian pada anak unggas dan penurunan produksi telur. Penakit ini disebabkan oleh protozoa yang tergolong dalam kelas sporozoa. Kelas sporozoa dapat dibagi menjadi beberapa ordo, yang salah satunya adalah ordo Coccodia. Coccodia terbagi menjadi beberapa genus yang salah satunya adalah genus Eimeria, yang diketahui menyebabkan penyakit Koksidiosis pada unggas khususnya ayam dan kalkun. Eimeria yang menyerang kalkun telah diketahui ada 4 jenis, yaitu Eimeria meleagridis, Eimeria melagrimitis, Eimeria gallopavonis, dan Eimeria adenoeides. Gejala Sakit : Koksidiosis menyerang unggas pada semua umur, tetapi yang paling mudah terserang adalah anak unggas dan unggas muda yang berumur di bawah 3 bulan. Pada anak unggas, gejala klinis yang tampak adalah : Penderita telihat lesu dan pucat Sayap terkulai ke bawah dan sering menggigil seperti kedinginan Bulu tampak kusam, tidak lagi mengkilat Nafsu makan menurun Terjadi diare berwarna cokelat atau bercampur darah Sering bergerombol di tepi atau di sudut kandang dan kelihatan mengantuk terus 270 Bulu–bulu disekitar kloaka kotor Biasanya anak unggas mati dalam waktu 6–10 hari setelah terlihat gejala sakit, dan kematian mencapai 70% Pada ayam dewasa gejala–gejala yang ditimbulkan antara lain : Pucat pada bagian jengger dan pial serta bagian–bagian lain di kepala Nafsu makan berkurang Sayap agak terkulai Jika penyakit berlangsung lama dapat terjadi kelumpuhan pada kaki Produksi telur menurun Terjadi diare berwarna cokelat atau bercampur darah Cara Pencegahan dan Pengobatan : Pengobatan dilakukan dengan cara pemberian obat sulfa. Pencegahan dapat dilakukan dengan cara pemeliharaan unggas dilakukan di kandang yang beralas kawat, untuk menghindari unggas mengkonsumsi kotorannya sendiri dan pemberian koksidiostat e) Leucocytozoonosis pada Angsa dan Kalkun Penyebab Sakit : Penyakit Leucocytozoonosis, merupakan jenis penyakit yang disebabkan oleh protozoa yang sudah lama dikenal di Indonesia. Penyakit ini hampir sama dengan penyakit malaria unggas. Penyakit ini disebabkan oleh parasit darah Leucocytozoon sp. Penyakit ini menginfeksi sel-sel darah, terutama sel putih. Penyakit ini banyak menyerang pada ayam, itik, kalkun dan 271 angsa. Spesies yang menjadi penyebab penyakit Leucocytozoonosis antara lain : Leucocytozoon simondi dan Leucocytozoon anseris, menyerang itik dan angsa Leucocytozoon neavi menyerang puyuh Leucocytozoon smithi menyerang kalkun Leucocytozoon sabrazesi dan Leucocytozoon caulleryl menyerang ayam Penyebaran penyakit ini dengan perantaraan gigitan serangga vektor. Serangga yang dikenal sebagai vektor adalah merutu penghisap darah (Culicoides sp.) dan lalat hitam pengisap darah (Simulium sp.) Gejala Sakit : Penyakit Leucocytozoonosis dapat berlangsung akut atau kronis. Pada kondisi penyakit akut gejala sakit yang ditimbulkan antara lain : Demam Terjadi anemia Penderita kelihatan lesu Terjadi muntah darah Nafsu makan menurun Faeses encer berwarna hijau Bulu tengkuk berdiri Biasanya terjadi kematian akibat perdarahan Pada ayam dewasa angka kematian bervariasi dari 10–80% Pada ayam broiler kematian terjadi pada umur 3 minggu Unggas yang tahan hidup akan terhambat pertumbuhannya dan produksi telurnya rendah. Unggas yang menderita sakit kronis 272 biasanya memperlihatkan gejala penurunan berat badan, penurunan produksi telur, dan penurunan daya tetas. Jika dilakukan bedah bangkai, pada unggas penderita dapat terlihat adanya perdarahan pada otot dada dan paha dan organ dalam seperti hati, limpa, ginjal, usus dan proventrikulus. Pada kasus yang berat juga dijumpai gumpalan darah pada rongga perut dan saluran pernapasan bagian atas. Cara Pencegahan dan Pengobatan : Pada umumnya unggas yang sakit sulit diobati karena belum ada obat yang efektif. Obat yang biasa digunakan adalah obat sulfaguinoksalin, dan furazolidode. Tindakan pencegahan ditekankan pada menjaga kebersihan kandang, peralatan dan lingkungan sekitar agar tidak menjadi sarang serangga vektor. Diperkuat dengan penyemprotan insektisida. f) Histomaniasis pada kalkun Penyebab penyakit : Penyakit Histomoniasis disebut juga dengan nama Infectious entrohepatitis, atau Black head (kepala hitam). Penyakit ini disebabkan oleh protosoa yang disebut Histomonas meleagridis. Penyakit ini menyerang ayam, puyuh dan kalkun. Infeksi terjadi melalui pakan dan air minum yang tercemar faeses yang mengandung bibit penyakit. Bibit penyakit dapat disebarkan melalui lalat yang hinggap pada faeses penderita, serta cacing usus buntu (Heterokis gallinarum). Proses perpindahan bibit penyakit terjadi sebagai berikut : Pada mulanya histomonas meleagridis terbawa oleh cacing usus buntu yang terdapat di dalam usus ayam penderita 273 Cacing akan mengeluarkan telur yang terinfeksi bibit penyakit Telur cacing akan keluar bersama faeses ayam Lalat akan hinggap pada faeses tersebut dan akan membawa telur cacing Lalat akan hinggap pada pakan atau air minum, mencemari pakan dan air minum dengan telur cacing yang mengandung bibit penyakit histomonas meliagridis Jika telur cacing yang terinfeksi histomonas meleagridis tersebut termakan unggas, maka telur cacing akan menetas dan tumbuh di dalam tubuh ayam. Sehingga bibit penyakit histomonas meleagridis puan akan berkembang di dalam tubuh unggas Bibit penyakit tinggal di dalam usus buntu dan hati Gejala sakit : Gejala–gejala yang timbul akibat penyakit hitomoniasis antara lain : Usus buntu berwarna merah dan membengkak, berisi eksudat berwarna kuning atau hijau dan bau busuk Permukaan hati tampat ada jaringan yang berpenyakit berbentuk cap bundar yang berwarna kuning kehijauan Nafsu makan hilang Lesu dan lemah Bagian kepala tampak berwarna hitam Berat badan menurun Kematian dapat mencapai 100% Cara pencegahan dan pengobatan : Pengobatan bisa berhasil ketika sakit belum parah. Tapi kalau sakit sudah parah (mencapai ke hati) pengobatan tidak banyak 274 berhasil. Pengobatan dilakukan dengan cara pemberian obat Enheptin. Pencegahan dapat dilakukan dengan cara : Memisahkan unggas sesui dengan umurnya (unggas muda dipisahkan dengan unggas yang lebih tua) Ayam dan kalkun tidak dicampur dalam pemeliharaannya Menekan populasi lalat dan nyamuk dengan cara disemprot dengan insektisida secara teratur 4) Penyakit menular yang disebabkan oleh jamur a) Ringworm pada kuda dan kelinci Penyebab Penyakit : Ringworm adalah suatu penyakit yang juga dikenal dengan nama kurap atau dermatophytosis. Penyakit ini dapat menyerang kuda, kelinci, sapi, domba, bahkan manusia. Merkipun mortalitasnya rendah namun kerugian ekonomi yang ditimbulkan cukup besar, karena dapat menurunkan kualitas kulit. Penyakit ini disebabkan oleh kelompok jamur Dermatophyta, Jamur ini dapat menyebabkan infeksi pada jaringan kulit dan tubuh ternak dan manusia. Selanjutnya penderita bertindak sebagai sumber penularan. Penularan terjadi karena kontak antara ternak yang satu dengan ternak yang lain atau dengan manusia. Gejala sakit : Jamur yang tumbuh pada jaringan kulit dapat menyebabkan kulit mengalami keratinasi, yaitu kulit menjadi tebal, bentuk bundar seperti uang logam, berwarna putih kelabu, berdiameter 1,5–5 cm. Pada kulit yang terinfeksi ringworm, bulu menjadi rontok. Penentuan penyebab penyakit dilakukan dengan cara mengerok bagian kulit yang terinfeksi, kemudian diberi larutan natrium 275 hidroksida dan diletakkan pada gelas obyek dan diperiksa dengan mikroskop. Jika terdapat infeksi ringworm akan tampak miselia jamur yang berbentuk benang dan spora yang terdapat di sekitar pangkal rambut. Gambar 67. Kuda yang terinfeksi penyakit ringworm. Kulit mengalami keratinasi (kulit menebal), bentuk bundar seperti uang logam, berwarna putih kelabu, pada kulit yang terinfeksi ringworm, bulu menjadi rontok. Sumber: http://dc313.4shared.com/doc/NemBNq3c/preview.html Cara pencegahan dan pengobatan : Infeksi ringworm harus segera diobati, karena jika tidak diobati akan cepat meluas ke seluruh permukaan tubuh dan akan menular ke ternak lainnya bahkan ke manusia. Pengobatannya dilakukan dengan cara sebagai berikut : Kulit yang terinfeksi dikerok dengan pisau Diolesi dengan tinture yodium, cairan lugol atau yodium sulfur Biasanya luka akan segera sembuh Pisau harus disucihamakan sebelum dan sesudah digunakan Pencegahan dapat dilakukan dengan cara : Mengisolasi ternak yang terinfeksi Kandang dibersihkan dan didesinfeksi dengan lisol Next >