< Previous64Buku Guru Kelas VII SMPSumber Belajar1. Julius dan Rini Chandra, Melangkah ke Alam Kedewasaan, Cet. ke-9, Kanisius-Yogyakarta: 2001.2. Alex Lanur, OFM., Menemukan Diri, Cet. ke-9, Kanisius - Yogyakarta: 2000.3. Pengalaman Peserta DidikPendekatan Kateketis dan SaintifikMetode1. Diskusi Kelompok2. Sharing3. RefleksiWaktu3 Jam PelajaranPemikiran Dasar Dalam kebudayaan tertentu di masyarakat kita masih banyak ditemukan pandangan yang menganggap laki-laki lebih berharga dibandingkan dengan perempuan. Anak laki-laki sering dianggap andalan masa depan karena ia akan menjadi tulang punggung keluarga. Hal itu disebabkan karena laki-laki dianggap pribadi yang kuat dan dapat menguasai banyak hal. Laki-laki adalah kebanggan keluarga. Sebaliknya, anak perempuan dipandang sebagai pribadi yang lemah dan kurang mampu menjadi pemimpin dalam keluarga. Maka sering kita jumpai ada orang tua yang merasa kecewa ketika mengetahui bahwa anak yang lahir ternyata adalah anak perempuan. Dalam banyak hal, anak laki-laki sering lebih banyak mendapat kesempatan untuk mendapat pendidikan yang tinggi, dan perempuan kurang memperoleh kesempatan yang sama. Inilah yang disebut budaya patriarkhi, yakni budaya yang memandang kedudukan kaum laki-laki lebih penting daripada kedudukan kaum perempuan. Situasi serupa terjadi pula pada zaman Yesus di kalangan bangsa Yahudi, sebagaimana banyak dikisahkan dalam Kitab Suci. Kaum perempuan menjadi kaum nomor dua dalam tatanan masyarakat. Maka tidak mengherankan jika banyak perlakuan tidak adil terhadap kaum perempuan. Perempuan yang tertangkap basah sedang berbuat dosa dihakimi secara sepihak oleh orang banyak tanpa melihat bahwa kaum laki-laki juga berdosa (lih. Yoh. 8: 2-11). Peraturan-peraturan yang diterapkan dalam pertemuan-pertemuan jemaat menunjukkan betapa kaum perempuan terpinggirkan, kurang diberi tempat (lih. 1Kor. 14: 26-40; 1Tim. 2: 11-14). Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti65Walaupun demikian, Yesus sangat menghargai dan membela kaum perempuan. Yesus memperlakukan perempuan berzinah secara manusiawi (lih. Yoh. 8: 2-11). Yesus juga memuji seorang perempuan Kanaan yang percaya (lih. Mrk. 15: 21-28) dan menempatkan contoh seorang janda miskin yang memberi sumbangan di bait Allah sebagai teladan dalam kejujuran di hadapan Allah. Yesus selalu berjuang agar tercipta suatu masyarakat ketika laki-laki dan perempuan sederajat/setara. Sebagai pribadi-pribadi yang lahir dari berbagai budaya, peserta didik juga mungkin pernah mengalami perlakuan tidak adil yang diberikan masyarakat kepada kaum perempuan. Melalui pelajaran ini peserta didik diharapkan dapat memahami kesamaan martabat kaum perempuan dan laki-laki sehingga dapat hidup berdampingan sebagai pribadi-pribadi yang saling menghargai dan saling membantu. Kegiatan PembelajaranDoaGuru mengajak peserta didik untuk membuka pelajaran dengan doa atau nyanyian yang sesuai.Allah Bapa Yang Mahabaik,Engkau menciptakan manusia perempuan dan laki-laki baik adanya.Sekalipun kami memiliki kekhasan dan perbedaan, namun Engkau tetap mencintai kami dan memanggil kami untuk saling membantu dan memperkembangkan.Berkatilah kami, ya Tuhandan doronglah kami untuk saling menghargai dan meluhurkan satu sama lain sesuai dengan kehendakMu. Amin.Langkah 1Menggali Pandangan Masyarakat tentang Kedudukan Perempuan dan Laki-Laki1. Guru memberi pengantar singkat tentang pokok pelajaran hari ini, misalnya:Di beberapa daerah atau suku yang ada dalam masyarakat Indonesia masih terdapat berbagai kebiasaan, sikap dan pandangan yang menempatkan seolah-olah laki-laki itu lebih hebat dari perempuan; tetapi juga sebaliknya di beberapa tempat perempuan dipandang lebih berharga dibandingkan laki-laki.2. Guru mengajak peserta didik masuk dalam kelompok untuk:a. Mendaftar dan menjelaskan contoh sikap atau kebiasaan dalam masyarakat yang menggambarkan perlakuan sederajat antara perempuan dan laki-laki66Buku Guru Kelas VII SMPb. Mendaftar dan menjelaskan contoh sikap atau kebiasaan dalam masyarakat yang menggambarkan perlakuan tidak sederajat antara perempuan dan laki-laki3. Guru memberi kesempatan masing-masing kelompok menyampaikan hasil diskusinya dalam pleno.4. Guru mengajak peserta didik mengamati foto Indira Gandhi, seorang Ayah yang sedang mengasuh anaknya dan seorang Polwan kemudian menyebutkan bentuk kesederajatan yang ditunjukkan dalam foto tersebut serta memberikan tanggapan atas kesederajatan semacam itu.Kesederajatan dalam bidang: ……………………………………………………………………Pendapatku: ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………Indira Gandhi, Perdana menteri Indiasumber: www.dpcc.co.inKesederajatan dalam bidang: ……………………………………………………………………Pendapatku: ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………sumber: Dokumen KemdikbudPendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti67Kesederajatan dalam bidang: ……………………………………………………………………Pendapatku: ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………sumber: kulonprogonews.files.wordpress5. Guru meminta peserta didik berdiskusi untuk menjawab pertanyaan: bidang-bidang kehidupan apa saja yang dapat dijadikan sarana mewujudkan kesederajatan antara perempuan dan laki-laki?Langkah 2Mendalami Pandangan Gereja tentang Kesederajatan Perempuan dan Laki-Laki1. Guru mengajak peserta didik untuk membaca beberapa kutipan dari Katekismus Gereja Katolik yang berkaitan dengan pandangan tentang kesederajatan perempuan dan laki-laki.Katekismus Gereja Katolik Artikel 369Pria dan wanita diciptakan, artinya, dikehendaki Allah dalam persamaan yang sempurna di satu pihak sebagai pribadi manusia dan di lain pihak dalam kepriaan dan kewanitaannya. “Kepriaan” dan “kewanitaan” adalah sesuatu yang baik dan dikehendaki Allah: keduanya, pria dan wanita, memiliki martabat yang tidak dapat hilang, yang diberi kepada mereka langsung oleh Allah, Penciptanya. Keduanya, pria dan wanita, bermartabat sama “menurut citra Allah”. Dalam kepriaan dan kewanitaannya mereka mencerminkan kebijaksanaan dan kebaikan Pencipta68Buku Guru Kelas VII SMPKatekismus Gereja Katolik Artikel 371Allah menciptakan pria dan wanita secara bersama dan menghendaki yang satu untuk yang lain. Sabda Allah menegaskan itu bagi kita melalui berbagai tempat dalam Kitab Suci: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya yang sepadan dengan dia” (Kej. 2:18). Dari antara binatang-binatang manusia tidak menemukan satu pun yang sepadan dengan dia (Kejadian 2:19-20). Wanita yang Allah “bentuk” dari rusuk pria, dibawa kepada manusia. Lalu berkatalah manusia yang begitu bahagia karena persekutuan dengannya, “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku” (Kejadian 2:23). Pria menemukan wanita itu sebagai aku yang lain, sebagai sesama manusia. Katekismus Gereja Katolik Artikel 372Pria dan wanita diciptakan “satu untuk yang lain”, bukan seakan-akan Allah membuat mereka sebagai manusia setengah-setengah dan tidak lengkap, melainkan Ia menciptakan mereka untuk satu persekutuan pribadi, sehingga kedua orang itu dapat menjadi “penolong” satu untuk yang lain, karena di satu pihak mereka itu sama sebagai pribadi (“tulang dari tulangku”), sedangkan di lain pihak mereka saling melengkapi dalam kepriaan dan kewanitaannya. Dalam perkawinan Allah mempersatukan mereka sedemikian erat, sehingga mereka “menjadi satu daging” (Kejadian 2:24) dan dapat meneruskan kehidupan manusia: “Beranak-cuculah dan bertambah banyaklah; penuhilah bumi” (Kej. 1:28). Dengan meneruskan kehidupan kepada anak-anaknya, pria dan wanita sebagai suami isteri dan orang-tua bekerja sama dengan karya Pencipta atas cara yang sangat khusus.2. Guru meminta peserta didik masuk dalam kelompok. Tiap kelompok merumuskan pertanyaan untuk didiskusikan berkaitan dengan artikel di atas. Kelompok menjawab pertanyaan dari kelompok lain. 3. Peserta didik membaca Yohanes 8: 2-11 kemudian Markus 15: 21-28 dan merumuskan pesan yang terdapat di dalamnya berkaitan dengan perjuangan Yesus menegakkan kesederajatan perempuan dan laki-laki.4. Setelah pleno hasil diskusi kelompok, bila dianggap perlu, guru dapat menyampaikan beberapa gagas an berikut ini.• Yesus hidup dalam masyarakat Yahudi tatkala kaum perempuan menjadi warga masyarakat kelas dua dalam tatanan masyarakat. Pada masa itu, kaum perempuan Yahudi banyak mendapat perlakuan tidak adil. • Beberapa kasus dalam Kitab Suci memperlihatkan hal itu. Antara lain: Perempuan yang kedapatan berbuat dosa, dihakimi secara sepihak oleh orang banyak tanpa melihat bahwa kaum laki-laki juga berdosa (lih. Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti69Yoh. 8: 2-11). Peraturan-peraturan yang diberlakukan dalam pertemuan-pertemuan jemaat menunjukkan betapa kaum perempuan terpinggirkan, kurang diberi tempat (lih. 1Kor. 14: 26-40; 1Tim. 2:11-14).• Yesus sangat menghargai dan membela kaum perem puan. Yesus memperlakukan perempuan berzinah secara manusiawi (lih. Yoh. 8: 2-11). Yesus juga memuji seorang perempuan Kanaan yang percaya (lih. Mrk. 15: 21-28) dan menempatkan contoh seorang janda miskin yang memberi sumbangan di bait Allah sebagai teladan dalam kejujuran di hadapan Allah. Ia selalu berjuang agar tercipta suatu masyarakat di mana laki-laki dan perempuan sederajat/setara.• Sikap dan tindakan Yesus itu tampaknya dilandasi oleh pemahaman-Nya bahwa baik laki-laki maupun perempuan sama di mata Allah karena Allah sendiri telah menciptakan mereka sebagai citra Allah yang saling membutuhkan. Karena saling membutuhkan itulah, maka tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah di antara mereka.Langkah 3Refleksi Guru mengajak peserta didik masuk dalam suasana hening untuk berefleksi dan merencanakan aksi nyata yang akan dilakukan.Anak-anak yang terkasih,Sebagai penutup pelajaran hari ini, mari kita refleksi sejenak,Keluhuran martabat manusia bukan ditentukan oleh apakah dia seorang laki-laki atau perempuan. Apakah saya selama ini menghormati teman saya sebagai ciptaan Allah yang bermartabat luhur?Menghina manusia citra Allah sama dengan menghina penciptanya. Apakah saya pernah menghina teman saya perempuan atau laki-laki?Laki-laki dan perempuan itu sederajat. Apakah saya menghormati siapa saja dan tidak menganggap lawan jenis sebagai saingan?Sekarang, pikirkan kebiasaan baik apa yang akan dilakukan sebagai wujud penghormatan terhadap kesederajatan perempuan dan laki-laki, misalnya:- Mau bergaul dengan siapa saja dengan tetap menjaga kesopanan dan kesusilaan- Tidak menghina lawan jenisMasih dalam suasana hening, buatlah motto yang menggambarkan keyakinanmu bahwa perempuan dan laki-laki itu sederajat. Hiasilah motto itu sebaik mungkin dan kumpulkanDoaGuru mengajak peserta didik menutup pelajaran dengan doa.70Buku Guru Kelas VII SMPC. Mengembangkan Diri sebagai Perempuan dan Laki-lakiKompetensi Dasar1.4 Bersyukur atas anugerah seksualitas demi kehidupan bersama yang lebih baik.2.4 Bertanggung jawab dalam mengembangkan seksualitas secara benar sebagai anugerah Allah.3.4 Memahami berbagai cara untuk mengembangkan seksualitas sebagai anugerah Allah demi kehidupan bersama.4.4 Melakukan aktivitas (misalnya menyusun doa/ puisi/ refleksi/ slogan) tentang mengembangkan seksualitas sebagai anugerah Allah demi kehidupan bersama yang lebih baik.Indikator Peserta didik mampu1. Menjelaskan berbagai cara mengembangkan sesualitas sebagai perempuan atau laki-laki.2. Menjelaskan pandangan Kristiani tentang panggilan untuk mengembangkan diri sebagai perempuan atau laki-laki.3. Melakukan aksi nyata di rumah yang berfungsi melatih ketrampilan sebagai Perempuan atau laki-laki sejati.PendekatanKateketis dan SaintifikMetode1. Diskusi Kelompok.2. Sharing.3. Penugasan.Bahan Kajian1. Pandangan tentang seksualitas sebagai perempuan atau laki-laki. 2. Cara mengembangkan sexualitas sebagai perempuan atau laki-laki. 3. Pandangan Kristiani tentang seksualitas sebagai perempuan atau laki-laki.Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti71Sumber Belajar1. Ben Handaya. Etiket dan Pergaulan. Cet. ke-17, Kanisus Yogyakarta: 2001.2. Julius dan Rini Chandra. Melangkah ke Alam Kedewasaan. Cet. Ke-9, Kanisius-Yogyakarta: 2001.3. Alex Lanur, OFM. Menemukan Diri, Cet. ke-9, Kanisius, Yogyakarta: 2000.4. Bernard Kieser SJ. Moral Dasar. Kanisius-Yogyakarta.5. Pengalaman Peserta DidikWaktu3 Jam PelajaranPemikiran Dasar Umumnya remaja SMP sadar bahwa dirinya, sebagai perempuan atau laki-laki sedang berkembang. Ia sadar bahwa dirinya makin menarik karena cantik atau tampan. Ia juga sadar bahwa kekhasan dan fungsi-fungsi dirinya makin bertambah. Dalam kondisi semacam itu sesungguhnya mereka makin perlu mendapat bimbingan dan arahan, agar mereka tidak hanya merasa puas terhadap pencapaian kematangan fisik. Sebab, banyak kasus sekarang ini yang memperlihatkan beberapa remaja yang menggunakan pencapaian kematangan fisik itu justru dengan melakukan tindakan yang dapat merusak diri mereka sendiri, seperti memamerkan bahkan menjual tubuh secara murahan, atau melakukan pengeroyokan untuk memperlihatkan kekuatan, merokok atau memakai narkoba sebagai gaya hidup. Tentu saja para remaja perlu belajar menyadari bahwa pencapaian kematangan fisik itu bukan titik akhir dari perkembangan mereka. Para remaja, perlu diajak melangkah untuk berfikir lebih jauh bahwa masih banyak hal yang harus dilatih, dimiliki dan dibiasakan dalam hidupnya. Sebab panggilan luhur mereka sebagai perempuan atau laki-laki yang sesungguhnya adalah menjadi manusia sempurna, manusia sejati, yakni sebagai perempuan sejati atau sebagai laki-laki sejati. Iman Katolik memberi penegasan bahwa laki-laki atau perempuan pada dasarnya merupakan anugerah Allah yang indah dan patut disyukuri. Maka perlu dihormati, dijalankan dan dikembangkan secara benar dan bertanggung jawab. Mengembangkan diri sebagai perempuan atau laki-laki pertama-tama berarti mengembangkan diri agar sebagai perempuan atau laki-laki, mampu memancarkan citra kekuatan dan kasih Allah yang lemah-lembut. Bersamaan dengan itu, mengembangkan diri menjadi perempuan atau laki-laki dapat diwujudkan pula dengan sejak dini menjaga kemurnian dan kesucian, baik fisik (tubuh) maupun jiwa. Tentang kesucian Tubuh, Santo Paulus dalam Suratnya kepada umat di Korintus menegaskan bahwa tubuh kita merupakan Bait Roh Kudus 72Buku Guru Kelas VII SMP(1Kor. 6: 13b-20), yakni tempat roh Allah hadir dan berkarya dalam diri manusia. Maka, kita tidak hanya perlu menghormati tubuh kita, melainkan merawatnya dan menggunakan tubuh kita sesuai dan demi kemuliaan Allah sendiri. Lebih jauh dalam syahadat ditegaskan kembali bahwa tubuh kita juga akan dibangkitkan kembali, diubah, dan disempurnakan oleh Allah pada saat kebangkitan. Kita percaya akan adanya kebangkitan badan. Maka tubuh manusia tidak hanya fisik-jasmaniah, melainkan bersifat spiritual-rohaniah, yang dari padanya harus menghasilkan buah-buah kebajikan dan susila yang baik. Jangan sampai tubuh yang kita miliki menjerumuskan kita ke dalam dosa. Melalui pelajaran ini, peserta didik diharapkan sejak dini belajar melatih diri bersikap kritis dalam memilih dan memilah hal-hal yang mendukung perkembangan kepribadiannya dan berusaha dengan keras menghindari dan menolak hal-hal yang dapat merusak dirinya. Kegiatan PembelajaranDoaGuru mengajak peserta didik untuk membuka pelajaran dengan berdoa. Allah Bapa Maha Pencipta, Kami bersyukur telah diciptakan sebagai citra-Mu, sebagai perempuan atau laki-laki. Bimbinglah kami, agar dalam masa remaja ini kami dapat melatih dan memperkembangkan diri menjadi perempuan atau laki-laki sejati menjadi manusia yang sempurna, seturut teladan PutraMu, Yesus Kristtus dan Bunda Maria, Bunda kami Amin.Langkah 1Menggali Pemahaman tentang Seksualitas sebagai perempuan atau laki-laki 1. Guru bertanya jawab dengan peserta didik tentang pengertian sex dan sesualitas2. Bila diperlukan Guru dapat menegaskan:- Kata seks lebih menunjuk pada jenis kelamin serta kekhasan fungsi yang terkait dengan jenis kelamin tersebut.Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti73- Contoh: organ seks yang dimiliki perempuan itu: vagina, rahim dan memiliki sel telur; maka hanya perempuan yang bisa mengandung. Organ seks laki-laki itu penis, buah zakar, dan laki-laki mempunyai sperma. - Kata seksualitas lebih menunjuk pada keseluruhan kepribadian ( baik sikap, cara berfikir, kebiasaan, karakter, minat) yang diungkapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk semakin mengembangkan dirinya menjadi perempuan atau laki-laki sejati.. 3. Guru mengajak peserta didik berdiskusi dalam kelompok untuk menjawab pertanyaan berikut:a. Apa kriteria seseorang disebut perempuan sejati ?b. Apa kriteria seseorang disebut laki-laki sejati ?4. Bila diskusi selesai, Guru memberi kesempatan tiap kelompok mempresentasikan hasilnya dalam pleno5. Dalam kelompok, peserta didik merumuskan pertanyaan untuk didiskusikan agar memahami makna sebagai perempuan atau laki-laki sejati. Bila dipandang perlu, guru dapat menyampaikan pertanyaan berikut.a. Pengetahuan dan keterampilan apa yang sebaiknya kamu latih agar kelak dapat menjadi perempuan sejati atau laki-laki sejati?b. Kebiasaan dan nilai-nilai apa yang perlu ditumbuhkan dalam dirimu sehingga dirimu bertumbuh menjadi citra Allah sejati?c. Kemukakan contoh yang mengungkapkan sikap/perilaku yang tidak sesuai dengan penghayatan diri sebagai perempuan atau laki-laki.Langkah 2Mendalami Makna dan Panggilan Mengembangkan Diri Sebagai Perempuan dan Laki-laki Sejati1. Guru mengajak peserta didik untuk membaca kutipan Katekismus Gereja Katolik berikut.Katekismus Gereja Katolik Artikel 2335Kedua jenis kelamin mempunyai martabat yang sama dan, walaupun atas cara yang berbeda-beda, merupakan citra kekuatan dan cinta kasih Allah yang lemah lembut.Panggilan yang tak kalah pentingnya adalah menjaga kesucian dan kemurnian diri sebagai perempuan atau laki-laki.Next >