< Previous14Buku Guru Kelas XI SMA/SMK3. Menggali Arti dan Makna Gereja sebagai Umat Allah Melalui Sebuah Cerita.• Guru mengajak peserta didik membaca dan menyimak berita berikut ini: Paus: Gereja sebagai keluarga Allah(Audiensi Umum Paus Fransiskus pada tanggal 29 Mei 2013)Saudara-saudari sekalian, Selamat pagi!Rabu lalu saya menekankan ikatan yang mendalam antara Roh Kudus dan Gereja. Hari ini saya ingin memulai beberapa katekese mengenai misteri Gereja, misteri yang kita semua alami dan kita turut ambil bagian di dalamnya. Saya ingin melakukannya dengan beberapa konsep yang jelas dalam teks-teks dari Konsili Vatikan II.Hari ini yang pertama adalah: “Gereja sebagai keluarga Allah”.Dalam beberapa bulan terakhir saya menyebutkan lebih dari sekali Perumpamaan tentang Anak yang Hilang atau, lebih tepatnya, Bapa Yang Murah Hati (bdk. Luk 15:11-32). Anak bungsu meninggalkan rumah ayahnya, menghabiskan semua yang ia miliki dan memutuskan untuk pulang lagi karena dia menyadari bahwa dia telah bersalah. Dia tidak lagi menganggap dirinya layak menjadi anak, tetapi berpikir ia memiliki kesempatan untuk dipekerjakan sebagai pembantu. Ayahnya, sebaliknya, berlari untuk menemui dia, memeluknya, mengembalikan kepadanya martabatnya sebagai anak dan merayakan hal tersebut. Perumpamaan ini, seperti yang lainnya dalam Injil, jelas menunjukkan rencana Allah bagi Umat manusia.Apakah rencana Allah itu? Yakni membuat kita semua menjadi satu keluarga sebagai anak-anak-Nya, di mana setiap orang merasa bahwa Allah itu dekat dan merasa dicintai olehNya, seperti dalam perumpamaan Injil, merasakan kehangatan menjadi keluarga Allah. Gereja berakar dalam rencana besar ini. Gereja bukan organisasi yang didirikan atas perjanjian antara beberapa orang, tetapi seperti Paus Benediktus XVI telah begitu sering mengingatkan kita Gereja adalah pekerjaan Allah, yang lahir justru dari rancangan penuh kasih, ini yang secara bertahap masuk ke dalam sejarah. Gereja ini lahir dari keinginan Allah untuk memanggil semua orang dalam persekutuan dengan dia, persahabatan dengan dia; untuk berbagi dalam kehidupan ilahi-Nya sendiri sebagai putra-putra dan putri-putri-Nya. Kata “Gereja”, berasal dari bahasa Yunani “ekklesia” , berarti “pertemuan akbar orang – orang yang dipanggil”: Allah memanggil kita, Ia mendorong kita untuk keluar dari individualisme kita, dari kecenderungan kita untuk menutup diri kita sendiri, dan Dia memanggil kita untuk menjadi keluarga-Nya.Selanjutnya, panggilan ini berasal dari penciptaan itu sendiri. Allah menciptakan kita supaya kita hidup dalam hubungan persahabatan yang mendalam dengan Dia, dan bahkan ketika dosa memutuskan hubungan dengan Dia, dengan orang lain dan 15Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekertidengan ciptaan lainnya, Allah tidak meninggalkan kita. Seluruh kisah keselamatan adalah kisah Allah yang berusaha meraih manusia, menawarkan cinta-Nya kepada mereka dan menyambut mereka. Ia memanggil Abraham untuk menjadi bapa dari banyak orang, Ia memilih orang Israel untuk membuat sebuah perjanjian yang akan merangkul semua orang, dan dalam kepenuhan waktu, Ia mengutus Putra-Nya sehingga rencana cinta dan keselamatan-Nya dapat digenapi dalam Perjanjian Baru dan kekal dengan seluruh Umat manusia.Ketika kita membaca Injil, kita melihat bahwa Yesus mengumpulkan di sekitar-Nya komunitas kecil yang menerima firman-Nya, mengikuti-Nya, turut serta dalam perjalanan-Nya, menjadi keluarga-Nya, dan dengan komunitas inilah Dia mempersiapkan dan membangun Gereja-Nya.Jadi dari manakah Gereja itu terlahir? Gereja lahir dari tindakan kasih yang paling agung dari Salib, dari sisi lambung Yesus yang ditusuk dan mengalirkan darah dan air, simbol dari Sakramen Ekaristi dan Pembaptisan. Darah kehidupan keluarga Allah, Gereja, adalah kasih Allah yang diaktualisasikan dalam mencintai diri-Nya dan orang lain, semua orang, tanpa membeda-bedakan atau membatasi. Gereja adalah keluarga yang kita cintai dan mencintai kita.Kapan Gereja memanifestasikan dirinya? Kita merayakannya dua minggu yang lalu, Gereja menjadi nyata ketika karunia Roh Kudus memenuhi hati para Rasul dan membakar semangat mereka untuk pergi ke luar dan memulai perjalanan mereka untuk mewartakan Injil, menyebarkan kasih Allah.Hari ini masih ada beberapa orang yang mengatakan: “Kristus ya, Gereja tidak”. Seperti orang yang mengatakan, “Saya percaya pada Tuhan, tetapi tidak pada Imam”. Tapi Gereja sendiri yang membawa Kristus kepada kita dan yang membawa kita kepada Allah. Gereja adalah keluarga besar anak-anak Allah. Tentu saja Gereja juga memiliki aspek manusiawi. Dalam diri mereka yang membentuk Gereja, para Imam dan Umat beriman, terdapat kekurangan, ketidaksempurnaan, dan dosa. Paus juga memiliki hal-hal tersebut dan banyak dari mereka; tetapi yang indah adalah bahwa ketika kita menyadari bahwa kita adalah orang berdosa kita menemukan rahmat Allah yang selalu mengampuni. Jangan lupa: Allah selalu mengampuni dan menerima kita ke dalam cintanya yang penuh dengan pengampunan dan belas kasihan. Beberapa orang mengatakan bahwa dosa adalah suatu pelanggaran terhadap Allah, tetapi juga merupakan kesempatan untuk merendahkan diri sendiri untuk menyadari bahwa ada sesuatu yang lain lebih indah: kerahiman Allah. Mari kita pikirkan hal ini.Mari kita bertanya pada diri kita hari ini: seberapa saya mencintai Gereja? Apakah saya berdoa untuknya? Apakah saya merasa menjadi bagian dari keluarga Gereja? Apa yang harus saya lakukan untuk memastikan bahwa Gereja adalah sebuah komunitas tempat setiap orang merasa diterima dan dipahami, merasa belas kasihan dan kasih 16Buku Guru Kelas XI SMA/SMKAllah yang memperbaharui hidup? Iman adalah sebuah karunia dan sebuah perbuatan yang menjadi perhatian kita secara pribadi, tetapi Allah memanggil kita untuk hidup dengan iman kita bersama-sama, sebagai sebuah keluarga, sebagai Gereja.Mari kita mohon kepada Tuhan, dengan cara yang sangat khusus selama Tahun Iman ini, semoga masyarakat kita, seluruh Gereja, semakin menjadi keluarga sejati yang hidup dan membawa kehangatan kasih Allah....(AO)Lapangan Santo Petrus, 29 Mei 2013,Diterjemahkan dari: www.vatican.vadalam http://katolisitas.org/11518/paus-gereja-sebagai-keluarga-allah4. Pendalaman Cerita• Guru mengajak peserta didik untuk merumuskan pertanyaan-pertanyaan atas cerita yang telah mereka dengar atau membacanya untuk didiskusikan dalam kelompok. a. Apa makna Gereja menurut Paus Fransiskus?b. Gambaran Gereja macam apakah yang terkandung dalam cerita ini?c. Apa makna Gereja sebagai keluarga Allah?d. Bagaimana sikap kita terhadap Gereja?5. Penjelasan• Setelah para peserta didik menanggapi, mendalami lewat tanya-jawab, guru memberikan penjelasan,- Kata “Gereja”, berasal dari bahasa Portugis, igreja yang diambil dari kata bahasaYunani ekklesia , berarti ‘kumpulan’, ‘pertemuan’, ‘rapat’. Paus Fransiskus menjelaskan ekklesia sebagai “pertemuan akbar orang-orang yang dipanggil”: Allah memanggil kita semua untuk menjadi keluarga-Nya.- Gereja, adalah kasih Allah yang diaktualisasikan dalam mencintai diri-Nya dan orang lain, semua orang, tanpa membeda-bedakan. - Gereja adalah keluarga yang kita cintai dan mencintai kita.- Gereja menjadi nyata ketika karunia Roh Kudus memenuhi hati para Rasul dan membakar semangat mereka untuk pergi ke luar dan memulai perjalanan mereka untuk mewartakan Injil, menyebarkan kasih Allah.- Ciri-ciri Gereja sebagai Umat Allah yang tampak dalam cerita tersebut adalah kesatuan dalam persaudaraan sejati.Langkah Kedua: Menggali Makna Gereja sebagai Umat Allah 17Pendidikan Agama Katolik dan Budi PekertiMenurut Ajaran Kitab Suci dan Ajaran Gereja1. Diskusi: Mendalami Ajaran Kitab Suci (Alkitab) sebagai Dasar Biblis Gereja sebagai Umat Allah• Guru membagi peserta didik dalam tiga atau beberapa kelompok untuk mendalami makna Gereja sebagai Umat Allah yang ditulis dalam Kitab Suci. Pertanyaan-pertanyaan untuk panduan diskusi, sebagai berikut.a. Apa pesan keseluruhan teks Kitab Suci yang dibaca?b. Apa makna Gereja menurut teks Kitab Suci tersebut (sebutkan ayat-ayat terkait)?c. Apa ciri-ciri Gereja sebagai Umat Allah dalam perikop Kitab Suci tersebut?d. Apa saja konsekuensinya bagi kita sebagai anggota Gereja, Umat Allah?Kelompok 1Kisah para Rasul. 2:41- 4741 Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa.42 Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.43 Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda.44 Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama,45 dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing.46 Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati,47 sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.Kelompok 21Korintus 12:7-117 Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama.8 Sebab kepada yang seorang Roh memberikan karunia untuk berkata-kata dengan hikmat, dan kepada yang lain Roh yang sama memberikan karunia berkata-kata den-18Buku Guru Kelas XI SMA/SMKgan pengetahuan.9 Kepada yang seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menyembuhkan.10 Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan ke-pada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat, dan kepada yang lain lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam roh. Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu.11 Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberi-kan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendaki-Nya.Kelompok 31 Korintus 12:12–1812 Karena sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus.13 Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh.14 Karena tubuh juga tidak terdiri dari satu anggota, tetapi atas banyak anggota.15 Andaikata kaki berkata: “Karena aku bukan tangan, aku tidak termasuk tubuh”, jadi benarkah ia tidak termasuk tubuh?16 Dan andaikata telinga berkata: “Karena aku bukan mata, aku tidak termasuk tubuh”, jadi benarkah ia tidak termasuk tubuh?17 Andaikata tubuh seluruhnya adalah mata, di manakah pendengaran? Andaikata seluruhnya adalah telinga, di manakah penciuman?18 Tetapi Allah telah memberikan kepada anggota, masing-masing secara khusus, suatu tempat pada tubuh, seperti yang dikehendaki-Nya.2. Melaporkan Hasil Diskusi• Guru mengajak setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya, sementara kelompok lain memberikan tanggapan atau pertanyaan-pertanyaan.3. Penjelasan• Setelah peserta didik mendalami Kitab Suci dalam diskusi kelompok dan melaporkan hasil diskusinya masing-masing di depan kelas, guru memberikan penjelasan- Hidup meng-Umat pada dasarnya merupakan hakikat Gereja itu sendiri, sebab 19Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekertihakikat Gereja adalah persaudaraan cinta kasih seperti yang dicerminkan oleh hidup Umat Perdana (lih. Kis 2: 41-47).- Dalam hidup meng-Umat banyak karisma dan rupa-rupa karunia dapat dilihat, diterima, dan digunakan untuk kekayaan seluruh Gereja. Hidup Gereja yang ter-lalu menampilkan segi organisatoris dan struktural dapat mematikan banyak ka-risma dan karunia yang muncul dari bawah (1Kor 12: 7-10).- Dalam hidup meng-Umat, semua orang yang merasa menghayati martabat yang sama akan bertanggung jawab secara aktif dalam fungsinya masing-masing untuk membangun Gereja dan memberi kesaksian kepada dunia (Ef 4: 11-13; 1Kor 12: 12-18; 26-27).4. Mendiskusikan ajaran Gereja tentang Makna Gereja sebagai Umat Allah• Guru mengajak peserta didik masuk dalam kelompok untuk mendiskusikan makna Gereja sebagai Umat Allah dari dokumen-dokumen Konsili Vatikan II. Pembagian kelompok diskusi dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik. Diskusi kelompok ini dapat dipandu dengan beberapa pertanyaan, misalnya; 1) Apa isi dokumen secara keseluruhan?2) Apa makna Gereja sebagai Umat Allah menurut dokumen tersebut?3) Apa ciri-ciri Gereja sebagai Umat Allah menurut dokumen tersebut?4) Apa dasar dan konsekuensi Gereja sebagai Umat Allah?Materi diskusi kelompok 1Rencana Bapa yang Bermaksud Menyelamatkan Semua OrangAtas keputusan kebijaksanaan serta kebaikan-Nya yang sama sekali bebas dan raha-sia, Bapa yang kekal menciptakan dunia semesta. Ia menetapkan, bahwa Ia akan men-gangkat manusia untuk ikut serta menghayati hidup Ilahi. Ketika dalam diri Adam Umat manusia jatuh, Ia tidak meninggalkan mereka, melainkan selalu membantu mereka supaya selamat, demi Kristus Penebus, citra Allah yang tak kelihatan, yang su-lung dari segala makluk (Kol 1:15). Adapun semua orang, yang sebelum segala zaman telah dipilih oleh Bapa, telah dikenal-Nya dan ditentukan-Nya sejak semula, untuk menyerupai citra putera-Nya, supaya Dialah yang menjadi sulung di antara banyak saudara (Rom 8:29). Bapa menetapkan untuk menghimpun mereka yang beriman akan Kristus dalam Gereja kudus. Gereja itu sejak awal dunia telah dipralambang-kan, serta disiapkan dalam sejarah bangsa Israel dan dalam perjanjian lama. Gereja didirikan pada zaman terakhir, ditampilkan berkat pencurahan Roh, dan akan disem-purnakan pada akhir zaman. Dan pada saat itu seperti tercantum dalam karya tulis para Bapa yang suci, semua orang yang benar sejak Adam, dari Abil yang saleh hingga orang terpilih yang terakhir, akan dipersatukan dalam Gereja semesta di hadirat Bapa (Lumen Gentium artikel 2)20Buku Guru Kelas XI SMA/SMKMateri diskusi kelompok 2Roh Kudus yang menguduskan Gereja. Ketika sudah selesailah karya, yang oleh Bapa dipercayakan kepada Putera untuk dilaksanakan didunia (lih Yoh 17:4), diutuslah Roh Kudus pada hari Pentekosta, untuk tiada hentinya menguduskan Gereja. Dengan demikian Umat beriman akan dapat mendekati Bapa melalui Kristus dalam satu Roh (lih Ef 2:18). Dialah Roh kehidupan atau sumber air yang memancar untuk hidup kekal (lih Yoh, 4:14; 7:38-39). Melalui Dia Bapa menghidupkan orang-orang yang mati karena dosa, sampai Ia membangkitkan tubuh mereka yang fana dalam Kristus (lih Rom, 8:10-11). Roh itu tinggal dalam Gereja dan dalam hati Umat beriman bagaikan dalam kenisah (lih 1Kor 3:16; 6:19). Dalam diri mereka Ia berdoa dan memberi kesaksian tentang pengangkatan mereka menjadi putera (lih Gal, 4:6; Rom 8:15-16 dan 26). Oleh Roh Gereja diantar kepada segala kebenaran (lih, Yoh, 16:13), dipersatukan dalam persekutuan serta pelayanan, diperlengkapi dan dibimbing dengan aneka kurnia hirarkis dan karismatis, serta disemarakkan dengan buah-buah-Nya (lih, Ef, 4:11-12; 1Kor, 12:4; Gal, 5:22). Dengan kekuatan Injil Roh meremajakan Gereja dan tiada hentinya membaharuinya, serta mengantarkannya kepada persatuan sempurna dengan Mempelainya. Sebab Roh dan Mempelai berkata kepada Tuhan Yesus: “Datanglah!” (lihat Why, 22:17). Demikianlah seluruh Gereja nampak sebagai Umat yang disatukan berdasarkan kesatuan Bapa dan Putera dan Roh Kudus. (Lumen Gentium artikel 4)Materi diskusi kelompok 3Gereja, Tubuh mistik Kristus. Dalam kodrat manusiawi yang disatukan dengan diri-Nya, Putera Allah telah mengalahkan maut dengan wafat dan kebangkitan-Nya. Demikianlah Ia telah menebus manusia dan mengubahnya menjadi ciptaan baru (lih Gal, 6:15; 2Kor, 5:17). Sebab Ia telah mengumpulkan saudara-saudara-Nya dari segala bangsa, dan dengan mengaruniakan Roh-Nya Ia secara gaib membentuk mereka menjadi Tubuh-Nya. Dalam Tubuh itu hidup Kristus dicurahkan ke dalam Umat beriman. Melalui sakramen-sakramen mereka itu secara rahasia namun nyata dipersatukan dengan Kristus yang telah menderita dan dimuliakan. Sebab berkat Babtis kita menjadi serupa dengan Kristus: “karena dalam satu Roh kita semua telah dibabtis menjadi satu Tubuh” (1Kor 12:13). Dengan upacara suci itu dilambangkan dan diwujudkan persekutuan dengan wafat dan Kebangkitan Kristus: “Sebab oleh babtis kita telah dikuburkan bersama dengan Dia ke dalam kematian”; tetapi bila “kita telah dijadikan satu dengan apa yang serupa dengan wafat-Nya, kita juga akan disatukan dengan apa yang serupa dengan kebangkitan-Nya” (Rom, 6: 4-5). Dalam pemecahan roti ekaristis kita secara nyata ikut serta dalam Tubuh Tuhan; maka kita diangkat untuk bersatu dengan Dia dan bersatu antara kita. Karena roti adalah satu, maka kita yang banyak ini merupakan satu Tubuh; sebab kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu (1Kor 10:17). Demikianlah kita semua dijadikan anggota Tubuh itu (lih, 1Kor, 12: 27), “sedangkan masing-masing menjadi anggota yang 21Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekertiseorang terhadap yang lain” (Rom 12:5). Adapun semua anggota tubuh manusia, biarpun banyak jumlahnya, membentuk hanya satu Tubuh, begitu pula para beriman dalam Kristus (lih 1Kor 12:12). Juga dalam pembangunan Tubuh Kristus terhadap aneka ragam anggota dan jabatan. Satulah Roh, yang membagikan aneka anugrah-Nya sekedar kekayaan-Nya dan menurut kebutuhan pelayanan, supaya bermanfaat bagi Gereja (lih 1Kor 12:1-11). Di antara karunia-karunia itu rahmat para Rasul mendapat tempat istimewa. Sebab Roh sendiri menaruh juga para pengemban karisma dibawah kewibawaan mereka (lih 1Kor 14). Roh itu juga secara langsung menyatukan Tubuh dengan daya kekuatan-Nya dan melalui hubungan batin antara para anggota. Ia menumbuhkan cinta kasih di antara Umat beriman dan mendorong mereka untuk mencintai. Maka, bila ada satu anggota yang menderita, semua anggota ikut menderita; atau bila satu anggota dihormati, semua anggota ikut bergembira (lih 1Kor 12:26). Kepala Tubuh itu Kristus. Ia citra Allah yang tak kelihatan, dan dalam Dia segala-sesuatu telah diciptakan. Ia mendahului semua orang, dan segala-galanya berada dalam Dia. Ialah Kepala Tubuh yakni Gereja. Ia pula pokok pangkal, yang sulung dari orang mati, supaya dalam segala-sesuatu Dialah yang utama (lih Kor 1:15-18). Dengan kekuatan-Nya yang agung Ia berdaulat atas langit dan bumi; dan dengan kesempurnaan serta karya-Nya yang amat luhur Ia memenuhi seluruh Tubuh dengan kekayaan kemuliaan-Nya (lih, Ef, 1:18-23).[7]Semua anggota harus menyerupai Kristus, sampai Ia terbentuk dalam mereka (lih, Gal, 4:19). Maka dari itu, kita diperkenankan memasuki misteri-misteri hidup-Nya, disamakan dengan-Nya, ikut mati dan bangkit bersama dengan-Nya, hingga kita ikut memerintah bersama dengan-Nya (lih Flp 3:21; 2Tim 2:11; Ef 2:6; Kol 2:12; dan lain-lain). Selama masih mengembara di dunia, dan mengikut jejak-Nya dalam kesusahan dan penganiyaan, kita digabungkan dengan kesengsaraan-Nya sebagai Tubuh dan Kepala; kita menderita bersama dengan-Nya, supaya kelak ikut dimuliakan bersama dengan-Nya pula (lih Rom 8:17). Dari Kristus seluruh Tubuh, yang ditunjang dan diikat menjadi satu oleh urat-urat dan sendi-sendi, menerima pertumbuhan ilahinya (Kol 2:19). Senantiasa Ia membagi-bagikan karunia-karunia pelayanan dalam Tubuh-Nya, yakni Gereja. Berkat kekuatan-Nya, kita saling melayani dengan karunia-karunia itu agar selamat. Demikianlah, sementara mengamalkan kebenaran dalam cinta kasih, kita bertumbuh melalui segalanya menjadi Dia, yang menjadi Kepala kita (lih, Ef, 4:11-16 yun). Supaya kita tiada hentinya diperbaharui dalam Kristus (lih, Ef, 4:23), Ia mengaruniakan Roh-Nya kepada kita. Roh itu satu dan sama dalam Kepala maupun dalam para anggota-Nya dan menghidupkan, menyatukan serta menggerakkan seluruh Tubuh sedemikian rupa, sehingga peran-Nya oleh para Bapa suci dapat dibandingkan dengan fungsi, yang dijalankan oleh azas kehidupan atau jiwa dalam tubuh manusia[8]. Kristus mencintai Gereja sebagai Mempelai-Nya. Ia menjadi teladan bagi suami yang mengasihi isterinya sebagai Tubuh-Nya sendiri (lih Ef 5:25-28). Sebaliknya Gereja patuh kepada Kepalanya (Ay.23-24). “Sebab dalam Dia tinggallah seluruh kepenuhan Allah secara badaniah” (Kol 2: 9). Ia memenuhi Gereja, 22Buku Guru Kelas XI SMA/SMKyang merupakan Tubuh dan kepenuhan-Nya, dengan karunia-karunia ilahi-Nya (lih, Ef, 1:22-23), supaya Gereja menuju dan mencapai segenap kepenuhan Allah (lih, Ef ,3:19).(Lumen Gentium, artikel 7)5. Melaporkan hasil diskusi• Guru meminta setiap kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi kelompoknya masing-masing, dan kelompok lain diperkenankan untuk menanggapi atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan informatif.6. Penjelasan• Setelah peserta didik berdiskusi dan menyampaikan hasil diskusinya, guru bersama peserta didik membuat rangkuman, misalnya sebagai berikut.• Hakikat Gereja sebagai Umat Allaha. Umat Allah merupakan suatu pilihan dan panggilan dari Allah sendiri. Umat Allah adalah bangsa terpilih, bangsa terpanggil.b. Umat Allah dipanggil dan dipilih oleh Allah untuk misi tertentu, yaitu menyelamatkan dunia.b. Hubungan antara Allah dan Umat-Nya dimeteraikan oleh suatu perjanjian. Umat harus menaati perintah-perintah Allah dan Allah akan selalu menepati janji-janji-Nya.c. Umat Allah selalu dalam perjalanan, melewati padang pasir, menuju Tanah Terjanji. Artinya, kita sebagai Gereja, Umat Allah sedang berziarah di dunia menuju rumah Bapa di surga.• Dasar dan Konsekuensi Gereja sebagai Umat Allaha. Hakikat Gereja sendiri adalah persaudaraan cinta kasih, sebagaimana jelas tampak dalam praktik hidup Gereja Perdana (bdk. Kis. 2: 41-47; 4: 32-37)b. Adanya aneka macam karisma dan karunia yang tumbuh di kalangan Umat yang semestinya dipelihara dan dikembangkan untuk pelayanan dalam jemaat (bdk. 1Kor. 12: 7-10) c. Seluruh anggota Gereja memiliki martabat yang sama sebagai satu anggota Umat Allah meskipun di antara mereka terdapat fungsi yang berbeda-beda (bdk. 1Kor. 12: 12-18)23Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti• Konsekuensi Gereja sebagai Umat Allah a. Konsekuensi untuk Umat (awam); Umat harus menyadari kesatuannya dengan Umat yang lain (menghayati iman dalam kebersamaan); Umat aktif ambil bagian dalam kegiatan-kegiatan hidup menggereja di lingkungan/wilayahnya dengan se-gala karisma dan karunia yang dimilikinya. b. Konsekuensi untuk hierarki; Hierarki mesti menyadari bahwa tugas kepemimpi-nan yang diembannya adalah tugas pelayanan. Mereka berada di tengah-tengah Umat sebagai pelayan. Hierarki semestinya memberi ruang dan tempat bagi Umat untuk berperan aktif ikut dalam membangun Gereja dengan karisma dan karunia yang mereka miliki.c. Konsekuensi dalam hubungan Hierarki-Umat; Hierarki harus memandang Umat sebagai partner kerja dalam membangun Gereja, bukan sebagai pelengkap penderita yang seolah-olah tidak berperan apa-apa. Hierarki juga harus memperlakukan seluruh anggota Gereja sebagai satu Umat Allah yang memiliki martabat yang sama meskipun menjalankan fungsi yang berbeda-beda.Langkah Ketiga: Menghayati Makna Gereja sebagai Umat Allah 1. Mengungkapkan Keterlibatan dalam Hidup Gereja sebagai Umat Allah Melalui Sebuah Permainan.• Guru membagi dua atau tiga kelompok peserta didik dan telah mempersiapkan dua atau tiga gambar gedung gereja (sebaiknya dalam kertas karton yang tidak mudah robek) yang telah digunting menjadi beberapa potongan sesuai dengan jumlah kelompok. Kemudian, guru membagikan potongan gambar gereja secara acak bisa juga guru mengambil satu dua potongan gambar tersebut. Peserta didik diminta untuk menuliskan nama dan cita-citanya di balik potongan gambar gereja. Kemudian menyatukan potongan membentuk sebuah gambar. Kelompok yang satu dengan yang lain berusaha agar lebih dahulu selesai menyatukan gambar tersebut.2. Penjelasan• Setelah selesai permainan, guru mengarahkan agar para peserta didik sampai memahami gambaran umum tentang Gereja melalui proses permainan tersebut, antara lain sebagai berikut:- Gedung gereja terdiri atas: atap, pintu, tiang, ubin, jendela, dinding, salib, men-ara dan seterusnya. sesuai potongan-potongan gambar gereja dalam permainan tersebut.- Kita semua adalah anggota Gereja Katolik atau anggota Umat Allah.- Gereja Katolik terdiri atas: guru, dokter, pengusaha, jaksa, pengacara, petani, Next >