< Previous104Buku Guru Kelas VII SMPKatekismus Gereja KatolikArtikel 2030Orang yang dibaptis menjalankan perutusannya di dalam Gereja, persekutuan semua orang yang dibaptis. Dari Gereja ia menerima Sabda Allah, yang mencakup petunjuk-petunjuk “hukum Kristus” (Gal 6:2). Dari Gereja ia menerima rahmat Sakramen-sakramen, yang menguatkannya di “jalan”. Gereja memberi kepadanya contoh kekudusan. Di dalam Perawan Maria tersuci ia melihat bentuk dan sumber kekudusan ini; ia melihatnya dalam kesaksian murni dari mereka yang menghidupinya; ia menemukannya dalam tradisi rohani dan dalam sejarah panjang para kudus, yang mendahuluinya dan yang hari peringatannya sekarang dirayakan dalam liturgi.2. Guru meminta peserta didik merumuskan jawaban pertanya an berikut dan saling berbagi dalam kelompok.a. Apa peran yang diberikan orang-orang yang lebih dahulu beriman bagi kita yang hidup zaman sekarang?b. Bila para pendahulu mempunyai peranan dalam kehidupan iman kita, apa yang selayaknya kita perbuat?c. Apa saja yang diberikan Gereja demi perkembangan kepada anggotanya dirinya? 3. Bila dipandang perlu, guru dapat memberikan rangkuman seperti berikut ini.• Rasul Paulus dalam suratnya kepada Umat di Roma memberi penegasan tentang peranan orang-orang beriman yang lebih dahulu bergabung dalam Gereja. Melalui kesaksian hidup dan iman mereka itulah iman Gereja akan Yesus Kristus dan pelayanannya diteruskan dari generasi ke generasi, sehingga manusia yang lahir di kemudian hari dapat mengenal Yesus Kristus yang adalah Jalan, Kebenaran dan Kehidupan.• Atas jasanya itu, kita tidak dapat melupakan begitu saja. Kita dapat mendoakan mereka. Tetapi terutama kita dapat meneladan hidup mereka dalah kehidupan kita sehari-hari. • Dari Gereja kita memperoleh.- Sabda Allah yang mencakup “hukum-hukum Kristus”- Rahmat sakramen- Teladan kekudusanPendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti105Langkah 3Refleksi 1. Guru mengajak peserta didik masuk dalam suasana hening untuk berefleksi, dengan tuntunan pertanyaan berikut. Apakah selama ini saya sudah mengenal warga Katolik di sekitar tempat tinggal? Apakah saya mengenal pemuka umat di lingkungan saya? Apakah saya mendoakan para pemimpin Gereja saya? Apakah saya terlibat aktif dalam kegiatan Gereja? Apakah kehidupan iman saya dapat diteladani oleh teman-teman?2. Peserta didik diminta menyusun doa untuk para pemimpin Gereja 3. Buatlah niat untuk terlibat dalam salah satu kegiatan Gereja, sehingga imanmu dapat makin berkembang.LaguGuru mengajak peserta didik menyanyikan lagu “Dalam Yesus Kita Bersaudara”.Dalam Yesus Kita BersaudaraDalam Yesus, kita bersaudara 3xSekarang dan selamanyaDalam Yesus Kita bersaudaraDalam Yesus saling melayani 3 xSekarang dan selamanyaDalam Yesus saling melayaniDalam Yesus saling mengampuni 3 xSekarang dan selamanyaDalam Yesus saling mengampuniDalam Yesus saling mengasihi 3 xSekarang dan selamanyaDalam Yesus saling mengasihi(Madah Syukur hal 110 No.133)106Buku Guru Kelas VII SMPD. Peran Masyarakat bagi PerkembangankuKompetensi Dasar1.5 Bersyukur atas peran keluarga, sekolah, Gereja dan masyarakat terhadap pengembangan dirinya.2.5 Bertanggung jawab pada keluarga, sekolah, Gereja dan masyarakat atas peran mereka terhadap pengembangan dirinya.3.5 Memahami peran keluarga, sekolah, Gereja dan masyarakat dalam mengembangkan dirinya.4.5 Melakukan aktivitas (misalnya menyusun doa/ puisi/ refleksi/ merencanakan suatu kegiatan) yang mengungkapkan rasa syukur atas peran keluarga, sekolah,Gereja dan masyarakat terhadap pengembangan dirinya.IndikatorPeserta didik mampu1. Menjelaskan peran masyarakat bagi perkembangan diri.2. Menjelaskan sikap yang perlu dikembangkan dalam bermasyarakat.3. Menjelaskan ajaran Gereja tentang sikap dalam masyarakat.4. Mendoakan masyarakat dan tokoh masyarakat.Bahan Kajian1. Peran masyarakat bagi perkembangan diri.2. Sikap yang perlu dikembangkan dalam bermasyarakat.3. Ajaran Gereja tentang sikap dalam masyarakat.Sumber Belajar1. Ensiklopedi populer Politik Pembangunan Pancasila Jilid III. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka.2. Kitab Suci (Matius 17: 24-27, 22: 15-22).3. Komisi Kateketik KWI, 2010, Pendidikan Agama Katolik: Membangun Komunitas Murid Yesus, untuk SMP Kelas VII, Yogyakarta: Kanisius.PendekatanKateketis dan SaintifikPendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti107Metode1. Diskusi Kelompok2. Sharing3. RefleksiWaktu3 Jam PelajaranPemikiran Dasar Kesadaran bahwa dirinya bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat bagi remaja di perkotaan menunjukkan gejala yang menurun. Banyak remaja di perkotaan yang sudah tidak lagi mengenal tetangga, bahkan yang terdekat sekalipun, di kiri-kanan, depan belakang rumahnya. Hidup mereka seolah-olah berada di tanah asing. Sementara remaja yang hidup di pedesaan masih mengenal masyarakat sekitar kampungnya. Sebagian mereka bahkan masih terlibat dalam berbagai aktivitas kampungnya dalam kebersamaan dengan seluruh warga. Realitas ini perlu diwaspadai, karena bukan tidak mungkin remaja di pedesaan pun akan tergerus arus keterasingan itu. Padahal, dalam perjalanan hidup dan perkembangan seseorang, mereka yang tidak dapat melepaskan diri dari peran masyarakat. Untuk memperkembangkan diri, manusia butuh figur, keteladanan, norma dan kebiasaan yang mendukung, yang menampilkan nilai-nilai positif. Demikian pula masyarakat harus dipandang sebagai medan bagi seseorang mengimplementasikan nilai-nilai, sikap dan pandangannya. Masyarakat adalah medan perwujudan iman. Di situlah hidup seseorang akan diuji. Dalam Dokumen Konsili Vatikan II tentang Gereja dalam Dunia Dewasa ini (Gaudium et Spes) artikel 25 ditegaskan, bahwa “pertumbuhan pribadi manusia dan perkembangan masyarakat sendiri saling bergantung”. Hidup di tengah dan bersama masyarakat bukanlah suatu kewajiban, tetapi merupakan kodrat yang tidak dapat dipungkiri. Ia melekat sebagai keharusan hakiki, karena tanpa itu semua ia tidak akan dapat hidup dan berkembang. Tetapi kehadiran kita di tengah dan bersama masyarakat tidak dapat dilepaskan dari iman kita akan Yesus Kristus. Gereja mengajarkan agar iman akan Yesus Kristus itu mampu menjadi landasan dan motivasi yang kuat dalam kehadiran dan keterlibatan dalam masyarakat. Umat beriman Kristiani tidak boleh tergerus arus masyarakat begitu saja. Ia harus mampu mewarnai masyarakat dengan nilai-nilai Kerajaan Allah yang telah diperjuangkan oleh Yesus Kristus. Ia harus mampu menjadi garam, ragi, dan terang dalam masyarakat. 108Buku Guru Kelas VII SMP Melalui pelajaran ini, peserta didik hendak dihantar agar menyadari dirinya sebagai warga masyarakat. Dalam pergaulan dalam masyarakat itu, ia dapat belajar dari adat-istiadat, kebiasaan, norma, keteladanan yang ada dalam kehidupan masyarakat; dengan tetap bersikap kritis yang bersumber pada ajaran Gereja. Mereka dipanggil untuk berperan aktif dalam kehidupan masyarakat, sesuai dengan kemampuan, tugas dan fungsi kita di dalamnya. Kegiatan Pembelajaran DoaGuru mengajak peserta didik mengawali kegiatan pelajaran dengan doa.Allah, Bapa yang Mahabaik,Engkau menciptakan manusia tidak seorang diritetapi menempatkan mereka di antara sesamanyaagar dapat hidup dan berkembang.Kami bersyukur atas masyarakat kami,yang menjadi bagian hidup kami.Semoga berkat iman kepada-Mu,kami semakin mampu berperan aktif dalam kehidupan masyarakat,Dengan tetap mengutamakan kebaikan dan kebenaran.Sesuai kehendak-Mu.Langkah 1Menggali Pengalaman Hidup di tengah Masyarakat1. Guru mengajak peserta didik menyimak cerita yang menggambarkan bagaimana seseorang dapat belajar tentang nilai-nilai baik dalam masyarakat tempat ia tinggal. Pengalaman Indah Tak Terlupakan(Sharing Stefani saat mengikuti Live-in) Waktu live-in, kami tinggal di rumah Bapak dan Ibu Jono. Biasanya mereka di rumah tinggal berdua saja, sebab anak mereka laki-laki satu-satunya sudah bekerja di pabrik di kota. Malam pertama tinggal di rumah mereka, aku tak dapat menyembunyikan umpatan dan kekecewaan, walaupun semuanya hanya dalam hati. Bayangkan saja, selama hampir seminggu, aku harus tinggal di sebuah rumah yang masih terbuat dari bilik, tak ada plafon sehingga Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti109gentingnya kelihatan, dapurnya bersebelahan dengan kandang sapi, kamar mandinya terbuka di luar tanpa atap, airnya harus menimba dulu dari sumur yang dalam, tak ada TV, lantai rumahnya masih tanah, tempat tidurnya dari kayu sederhana yang dilapisi kasur tipis sekali, selimutnya tipis seperti yang biasa dipakai di rumah sakit, makanannya tidak sesuai selera dan tidak ada pilihan. Jauh dari kota, jauh dari warung penjual makanan, tidak boleh membawa HP sunyi sepi. Hanya suara-suara binatang yang kami dengar dan suara Pak Jono yang mendengkur keras. Santi dan Clara, teman satu rumahku malahan sempat menangis. Kami hanya saling berbisik mengungkapkan kekecewaan kami. Sungguh semuanya di luar bayanganku. Esoknya, hari kedua. Bu Jono membangunkan kami, dan menyuruh kami mandi. Ternyata jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan pagi.... . “Hari ini Bapak berbaik hati, bak dan ember sudah terisi penuh, cukup untuk kalian bertiga. Kalian tak usah menimba air. Tapi nanti sore wajib nimba sendiri...ok?” seru Pak Jono. Wah gaul juga Pak Jono ini, dan memang sejak ketemu kelihatan orangnya menyenangkan. Selesai mandi, Pak Jono dan Ibu sudah duduk di tikar menunggu kami untuk sarapan. Lalu kami pun makan bersama..... Ternyata walaupun yang dimakan sederhana, tetapi enak juga makan bersama. Jarang sekali aku makan bersama dalam keluarga, bahkan dapat dibilang tak pernah. Selesai sarapan, Bapak dan Ibu mengajak kami ke ladang. Ibu rupanya sudah menyiapkan makanan dan minuman serta bekal makan siang. Di sana kami disuruh untuk menyabit rumput untuk pakan sapi dan mengumpulkan kayu bakar untuk memasak. Bapak senang bercanda. Ketika kami senang mengumpulkan rumput, sambil meleparkan sesuatu Bapak berteriak: “Awas ada ulat nih...!”. Spontan kami menjerit dan mendekati Bapak, lalu kami bertiga memukul-mukul Bapak. Kami tidak mau cari rumput lagi, padahal baru sedikit yang terkumpul. Lalu kami di suruh mengumpulkan dahan-dahan tumbuhan yang kering untuk kayu bakar. Bapak menakut-nakuti kami lagi. Kami pun merajuk.Karena hari sudah siang, kami disuruh berteduh di bawah pohon, sementara Ibu menyiapkan makan siang. Saat pulang kami harus membawa rumput dan kayu bakar. Lumayan jauh dan melelahkan tetapi asyik juga. Malamnya kami dapat tidur nyenyak karena kecapaian. Hari ketiga, Bapak dan Ibu Jono mengajak kami untuk ikut kerja bakti mengumpulkan batu-batu kali untuk pengerasan jalan di gang-gang kampung. Maklum jalannya masih tanah. Aku tidak dapat membayangkan kalau hujan pasti becek dan licin. Ketika sampai di sungai yang tidak jauh dari rumah, terlihat banyak orang sudah berkumpul. Kebanyakan bapak-bapak dan pemuda. Mereka umumnya petani, sehingga tidak terikat pekerjaan. Bapak dan Ibu Jono110Buku Guru Kelas VII SMPmemperkenalkan kami kepada orang-orang yang ada di situ. Di antara kerumunan orang itu, ternyata kami bertemu dengan semua rombongan kelas kami yang tinggal di keluarga lain. Maka mulailah kami terjun ke kali berbaur dengan warga makan bersama. Semua makanan itu disiapkan Ibu-ibu warga kampung dengan sumbangan sukarela. Setelah istirahat makan sekitar setengah jam, semua bekerja lagi sampai sekitar jam dua siang. Esoknya kerja bakti dilanjutkan lagi. Sebagian orang memikul batu-batu itu, dan sebagian memasangnya di jalan yang biasa dilalui. Asyik tetapi menyenangkan juga dapat bermain air di sungai yang jernih. Hal lebih mengesankan gotong-royong warga kampung untuk memperbaiki jalan mereka. Hari keempat, aku, Santi dan Clara membantu Bapak dan Ibu Jono memanen singkong, dan sorenya membuat makanan dari singkong yang diparut. Karena banyak, kami bertiga disuruh Ibu mengantar sebagian kue itu untuk tetangga terdekat. “Sekalian silaturahmi...!” kata Ibu saat kami akan mengantarkan ke tetangga. Benar juga, para tetangga itu senang sekali. Mereka ramah dan mengajak aku ngobrol cukup lama. Mereka menanyakan banyak hal, tentang keluargaku, dan hal-hal lain. Mereka seolah kedatangan bidadari. Kebetulan Bapak dan Ibu Jono mempunyai kolam ikan kecil dekat sawah mereka. Maka pada hari kelima, kami diajak belajar menangkap ikan. Ini yang paling seru, kami bertiga dapat main lumpur sehingga pakaian kami belepotan. Ikan yang kami tangkap sedikit sekali. Pak Jono menangkap banyak ikan. Sambil pulang, kami melewati sungai tempat kami kerja bakti. Sementara Bu Jono membersihkan ikan, kami bertiga malah mandi sambil main air di sungai itu. Asyiknya luar biasa.Hari keenam, sekitar jam tujuh pagi Bapak dan Ibu Jono pamit. Katanya akan ke kota untuk membeli pupuk dan keperluan lainnya dan pulangnya agak sore karena akan mampir ke tempat adiknya Pak Jono yang ada di kampung lain. Sebelum pergi, Ibu memberi tahu kami untuk mengambil sendiri sarapan dan makan siang. “Wah....kita mau ngapain di rumah seharian”, pikirku. Lalu aku berinisiatif mengajak Santi dan Clara bersih-bersih rumah dan menyapu kebun di halaman depan yang cukup luas. Lumayan cape...padahal...di rumahku sendiri... aku tak pernah melakukannya...semua serba beres dikerjakan pembantu rumah tangga.... Malamnya kami makan bersama-sama. Ketika sedang makan itu, Pak Jono dan Ibu mengingatkan bahwa besok kami akan dijemput sekitar jam delapan untuk kembali ke kota. Tiba-tiba aku merasa sedih.... Aku merasa kok cepat sekali waktu berlalu.... Aku masih ingin tinggal lebih lama bersama mereka. Aku ingin tinggal di kampung ini Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti111selamanya. Tanpa terasa air mata menetes, ternyata Santi dan Clara pun menangis. Lalu ibu mendekati dan memeluk kami “Yah...Bapak dan Ibu sayang pada kalian bertiga. Kami senang kalian ada di sini. Kami minta maaf bila tidak dapat menyenangkan kalian, karena memang beginilah keadaan dan kemampuan kami. Kalian anak-anak yang baik. Tetapi kalian kan harus pulang untuki belajar agar pintar. Nanti kalau liburan boleh main kesini lagi” kata ibu sambil membelai kami bertiga. “Sudah, makannya dihabiskan, lalu tidur supaya besok badannya segar. Kan perjalananya jauh..!” Kata pak Jono. Akhirnya kami pun menyalamai Pak Jono sambil meminta maaf dan berterima kasih.Sumber: Maman2. Guru mengajak peserta didik bertanya jawab dengan materi pertanyaan berikut.Setelah membaca cerita tersebut di atas, coba ungkapkan, apa yang mengesan dari cerita tersebut? Pelajaran apa yang diperoleh Stefani, Santi dan Clara saat mereka berada di tengah warga kampung tempat mereka live-in?3. Guru memberikan lembaran yang berisi daftar orang-orang dekat di sekitar tempat tinggal mereka menguji sejauhmana ajak peserta didik mengenal masyarakat sekitar tempat tinggalnya.Coba sekarang kamu menuliskan nama tokoh-tokoh masyarakat sekitarmu.a. Ketua RT tempat tinggalmu : ...................................................b. Ketua RW tempat tinggalmu : ...................................................c. Kepala Dusun/Kepala Kampung : ...................................................d. Lurah/Kepala Desa : ...................................................e. Kepala Keluarga tetanggasebelah kiri, kanan, depan,belakang rumahmu : ...................................................4. Guru meminta peserta didik mendiskusikan beberapa pertanyaan berikut.a. Apa saja yang ada dalam masyarakat yang berguna bagi perkembangan dirimu ?b. Siapa saja dalam masyarakat sekitarmu yang dapat dianggap berperan bagi perkembangan dirimu? Apa peran mereka ?c. Sikap apa saja yang perlu dikembangkan dalam hidup bermasyarakat ?5. Setelah hasil kelompok diplenokan semua, guru dapat menegaskan beberapa pokok pikiran berikut.• Istilah ”masyarakat” memiliki arti yang luas. Menurut Ilmu Sosiologi, masyarakat adalah keseluruhan yang konkret historis dari segala hubungan timbal-balik antara manusia dan macam-macam kelompok. Masyarakat 112Buku Guru Kelas VII SMPtersusun menurut macam-macam kelompok, organisasi, dan anggota dengan status dan peranan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, hidup bermasyarakat harus diatur secara aktif dan adil. Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan masyarakat demi perkembangannya.• Dalam masyarakat terdapat kebiasaan, orang yang ditokohkan, norma, adat istiadat, aturan, sikap dan pandangan pribadi maupun kelompok. Unsur-unsur tersebut perlu disikapi secara kritis. Kita dapat belajar memiliki semangat berkorban dari tokoh masyarakat tertentu, tapi kita juga hati-hati karena ada orang byang ditokohkan tapi kehidupannya tidak patut. Kita dapat belajar melakukan kebiasaan baik dalam masyarakat, seperti gotong royong bekerja bakti, tetapi jangan sampai kita ikut-ikutan beramai-ramai memukuli pencuri tanpa proses hukum hanya untuk menunjukkan solidaritas dengan warga.• Hidup bermasyarakat mengandaikan: kita mau hadir dan hidup bersama dengan mereka, terlibat dalam aktivitas mereka dan memenuhi kewajiban yang benar yang ada dalam masyarakat, tetapi tetap perlu bijak dan mendasarkan segala sesuatu pada kebenaran.Langkah 2Mendalami Ajaran Gereja tentang Hidup Bermasyarakat1. Guru mengajak peserta didik membaca kutipan ajaran Gereja berikut ini.Konstitusi Pastoral tentang Gereja di Dunia Dewasa Ini (Gaudium et Spes)Artikel 25 Dari sifat sosial manusia tampaklah, bahwa pertumbuhan pribadi manusia dan perkembangan masyarakat sendiri saling bergantung. Sebab asas, subjek dan tujuan semua lembaga sosial memang seharusnyalah pribadi manusia; berdasarkan kodratnya ia sungguh-sungguh memerlukan hidup kemasyarakatan. Maka karena bagi manusia hidup kemasyrakatan itu bukanlah suatu tambahan melulu, oleh karena itu melalui pergaulan dengan sesama, dengan saling berjasa, melalui dialog dengan sesama saudara, manusia berkembang dalam segala bakat-pembawaannya, dan mampu menanggapi panggilannya.Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti113Dekrit tentang Karya Misioner Gereja (Ad Gentes) Artikel 11 Sebab segenap umat beriman kristiani, di mana pun mereka hidup, melalui teladan hidup serta kesaksian lisan mereka wajib menampilkan manusia baru, yang telah mereka kenakan ketika dibaptis, maupun kekuatan Roh Kudus, yang telah meneguhkan mereka melalui sakramen Krisma. Dengandemikian sesama akan memandang perbuatan-perbuatan mereka dan memuliakan Bapa (lih. Mat 5:16), dan akan lebih penuh menangkap makna sejati hidup manusia serta ikatan persekutuan semesta umat manusia. Supaya kesaksian mereka akan Kristus itu dapat memperbuahkan hasil, hendaklah mereka dengan penghargaan dan cinta kasih menggabungkan diri dengan sesama, menyadari diri sebagai anggota masyarakat di lingkungan mereka, dan ikut serta dalam kehidupan budaya dan sosial melalui aneka cara pergaulan hidup manusiawi dan pelbagai kegiatan. Hendaknya mereka sungguh mengerti tradisi-tradisi kebangsaan dan keagamaan mereka, dan dengan gembira serta penuh hormat menggali benih-benih Sabda yang terpendam di situ. Tetapi sekaligus hendaknya mereka memperhatikan proses perubahan mendalam, yang sedang berlangsung pada bangsa-bangsa itu, dan ikut mengusahakan, supaya orang-orang zaman sekarang jangan terlampau memperhatikan ilmu-pengetahuan serta teknologi dunia modern, sehingga terasingkan dari nilai-nilai ilahi, bahkan supaya mereka dibangkitkan untuk semakin intensif merindukan kebenaran dan cinta kasih yang diwahyukan oleh Allah. 2. Guru memberi kesempatan peserta didik bertanya, atau mengajak mereka berdiskusi dengan pertanyaan berikut:a. Gagasan penting apa yang disampaikan oleh Konstitusi Pastoral tentang gereja di dunia dewasa ini (Gaudium et Spes) Artikel 25?b. Gagasan penting apa yang disampaikan Dekrit tentang Karya Misioner Gereja (Ad Gentes)Artikel 11 kepada Umat Katolik tentang kehadirannya di tengah kehiduapan masyarakat?Langkah 3Refleksi1. Guru mengajak peserta didik masuk dalam suasana hening untuk berefleksi, dan menuliskan hasil refleksi tersebut. Pertanyaan refleksiNext >