< Previous326 Penderita mengalami dehidrasi yang sangat, ditandai dengan keringnya cungur, kulit, dan bulu serta mata yang tampak cekung Akibat terjadinya asidosis rumen yang berat, terjadi inkoordinasi, berjalan sempoyongan, kadang menabrak benda yang ada di sekelilingnya Dalam waktu 2–3 hari penderita tidak lagi mampu berdiri Akibat dehidrasi penderita mengalami stres dan diakhiri kematian dalam waktu 2–3 hari setelah roboh Cara pencegahan dan pengobatan Ternak yang mengaalami dehidrasi perlu diinfus, sebagai pengganti cairan yang hilang. Untuk mengurangi asidosis rumen, penderita dapat diberi soda kue sebanyak 250 gr diberikan per oral 2 kali sehari. Untuk pencegahan dapat dilakukan dengan cara perbaikan tata laksana pemberian pakan. Ternak dicegah agar tidak mengkonsumsi pakan penguat (konsentrat) yang berlebihan. e) Tetani Rumput Penyebab Penyakit Tetani rumput adalah penyakit gangguan metabolis yang ditandai dengan adanya hypomagnesaemia. Penyebab penyakit adalah rendahnya kadar Mg dalam darah. Penyakit ini terjadi pada ternak sapi dewasa terutama sapi yang berproduksi tinggi dan digembalakan pada padang rumput yang masih muda atau tanaman pakan butiran. Penyakit dapat berlangsung akut, ditandai dengan kadar Mg dalam darah yang sangat rendah, sehingga Mg dalam jaringan 327 tubuh tidak mampu untuk memobilisasinya. Kadar Mg dalam darah normalnya 1,7–4 mg tiap 100 cc serum darah. Penyakit tetani rumput terjadi jika kadar Mg dalam serum darah turun menjadi 0,5 mg per 100 cc serum. Dalam keadaan kronis, penurunan kadar Mg dalam darah terjadi secara perlahan–lahan. Gejala sakit Gejala–gejala yang timbul akibat penyakit tetani rumput akut adalah : Pendrita terlihat merumput secara normal tapi tiba–tiba kepalanya digerakkan ke atas, menguak, berjalan atau berlari seperti dalam kebutaan kelihatan seperti gila, jatuh dan kejang–kejang Kejadian ini dapat muncul lagi dalam selang beberapa jam dan akhirnya mati mendadak dalam waktu beberapa jam saja Penyakit tetani rumput ini banyak menyebabkan kematian ternak di padang penggembalaan tanpa diketahui gejala–gejalanya. Pada keadaan yang ringan gejala–gejala yang timbul adalah : Ternak tampak kurang sehat Berjalan dengan kaku Peka terhadap sentuhan dan bunyi Ternak mengalami polyuria Cara pencegahan dan pengobatan Pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian suntikan magnesiunm sulfat secara subkutan. Jika pengobatan tidak terlambat kemungkinan bisa menolong ternak dari kematian. Pencegahan dapat dilakukan dengan cara penambahan mineral Mg dalam ransum. 328 f) Gondok Penyebab penyakit Penyakit gondok disebut juga dengan nama penyakit struma. Gondok adalah pembesaran kelenjartiroid (glandula thyroidea). Kelenjar tiroid terdiri dari dua macam yang terletak di kanan kiri trachea. Kelenjar tersebut memproduksi hormone thyroxin. Thyroxin adalah asam amino yang mengandung kurang lebih 65% yodium. Dengan demikian yodium merupakan mineral esensial untuk pembentukan hormone thyroxin. Fungsi metabolisme hormone thyroxin adalah : Mengontrol laju metabolisme energy Mempengaruhi pertumbuhan fisik dan diferensiasi jaringan Mempengaruhi kelenjar endokrin lainnya terutaama kelenjar hipofisa dan kelenjar kelamin Mempengaruhi metabolisme zat makanan, termasuk mineral dan air Gondok sering terjadi pada anak sapi, anak domba yang lahir dari induk yang kekurangan yodium. Gejala sakit Gejala–gejala sakit yang ditimbulkan karena penyakit gondok antar lain : Badan lemah Kulit menebal dan bulu rontok Bengkak di daerah leher Cara pencegahan daan pengobatan Pencegahan dilakukan dengan cara pemberian garam beryodium g) Icterus 329 Penyebab penyakit Icterus disebut juga dengan nama hyperbillirubinemia atau penyakit kuning. Icterus adalah keadaan pigmen billirubin yang terdapat di dalam plasma darah berlebihan dan tertimbun di dalam jaringan–jaringan lainnya. Karena billirubin berlebihan, maka icterus disebut pula dengan nama hyperbillirubinemia. Icterus juga disebut penyakit kuning karena jaringan–jaringan tubuh berwarna kuning karena pengaruh warna pigmen billirubin. Pigmen ini berasal dari hemoglobin sebagai akibat dileburnya sel darah merah yang sudah tua, oleh jaringan limpoid, hati, limpa dan sumsum tulang. Di dalam hati billirubin akan diurai dan dikonjugasikan. Konjugat yang terbentuk akan diekskresikan ke dalam empedu dan selanjutnya diekskresikan ke usus halus. Billirubin dalam plasma darah tidak dapat diekskresikan melalui ginjal. Dalam keadaan tertentu billirubin yang dihasilkan oleh limpoid jauh melebihi jumlah billirubin yang dapat diekskresikan oleh hati. Hal ini menyebabkan kejadian icterus atau hyperbillirubinemia. Produksi billirubin yang berlebihan ditemukan pada kasus penyakit hati (hepatitis) karena adanya gangguan fungsi hati. Icterus juga dapat terjadi karena adanya penyumbatan saluran empedu oleh cacing. Hyperbillirubinemia merupakan gejala dari penyakit penyakit lainnya seperti anaplasmosis, leptospirosis, keracunan Cu dan sebagainya. Untuk melakukan penyembuhan icterus perlu dilakukan pengobatan terhadap jenis penyakit yang menyebabkan terjadinya icterus. h) Anemia 330 Penyebab Penyakit Anemia adalah suatu keadaan darah mengalami defisiensi terhadap jumlah hemoglobin yang dibutuhkan atau defisiensi terhadap sel darah merah, atau defisiensi terhadap keduanya. Anemia terjadi karena: Penyakit infeksi dan infestasi enoparasit dan ektoparasit penghisap darah Kurangnya unsur–unsur yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin Sumsum tulang tempat pembuatan sel darah merah rusak karena pengaruh penyakit dan obat–obatan Hemoglobin adalah zat warna yang memberi warna merah darah. Hemoglobin terdapat di dalam sel darah merah. Untuk pembentukan Hb diperlukan unsur Fe (Ferrum). Sel darah merah dibentuk di dalam sumsum tulang. Sel darah selalu mengalami kerusakan dan penggantian. Apabila sel darah rusak Fe yang diperoleh dapat digunakan lagi untuk pembentukan hemoglobin. Secara tidak langsung pembentukan Hb juga membutuhkan mineral Cu. Hal ini karena diketahui bahwa kekurangan Cu akan berpengaruh terhadap penyerapan Fe, walaupun peran Cu disini belum banyak diketahui. Unsur lainnya yang berperan dalam pembentukan Hb adalah Co dan vitamin B12. Anemia ditandai dengan kulit dan selaput lendir yang pucat, kehilangan energi dan denyut jantung menjadi cepat. Jika anemia terjadi karena kekurangan unsur–unsur pembentuk Hb, maka satu–satunya cara penanganan adalah melengkapi pakan dengan mineral yang dibutuhkan. Akan tetapi jika anemia yang terjadi 331 disebabkan adanya infeksi penyakit maka penanganannya adalah dengan cara mengobati penyakitnya. i) Avitaminosis Avitaminosis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan (defisiensi) suatu vitamin. Vitamin merupakan zat makan yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah sedikit. Namun demikian vitamin memiliki peran yang sangat penting untuk mendukung kesehatan ternak maupun produksi. Oleh karena itu kekurangan vitamin dapat menyebabkan penurunan produksi dan timbulnya suatu penyakit. Pada ternak ruminansia, selain berasal dari pakan, vitamin juga dapat dipenuhi dari proses pencernaan mikroorganisme yang terjadi di dalam rumen. Jadi avitaminosis terjadi jika pakan tidak cukup mengandung vitamin yang dibutuhkan, sehingga terjadi gangguan pencernaan atau proses pembentukan vitamin di dalam tubuh terhambat karena pengaruh penggunaan antibiotic dan obat-obat sulfa yang diberikan per oral. Pembentukan beberapa vitamin di dalam tubuh juga tidak dapat berlangsung kalau sinar matahari yang diperlukan tidak cukup. Pengobatan penyakit avitaminosis dapat dilakukan dengan cara penyuntikan preparat vitamin, walaupun terkadang dalam keadaan avitaminosis yang berat, penyuntikan preparat vitamin tidak banyak menolong. Untuk mencegah terjadinya kasus avitaminosis, dilakukan dengan cara memenuhi kebutuhan vitamin melalui pemberian pakan. j) Rakitis (Rachitis) 332 Diantara jenis mineral yang dibutuhkan dalam pembentukan tulang adalah mineral Ca dan P. Metabolisme Ca dan P dapat berjalan dengan sempurna jika Ca dan P tersedia dalam perbandingan yang seimbang, yaitu 2 : 1, serta tersedianya vitamin D yang cukup. Defisiensi mineral Ca dan P serta vitamin D, pada anak–anak ternak dapat menyebabkan penyakit yang disebut Rachitis. Sedangkan pada ternak dewasa menyebabkan Osteomalasia. Rachitis adalah kelainan tulang yang disebabkan kekurangan Ca, P dan vitamin D. Dalam hal ini vitamin D disebut dengan vitamin anti rachitis, karena sangat berperan dalam pembentukan tulang dan gigi serta berfungsi mengatur penyerapan Ca dan P. Osteomalasia adalah suatu keadaan dekalsifikasi sebagian dari tulang yang mengakibatkan tulang menjadi lunak dan rapuh. Untuk mencegah penyakit rachitis dilakuan dengan cara pemenuhan kebutuhan mineral Ca dan P serta vitamin D melalui pemberian pakan. 3) Penyakit yang tidak menular karena keracunan a) Keracunan HCN Keracunan HCN adalah keracunan yang disebabkan oleh senyawa glukosida yang mengandung HCN (glukosida cyano genetic). Jenis–jenis glukosida cyanogenetic adalah phaseolunatin yang dikandung oleh legume spesies Phaseolus lunatus (koro), Monokrotalin sp.(orok – orok), Dhurrin yang dikandung oleh rumput Sorghum dan Cynodon dan Linamarin yang dikandung oleh Cassava. Senyawa tersebut masuk ke dalam usus dan dihidrolisa, sehingga melepaskan ion CN, Melalui peredaran darah, ion CN sampai ke 333 berbagai jaringan tubuh, termasuk paru. Jika sampai ke sel saraf, zat tersebut akan menghambat pernapasan sel, sehingga mengganggu fungsi yang bersangkutan. Sel saraf mengalami kekurangan O2 (Anoksia). Tanda–tanda keracunan HCN antara lain: Rasa ngantuk yang tidak tertahankan yang dialami ternak. Terjadi konvulsi atau kejang–kejang dan akhirnya terjadi paralisa. Fase paralisa ini merupakan fase yang paling berbahaya, kemungkinan tertolong sangat kecil. Sering diakhiri dengan kematian. Usaha pertolongan dilakukan ketika ternak mengalami gejala awal yaitu adanya rasa ngantuk yang luar biasa. Upaya pertolongan dilakukan dengan cara menyuntik dengan NaNO2 dan Na thiosulfat. b) Keracunan Pb. Keracunan Pb sering dijumpai pada ternak sapi, disebabkan sapi mengkonsumsi rumput yang tercemar minyak motor di tepi jalan raya. Keracunan ditandai dengan jalan yang sempoyongan, menabrak ke sana kemari, terjadi buta, penderita mengalami convulsi, urat daging bergetar, tidak ada nafsu makan, terjadi kolik, dan kadang–kadang diare. Untuk mendiagnosis keracunan Pb, perlu dilakukan uji kandungan Pb di dalam hati, ginjal, dan faeses. Pengobatan keracunan Pb ini dilakukan penyuntikan kalsium disodium edentate dengan cara intra vena. Obat lain yang dapat digunakan adalah Dicalcium phospoglukonate. c) Keracunan Pestisida 334 Pestisida merupakan obat pembasmi hama. Pestisida mencakup racun serangga (insektisida), racun tungau dan caplak (akarisida), racun nematoda (Nematisida), racun tikus (Rodentisida), Obat anti jamur (fungisida), dan obat anti tumbuhan pengganggu (herbisida). Keracunan pestisida dapat terjadi jika ternak mengkonsumsi rumput yang tercemar pestisida dalam jumlah yang cukup untuk menyebabkan keracunan. Keracunan juga dapat terjadi pada waktu melakukan pemberantasan ektoparasit pada ternak dengan cara dipping. Larutan pestisida tanpa sengaja terminum oleh ternak sehingga ternak mengalami keracunan. Pestisida dapat dikelompkan menjadi 6 macam yaitu khlorhidrokarbon, organofosfat, karbamat, senyawa dipiridil, arsen dan antikoagulan. Gejala yang ditimbulkan karena keracunan pestisida golongan khlorhidrokarbon antara lain gangguan pada sistem saraf pusat, disertai dengan muntah, diare, badan lemah, gemetar dan kejang-kejang. Pestisida kelompo ini antara lain DDT, dieldrin, aldrin, endrin. Gejala yang ditimbulkan karena keracunan pestisida golongan organofosfat antara lain celah atau iris mata menyempit, penglihatan menjadi kabur, mata berair, mulut berbusa, detak jantung lebih cepat, muntah, kejang perut, diare, sulit bernapas, lumpuh dan pingsan. Pestisida kelompok ini antara lain baygon, dan diasinon. Gejala yang ditimbulkan karena keracunan pestisida golongan dipiridil antara lain rusaknya jaringan epitel kulit, kuku, dan saluran pernapasan, dan terjadi peradangan. Pestisida kelompok ini antara lain gramaxon (herbisida) 335 Gejala yang ditimbulkan karena keracunan pestisida golongan karbamat antara lain sakit perut, mual, muntah dan diare, kerusakan ginjal, dan kerusakan paru. Pestisida kelompok ini antara lain baygon EC, servin, dan furadan. Gejala yang ditimbulkan karena keracunan pestisida golongan arsen antara lain nyeri pada perut, muntah dan diare serta banyak mengeluarkan air liur. Pestisida kelompok ini antara lain kemirin 72 P. Gejala yang ditimbulkan karena keracunan pestisida golongan anticoagulan antara lain nyeri lambung, usus, muntah, peradangan hidung dan gusi, timbul bintik merah pada kulit, terdapat darah dalam urine dan faeses dan kerusakan ginjal. Pestisida kelompok ini antara lain klerat (racun tikus). Perawatan medis dapat dilakukan dengan cara pemberian zat anti racun sesuai dengan golongannya, tertera pada tabel 3. 1. berikut : Tabel 9. Penggunaan zat anti racun sesuai dengan jenis pestisida No Golongan Pestisida Senyawa anti racun 1 khlorhidrokarbon Natrium bicarbonat 5% 2 Organofosfat Antidota Atropin sulfat 3 Karbamat Antidota Atropin sulfat 4 senyawa dipiridil Adsorben Fuller Earth 30% 5 Arsen Antidota dimerkaprol 6 Antikoagulan Antidota fitonadion d) Botulisme Botulisme adalah keracunan yang disebabkan oleh eksotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium botolinum yang tumbuh dalam Next >