< Previous336 bahan pakan. Toksin yang berbahaya ini disebut dengan botulinin. Keracunan ini terjadi karena mengkonsumsi pakan yang sudah busuk yang terkontaminasi bakteri Clostridium botolinum. Keracunan Clostridium botolinum ditandai dengan kelemahan otot secara cepat sehingga terjadi kelumpuhan, ternaak sukar menelan, lidah membengkak, dalam waktu singkat terjadi kematian. Perawatan medis dapat dilakukan dengan pemberian antitoksin botulisin. Namun jika kondisinya sudah perah keberhasilannya sangat kecil. e) Keracunan Copper sulfat. Pemberian Copper sulfat biasanya dalam rangka pengobatan adanya investasi cacing. Pemberian Copper sulfat yang melebihi dosis, dapat mengakibatkan keracunan. Keracunan Copper sulfat ditandai dengan sakit perut, muntah, diare, konvulsi (kejang – kejang) dan akhirnya roboh. Kematian bisa terjadi dalam waktu 1–2 jam setelah pemberian Copper sulfat yang kelebihan dosis. Perawatan medis dapat dilakukan dengan pemberian antidota diantaranya magnesium iksida, kalium ferosianida, natrium karbonat atau diberi putih telor dan susu. 4) Penyaki yang tidak menular karena faktor lain. a) Displasia Abomasum Displasia abomasums adalah gangguan pencernaan pada ternak ruminansia yang disebabkan oleh tergesernya abomasum dari tempat asalnya ke arah kiri. Kejadian ini banyak dilaporkan pada sapi perah yang dipelihara di kandang dalam jangka waktu lama. 337 Ternak diberi pakan konsentrat dalam jumlah berlebihan dengan tujuan meningkatkan produksi susu. Proses kejadiannya adalah sebagai berikut : Pada waktu ternak bunting organ pencernaan terdorong ke arah depan, sehingga abomasum terdorong ke arah depan, posisi berada di bawah rumen. Sesaat setelah melahirkan rumen akan mengisi rongga perut yang semula ditempati rahim secara tiba–tiba dan akhirnya memindahkan posisi abomasum yang semula berada di bawahnya. Akibatnya abomasum tergeser dari posisi sebenarnya. Gejala sakit yang ditimbulkan karena kasus dysplasia diantaranya: berkurangnya nafsu makan yang terjadi secara mendadak terjadi distensi perut Abomasum yang tergeser posisinya akan terisi gas yang dapat diketahui melalui perkusi Produksi susu menurun Berat badan menurun Ternak kelihatan lesu Kadang–kadang sapi yang mengalami dysplasia dapat sembuh sendiri secara spontan, tetapi yang sering terjadi adalah berakhir dengan kematian. 338 Gambar 71. Penanganan sapi yang mengalami displasia abomasum, dengan cara operasi. Sumber: http://justanordinaryvet.blogspot.com/2013/06/displasia-abomasum.html b) Prolepsus Uteri Prolepsus uteri adalah penyembulan mukosa uterus dari badan melalui vagina, yang terjadi baik total maupun sebagian. Prolepsus uteri umumnya terjadi setelah ternak melahirkan anak. Prolepsus uteri disebabkan oleh meningkatnya hormone oxytosin pada saat melahirkan, sehingga meskipun foetus sudah lahir, gerak peristaltic dan perejanan otot tetap berlangsung terus menerus dengan kuat. Prolepsus uteri sebagian, jika hanya sebagian saja (kira–kira sebesar kepalan tangan) uterus keluar dari vulva. Prolepsus total jika seluruh bagian dari uterus keluar dari vagina. Keadaan ini kadang–kadang menyebabkan cervix juga ikut keluar. Terapi untuk reposisi uterus dan mencegah terjadinya infeksi oleh bakteri dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa hal: 339 Untuk mencegah terjadinya luka pada mukosa uterus, pada waktu melakukan reposisi uterus tangan harus steril dan kuku harus pendek. Uterus harus dijaga agar tidak terkontaminasi kotoran atau bibit penyakit Mukosa uterus dibersihkan dengan desinfektan ringan KMnO4. Untuk mengembalikan seluruh bagian uterus ke dalam rongga perut, dilakukan dengan cara seluruh bagian uterus yang keluar diangkat pada posisi yang lebih tinggi dari vulva. Secara perlahan uteri dimasukkan kembali ke dalam vulva. Setelah uterus masuk kembali, untuk mencegah uterus dimuntahkan kembali dari vulva, sementara waktu vulva dijahit. Jika proses pemasukan kembali uterus ke dalam vulva dilakukan dengan baik ternak tetap dapat bunting kembali secara normal. Gambar 72. Sapi mengalami proleptus uteri (penyembulan mukosa uterus dari badan melalui vagina). Terjadi baik total maupun sebagian. Sumber: http://puskeswanpasirian.wordpress.com/2012/08/31/penyakit-infeksi-pada-ternak/ 340 c) Sumbatan Usus Sumbatan usus sering terjadi pada anak sapi yang suka makan bulu, rambut, sabut, dan bahan lain yang sulit dicerna. Bahan–bahan tersebut akan membentuk bola serat di dalam usus, sehingga akan menyebabkan penyumbatan usus. Gangguan pencernaan penyumbatan usus menyebabkan terhentinya ingesta di dalam usus. Proses berlangsung secara tiba–tiba. Dalam waktu singkat penderita akan mengalami stres. Cara terbaik untuk penaggulangannya adalah operasi. Jika tidak berhasil lebih baik dipotong. Kegiatan 2: MENANYA Berdasarkan hasil mengamati (membaca lembar informasi) dan pengamatan di lapangan yang telah anda lakukan, maka untuk meningkatkan pemahaman anda tentang jenis–jenis penyakit tidak menular pada ternak ruminansia, lakukan diskusi kelompok dan jawablah pertanyaan–pertanyaan berikut ini: 1) Sebutkan 3 jenis penyakit tidak menular pada ternak ruminansia yang disebabkan karena infeksi! 2) Jelaskan gejala–gejala penyakit foot rot! 3) Sebutkan 3 jenis penyakit tidak menular pada ternak ruminansia yang disebabkan karena gangguan metabolisme! 4) Jelaskan gejala–gejala penyakit ketosis! 5) Sebutkan 3 jenis penyakit tidak menular pada ternak ruminansia yang disebabkan karena keracunan! 6) Jelaskan gejala–gejala penyakit keracunan botulime! 7) Sebutkan3 jenis penyakit tidak menular pada ternak ruminansia yang disebabkan karena faktor lain! 8) Jelaskan apa yang anda ketahui tentang dysplasia abomasums! 341 FORMAT PERTANYAAN PESERTA DIDIK NAMA KELOMPOK Pokok Bahasan : Sub Pokok Bahasan : NO PERTANYAAN 342 Kegiatan 3: MENGUMPULKAN INFORMASI / MENCOBA 1. Cari informasi dari berbagai sumber (internet, modul, buku–buku referensi, serta sumber–sumber lain yang relevan) tentang: a. Jenis–jenis penyakit tidak menular pada ternak ruminansia dan gejalanya yang disebabkan oleh infeksi! b. Jenis–jenis penyakit tidak menular pada ternak ruminansia dan gejalanya yang disebabkan karena gangguan metabolisme! c. Jenis–jenis penyakit tidak menular pada ternak ruminansia dan gejalanya yang disebabkan karena keracunan! d. Jenis–jenis penyakit tidak menular pada ternak ruminansia dan gejalanya yang disebabkan karena faktor lain! 2. Lakukan pengamatan terhadap kondisi ternak yang ada di dalam kandang, gambar dan video yang dapat menggambarkan/ menjelaskan gejal –gejala penyakit tidak menular dan penyebabnya pada ternak ruminansia (Gunakan lembar kerja 7 dan format lembar pengamatannya)! 343 Lembar Kerja 7. Judul : Mengidentifikasi jenis–jenis penyakit tidak menular pada ternak ruminansia. Waktu : 3 x 45 menit Tujuan : Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta didik diharapkan mampu mengidentifikasi jenis–jenis penyakit tidak menular pada ternak ruminansia dengan benar. Alat dan Bahan Alat : 3. Peralatan pemeriksaan seperti stetoskop, mikroskop, kaca pembesar dan sebagainya. 4. Gambar dan video tentang jenis–jenis penyakit tidak 344 menular pada ternak ruminansia, penyebab dan gejala–gejalanya. Bahan : 6. Ternak ruminansia ( sapi/domba/kambing) 7. Lembar pengamatan 8. ATK K3 : 4. Gunakan pakaian kerja 5. Gunakan APD yang sesuai 6. Hati-hati ketika mendekati ternak Langkah Kerja : 15. Silahkan anda bergabung membentuk kelompok–kelompok kecil. Setiap kelompok terdiri dari 5–6 orang. Setiap kelompok pilihlah seorang ketua dan seorang sekretaris. 16. Lakukan dan biasakan untuk berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan. 17. Lakukan kegiatan ini dengan cermat, teliti, sungguh- sungguh, hati- hati, jujur dan penuh tanggung jawab. 18. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan. 19. Pastikan alat dan bahan yang akan anda gunakan lengkap dan dapat digunakan dengan baik. 20. Amati dan pelajari dan catat dengan teliti informasi yang anda peroleh dari gambar–gambar atau video tentang jenis–jenis penyakit tidak menular pada ternak ruminansia, penyebab dan gejala–gejalanya. 21. Lakukan praktik pengamatan terhadap kondisi ternak ruminansia yang ada di dalam kandang tentang ada atau tidaknya gejala–gejala yang berkaitan dengan penyakit tidak menukar pada ternak tersebut. 22. Gunakan lembar pengamatan yang telah disiapkan. 23. Lengkapi hasil pengamatan yang telah anda lakukan dengan wawancara terhadap pengelola budidaya ternak tersebut atau sumber lain yang relevan. 24. Bandingkan hasil pengamatan yang anda lakukan dengan gambar atau video 345 yang telah anda pelajari dengan teliti. 25. Adakah penyakit tidak menular yang diderita ternak ruminansia yang ada di dalam kandang? 26. Lakukan diskusi kelompok tentang hasil pengamatan dan wawancara serta pengamatan terhadap gambar atau video yang telah anda lakukan. 27. Setelah selesai melakukan kegiatan praktik, bersihkan kembali tempat kegiatan praktik dan peralatan yang digunakan seperti sedia kala. 28. Kembalikan alat dan bahan sisa ke tempat semula. LEMBAR PENGAMATAN PRAKTIK IDENTIFIKASI JENIS–JENIS PENYAKIT TIDAK MENULAR PADA TERNAK RUMINANSIA Kelompok :............................ Kelas: .......................... No Nama Jabatan Dalam Kelompok Next >