< Previous192 Kelas X SMA / MA / SMK / MAK Selanjutnya, untuk contoh lakon teater tradisional lainnya dapat kamu tanya pada grup atau kelompok seni teater yang masih bertahan atau cari beberapa sumber melalui media.Pada hakekatnya lakon teater adalah tentang kehidupan. Artinya, nilai-nilai kehidupan menjadi sumber ide dan gagasan dalam penyusunan atau penulisan lakon atau cerita. Di dalam lakon atau kisah pada intinya selalu mengandung unsur konflik. Karena dengan adanya konflik berupa pertentangan yang alami pelaku, pemain atau tokoh di dalam cerita akan mengalir dan berkembang.Konflik cerita dalam lakon dapat dibangun dengan terjadinya pertentangan tokoh utama (protagonis) dan tokoh lawan (antagonis) atau bisa terjadinya tokoh utama dengan dirinya sendiri (intern conflict), seperti memilih keyakinan atau kejiwaan yang dihadapi. Konflik cerita pun dapat terjadi apabila tokoh utama mengalami pertentangan dengan lingkungan (extern conflict), yakni merubah suatu kebiasaan atau masyarakat adat yang dapat menimbulkan musibah, wabah, seperti penyakit, banjir, dan bencana lain yang ditimbulkan akibat pengaruh alam dan lingkungan masyarakat.Apabila lakon dihadirkan atau dibuat dengan tidak memperhatikan kaidah dan hakekat dramatic yakni mengesampingkan konflik, maka cerita akan terasa monoton atau datar dan membosankan. Apabila terjadi, hal ini merupakan kesalahan awal yang fatal bagi penggarap dan pasti tidak akan berhasil menciptakan tontonan yang baik dan bermutu. Jadi berpandai-pandailah memilih lakon atau kisah yang dapat mendorong cerita berkembang dalam laku dramatic dan struktur lakon yang tersusun serta memuncak.Konflik cerita dapat dibangun dengan menghadirkan beberapa pola, diantaranya ; pola perubahan, pola kejayaan dan keruntuhan, pola kekalahan dan kemenangan, pola penderitaan dan kebahagian, pola penindasan dan kemerdekaan dan lainnya yang dialami tokoh utama dalam menggulirkan kisah atau cerita yang berujung apakah happy ending atau tragis kematian. Konflik cerita pun dapat juga dibangun dengan menghadirkan tiga unsur utama : Poima (itikad tokoh utama), Mathema (adanya hambatan tokoh lain atau sumber lain) dan Pathema (dampak atau hasil kemenangan atau tragis).Lakon yang baik, tidak lepas dari beberapa pertimbangan, antara lain; kejelian memilih lakon sesuai usia dan perkembangan peserta didik, memiliki daya tarik tematik, memiliki waktu yang cukup dalam penyiapan materi pementasan, lakon yang dibawakan menjadi wahana dan sarana pendidikan dalam berbagi pengalaman dengan positif dan bersama. Seni Budaya 193Berdasarkan jenis dan bentuk teater tradisional tersebut sangat mempengaruhi ciri dari pembentuk seninya, termasuk di dalam tentang lakon. Lakon yang dibawakan para aktor, aktris, pemain, dalam pementasan teater tradisional dapat dikemukakan sebagai berikut.Tabel 7.1Ciri-Ciri Lakon Teater Rakyat dan Teater IstanaNo.Lakon Teater Tradisional RakyatIstana 1Tidak ada naskah baku, lakon disampaikan dalam bentuk bagal, bedrip atau garis besar cerita saja bersumber cerita daerah setempat, Lakon bersumber cerita ramayana, mahabarata dan cerita panji (hikayat kebesaran raja-raja).2Lakon lebih mengutamakan isi seni (nilai pesan) dan mengusung fungsi terkait hiburan dari pada mengedepankan keindahan bentuk seni (estetis). Oleh karena tidak heran bahwa kecenderung lakon dalam pementasan teater tradisional rakyat unsur-unsur seni didalamnya bersifat tidak baku tergantung permintaan yang punya hajat.Lakon lebih mengedepankan keindahan seni yang matang dan mapan. Oleh karenanya, seni istana disebut seni adiluhung yang mapan (isi seni dan nilai seni) dan mengusung fungsi terkait kebesaran raja, upacara khsus. Oleh karena tidak heran bahwa kecenderung lakon dalam pementasan teater tradisional istana unsur-unsur seni didalamnya bersifat baku dan terorganisir dengan baik.3Lakon sebagai unsur cerita, bersumber dari kisah-kisah roman dan drama kehidupan dengan topik kriminal, sejarah, dan kisah yang tidak biasa dalam kehidupan. Lakon sebagai unsur cerita, bersumber dari kisah; Babad (cerita silsilah tanah leluhur), Hikayat (cerita panji), dan Epos (mahabarata dan ramayana).194 Kelas X SMA / MA / SMK / MAK No.Lakon Teater Tradisional RakyatIstana 4.Bentuk lakon cenderung bersifat komedi dan melodrama. Yakni, lakon yang diangkat lebih mengutakan unsur hiburan sekaligus memberikan gambaran pesan lakon yang bersifat sederhana sesuai kebiasaan hidup masyarakat pendukungnya.Bentuk lakon cenderung bersifat tragedi, yakni peristiwa yang mengangkat kisah-kisah perjuangan para leluhur dan orang-orang yang memiliki kharisma dan ketuladan.5Unsur-unsur lakon di dalamnya cenderung bersifat sederhana, tidak rumit, mudah dicerna dan memiliki keakraban cerita dengan masyarakat pendukunya. Unsur-unsur lakon di dalamnya cenderung bersifat baku, rumit, dan memiliki estetika tinggi. Karena dirancang oleh para empu yang memiliki keahlian di bidangnya. 6Bahasa yang digunakan dalam menyampaikan pesan cerita atau lakon cenderung menggunakana bahasa daerah yang tidak terikat dan cenderung menggunakan bahasa keseharian; lugas, dan bebas. Bahasa yang digunakan dalam menyampaikan pesan cerita atau lakon cenderung menggunakana bahasa daerah yang ketat atau menggunakan bahasa dengan idiom-idiom bahasa yang benar sesuai kebutuhannya.Berdasarkan tabel di atas, bahwa lakon teater yang kita miliki. Utamanya teater tradisional merupakan kekayaan bangsa kita dan memberikan inspirasi sebagai suatu gagasan untuk memahami keunikan dan kekhasan dalam memdalami tentang lakon. Dimana lakon dalam pementasan teater tradisional memiliki keragaman dan khasan yang sangat terikat dengan tema-tema kehidupan, baik kehidupan masyarakat biasan atau pun masyarakat yang hidup di istana atau keratonNamun demikian, kamu harus memahami bahwa belajar tentang lakon teater sebagai unsur penting dalam seni teater. Hendaklah kamu juga untuk mengetahui beberapa ragam jenis dan bentuk lakon terkait pementasan teater. Seni Budaya 195B. Jenis dan Bentuk Lakon1. Jenis Lakon Lakon dibangun oleh peristiwa di dalam adegan. Adegan merupakan bagian dari babak yang ditandai dengan keluar masuknya tokoh, perupaan atau musik di dalam seni pementasan. Dengan demikian dalam satu babak bisa terjadi lebih dari satu adegan. Babak itu sendiri adalah susunan dari beberapa adegan yang ditandai dengan terjadinya pergantian setting (tempat, waktu dan kejadian peristiwa) dalam sebuah peristiwa kejadian. Berdasarkan jumlah babak, lakon dapat dibedakan menjadi dua jenis yakni lakon pendek dan lakon panjang. Lakon pendek biasanya, lakon terdiri dari satu babak dengan beberapa peristiwa adegan di dalamnya. Lakon panjang dapat dipentaskan mencapai tiga sampai lima babak dengan beberapa adegan didalamnya. Panjang pendeknya lakon sangat tergantung pada muatan isi atau tematik yang disampaikan. Apakah bersifat naratif ( paparan kronologis, sejarah atau biografi) dengan waktu, kejadian dan peristiwa lebih dari satu tempat (setting cerita), sehingga alur cerita pun cukup rumit tidak sederhana dan memakan waktu, antara 90 – 120 menit atau lakon pendek hanya menghabiskan waktu 45 – 60 menit. Pada kenyataannya proses kreatif yang dilakukan seorang seniman Teater dalam menginterpretasi lakon, tidak selamanya ketergantungan pada banyak tidaknya babak. Tetapi yang pqling penting esensi cerita dapat sampai atau tidak kepada pembaca dengan melakukan proses editing lakon. Sebaliknya dengan lakon yang pendek dapat berkembang menjadi pementasan yang panjang dan memikat.2. Bentuk Lakon Bentuk-bentuk lakon di dalam seni teater dan seni drama pada dasarnya sama, yakni lakon; tragedi, komedi, tragedi komedi dan melodrama. Lakon berbentuk tragedi, biasanya mengandung unsur sejarah perjuangan, memiliki pola penceritaan kejayaan dan keruntuhan dan ciri-ciri lain bahwa peran utama mengalami irama tragis; poima (itikad peran utama), mathema (peran utama mengalami hambatan), pathema (klimaks peran utama) berujung tragis, yakni mengalami kecacatan (fisik – psikis) atau kematian. Beberapa contoh bentuk lakon tragedi; Si Ridon Jago Karawang, Janur Kuning, Tragedi Marsinah, Tragedi Jaket Kuning, Bandung Lautan Api,dan lain-lain.196 Kelas X SMA / MA / SMK / MAK Bentuk lakon komedi, biasanya pola penceritaaan diulang-ulang, menjadi bahan tertawaan, menghibur orang lain, penuh dengan satir (sindiran-sindiran) dan berujung peran utama mengalami kebahagian atau tragis akibat perbuatan dirinya sendiri. Contohnya; Si Kabayan, Karnadi Bandar Bangkong, Warkop Dono Indro Kasino, dan lain-lain.Lakon tragedi komedi, bahwa peran utama mengalami atau menjadi bahan tertawaan orang lain berujung dengan tragis atau mengalami penderitaan atau kematian. Contohnya lakon; Si Pitung Jago Betawi, Samson Betawi, Mat Peci, Robin Hood, dan lain-lain.Lakon melodrama, biasanya mengangkat tema-tema keluarga, percintaan atau kisah-kisah dua sejoli yang berjuang dalam memadu kasih, berujung dengan kebahagian atau happy ending. Contohnya; Romi dan Juli, Gita Cinta dari SMA, Si Doel Anak Sekolahan, dan lain-lain.Setelah kamu belajar tentang lakon teater, selanjutnya kamu juga untuk mengetahui beberapa unsur yang terkait dengan naskah lakon. Unsur lakon dimaksud untuk menambah wawasan kamu dalam mempelajari teks lakon dengan pengembangannya, termasuk dalam mengantisipasi manakala kamu mengalami dalam proses menganalisis lakon. Setelah kamu belajar tentang ragam jenis dan bentuk lakon, jawablah beberapa pertanyaan di bawah ini!1. Apa yang dimaksud dengan bentuk lakon?2. Apa perbedaan teater tradisional rakyat dan teater tradisional istana ditinjau dari sudut pandang bentuk lakon ?C. Unsur Lakon TeaterTeater sebagai seni merupakan salah satu jenis seni pementasan dengan medium utamanya manusia yang dibangun oleh beberapa unsur pembentuknya, salah satunya unsur lakon.Sastra lakon dalam konteks seni pementasan lebih populer disebut dengan lakon (yang punya peranan dan diperankan oleh tokoh utama yakni boga lalakon). Lakon sebagai karya sastra dapat diartikan sebagai ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kongkret yang membangkitkan pesona dengan alat (media) bahasa. Seni Budaya 197Pesona atau daya tarik (keindahan) di dalam sastra, setidaknya dapat dipahami melalui : bentuk, isi, ekspresi, dan bahasa ungkap seorang sastrawan dengan persyaratan unsur-unsur di dalamnya, yaitu adanya; Alur, tema, tokoh, karakter, setting, dan sudut pandang pengarang. Unsur-unsur tersebut, hendaknya mengandung muatan; (1) Keutuhan (unity),; artinya setiap bagian atau unsur yang ada menunjang kepada usaha pengungkapan isi hati sastrawan. Dengan kata lain tidak adanya unsur kebetulan, semuanya direncanakan dan dipertimbangkan secara seksama. (2) Keselarasan (harmony), artinya berkenaan dengan hubungan satu unsur dengan unsur lain, harus saling menunjang dan mengisi bukan mengganggu atau mengaburkan unsur yang lain. (3) Keseimbangan (balance), ialah bahwa unsur-unsur atau bagian-bagian karya sastra, baik dalam ukuran maupun bobotnya harus sesuai atau seimbang dengan fungsinya. Sebagai contoh, adegan yang kurang penting dalam naskah drama akan lebih pendek daripada adegan yang penting. Demikian juga halnya di dalam puisi bahwa yang dianggap penting akan terjadi pengulangan kata atau kalimat dalam baris lain. (4) Fokus atau pusat penekanan sesuatu unsur (right emphasis), artinya unsur atau bagian yang dianggap penting harus mendapat penekanan yang lebih daripada unsur atau bagian yang kurang penting. Unsur yang dianggap penting akan dikerjakan sastrawan lebih seksama, sedang yang kurang penting mungkin hanya garis besar dan bersifat skematik saja. Unsur bahasa merupakan faktor penting dalam berkomunikasi antara pemeran dan penonton, terutama dalam menyampaikan isi pesan yang dilontarkan melalui para pemerannya. Maksud bahasa di sini adalah bahasa secara penyampaian verbal. Hal ini untuk membedakan dengan bahasa gerak, tari atau pun mime. Dengan alasan ciri dari teater rakyat, termasuk di dalamnya yang bersifat spontan, maka dalam membawakan lawakan maupun dalam lakon cerita dikatakan Soemardjo, (2004:19) yakni nilai dan laku dramatik dilakukan secara spontanitas. Hal ini, jelas dalam menyikapi laku dramatik yang dibangun secara spontanitas para pemainnya sebagaimana dijelaskan Sembung, (1992:32) bahwa lakon teater rakyat, Topeng Banjet yang ada di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Biasanya menggunakan lakon yang telah dipakai dan kadangkala diulang-ulang dan sangat dikenal oleh pemain dan masyarakat setempat sehingga kerja penyiapan materi seninya tidak terlalu bergantung pada latihan khusus.198 Kelas X SMA / MA / SMK / MAK Naskah lakon teater, khususnya teater tradisional ditangan sang koordinator dan biasanya merangkap pimpinan grup, atau orang yang dituakan dalam kelompok seninya. Lakon yang akan dibawakan baik diminta atau tidak yang empunya hajat (penanggap seni) merupakan bahan lakon yang perlu dipahami, dan diperankan secara saksama. Adapun bahan lakon tersebut yakni dari teks lisan dalam bentuk garis besar lakon (bedrip lakon, cerita) disampaikan koordinator kepada para pemain yang ditindak lanjuti menjadi wujud pementasan. Dalam pementasan teater kedudukan lakon menjadi unsur penting. Lakon yang telah ditentukan sebagai bahan pementasan teater, terlebih dahulu dianalisis bagian-bagiannya, antara lain ; alur (plotting), tema (thought), tokoh (dramatic person), karakter (character), Tempat kejadian peristiwa (Setting), dan Sudut pandang pengarang (point of view). Unsur tokoh dan karakter atau perwatakan sebagai unsur seni peran, telah dibahas pada pertemuan bab sebelumnya. Selanjutnya, untuk mempelajari naskah lakon teater, kamu harus memulainya dengan memahami beberapa unsur, antara lain sebagai berikut.a. Alur atau Jalan ceritaAlur dalam bahasa Inggris disebut plot. Alur dapat diartikan sebagai jalan cerita, susunan cerita, garis cerita atau rangkaian cerita yang dihubungkan dengan sebab akibat (hukum kausalitas). Artinya, tidak akan terjadi akibat atau dampak, kalau tidak ada sebab atau kejadian sebelumnya. Berbicara alur dapat dikemukakan pula tentang alur maju dan alur mundur. Alur maju, artinya rangkaian cerita mengalir dari A sampai Z. Adapun Alur mundur, cerita berjalan, yaitu, penggambaran cerita yang mengakhirkan bagian awal, dapat juga cerita di dalam cerita atau disebut dengan flashback. Alur di dalam cerita dibangun oleh sebuah struktur. Struktur cerita menurut Aristoles adalah sebagaima gambar di bawah ini.Diagram 8.1 Struktur Lakon Menurut Aristoteles1. Introduksi2. Reasing Action3.Konflik4 .Klimaks5 .Resolusi6.Kongklusi Seni Budaya 1991) Introduksi = Pengenalan tokoh (misalnya Arif, Tuti, Ayah, Ibu, Paman dan Orang Tua Arif)2) Reasing Action = tokoh utama memiliki itikad (Tokoh Arif)3) Konflik = tokoh utama mengalami pertentangan (Itikad Arif dihambat oleh orang tua Tuti)4) Klimaks = terselesaikannya persoalan tokoh utama (kedua orang tua Tuti merestui Arif dalam hubungan cinta)5) Resolusi = penurunan klimaks atau disebut anti klimaks (Kedua orang tua Arif melamar Tuti)6) Kongklusi = kesimpulan cerita atau kisah (Arif dan Tuti bersanding dipelaminan)Faktor pertama dan utama dalam memilih naskah lakon terletak pada kekuatan memilih tema. Masalah yang diangkat, gagasan cerita yang digulirkan melalui alur, dan pesan moral bersifat aktual atau tidak. Pesan moral yang dimaksud harus mengangkat nilai-nilai kemanusiaan agar tercipta keseimbangan hidup, harmonis, dan bermakna.b. TemaTema adalah pokok pikiran. Di dalam tema terkandung tiga unsur pokok, yaitu (1) masalah yang diangkat, (2) gagasan yang ditawarkan, dan (3) pesan yang disampaikan pengarang. Masalah yang diangkat di dalam tema cerita berisi persoalan-persoalan tentang kehidupan, berupa Ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan keamanan, pada suatu masyarakat tertentu dalam lingkup luas atau terbatas. Gagasan yang ditawarkan dalam tema adalah jalan pikiran pengarang untuk memberikan gambaran cerita dari awal sampai akhir. Pesan di dalam tema sebuah lakon berupa kesimpulan ungkapan pokok cerita dari pengarang.Tema-tema yang ada pada lakon drama atau teater, biasanya tentang; kepahlawanan (heroic), pendidikan (educatif), sosial (social), kejiwaan (pscykologi), keagamaan (religius). Tema lakon di dalam teater remaja, biasanya lebih didasarkan pada muatan pendidikan untuk menumbuhkembangkan mental, moral, dan pikir. Contoh, dalam memahami tema, temanya pendidikan; masalahnya adalah “narkoba“, gagasan atau idenya adalah “menghilangkan nyawa”, pesan moral atau nilainya adalah “jauhi narkoba” sebab menghilangkan nyawa.200 Kelas X SMA / MA / SMK / MAK c. PenokohanPenokohan di dalam teater dapat dibagi dalam beberapa peran, antara lain protagonis, antagoni, deutragonis, foil, tetragoni, confident, raisonneur dan utility. Secara rinci pesan tersebut dapat dijelaskan berikut.1. Protagonis adalah tokoh utama, pelaku utama atau pemeran utama (boga lalakon) disebut sebagai tokoh putih. Kedudukan tokoh utama adalah menggerakkan cerita hingga cerita memiliki peristiwa dramatik (konflik)2. Antagonis adalah lawan tokoh utama, penghambat pelaku utama disebut sebagai tokoh hitam. Kedudukan tokoh antagonis adalah yang mengahalangi, menghambat itikad atau maksud tokoh utama dalam menjalankan tugasnya atau mencapai tujuannya. tokoh antagonis dan protagonis biasanya memiliki kekuatan yang sama, artinya sebanding menurut kacamata kelogisan cerita di dalam membangun keutuhan cerita.3. Deutragonis adalah tokoh yang berpihak kepada tokoh utama. Biasanya tokoh ini membantu tokoh utama dalam menjalankan itikadnya. Kadangkala, tokoh ini menjadi tempat pengaduan atau memberikan nasihat kepada tokoh utama.4. Foil adalah tokoh yang berpihak kepada lawan tokoh utama. Biasanya to-koh ini membantu tokoh antagonis dalam menghambat itikad tokoh ut-ama. Kadangkala, tokoh ini menjadi tempat pengaduan atau memberikan nasihat untuk memperburuk kondisi kepada tokoh antagonis. 5. Tetragonis adalah tokoh yang tidak memihak kepada salah satu tokoh lain, lebih bersifat netral. Tokoh ini memberi masukan-masukan positif kedua belah pihak untuk mencari jalan yang terbaik. 6. Confident adalah tokoh yang menjadi tempat penyampaian tokoh utama. Pendapat-pendapat tokoh utama tersebut pada umumnya tidak boleh di-ketahui oleh tokoh-tokoh lain selain tokoh tersebut dan penonton.7. Raisonneur, adalah tokoh yang menjadi corong bicara pengarang kepada penonton. 8. Utilitty adalah tokoh pembantu baik dari kelompok hitam atau putih. To-koh ini dalam dunia pewayangan disebut goro-goro (punakawan). Kedud-ukan tokoh utilitty, kadangkala ditempatkan sebagai penghibur, penggem-bira atau hanya sebatas pelengkap saja, Artinya, kehadiran tokoh ini tidak terlalu penting. Ada atau tidaknya tokoh ini, tidak akan mempengaruhi keutuhan lakon secara tematik. Kalau pun dihadirkan, lakon akan menjadi panjang atau menambah kejelasan adegan peristiwa yang dibangun.Dalam kaitan penokohan di dalam teater rakyat atau teater tradisional cenderung bersifat flat. Artinya, setiap pemain atau pemeran yang akan mem-bawakan penokohan cerita tidak berubah atau jarang berubah orang sesuai Seni Budaya 201dengan karakter atau kebiasaan tokoh yang dibawakan dalam membawakan peranannya. Oleh karena itu, di dalam teater rakyat, mengenal pembagian cas-ting berdasarkan kebiasaan tokoh yang dibawakan. Apakah itu tokoh pejabat, penjahat, goro-goro atau peran utama dengan paras yang ganteng. Dengan tipe casting inilah, teater rakyat akan lebih mudah untuk mengembangkan ce-rita dengan tingkat improvisasi dan spontanitas tinggi tanpa naskah. d. KarakterKarakter adalah watak atau perwatakan yang dimiliki tokoh atau pemeran di dalam lakon. Watak atau perwatakan yang dihadirkan pengarang dengan ciri-ciri secara khusus, misalnya berupa; status sosial, fisik, psikis, intelektual, dan religi.Status sosial sebagai ciri dari perwatakan adalah menerangkan kedudukan atau jabatan yang diemban tokoh dalam hidup bermasyarakat pada lingkup la-kon, antara lain; orang kaya, orang miskin, rakyat biasa atau jelata, penggang-guran, gelandangan, tukang becak, kusir, guru, mantri, kepala desa, ulama, ustad, camat, bupati, gubernur, direktur atau presiden, dan lain-lain. Fisik sebagai ciri dari perwatakan, menerangkan ciri-ciri khusus tentang jenis kelamin (laki-laki perempuan atau waria), kelengkapan pancaindra atau keadaan kondisi tubuh (cantik-jelek, tinggi-pendek, kurus-buncit, kekar-lem-bek, rambut hitam atau putih, buta, pincang, lengan patah, berpenyakit atau sehat, dan lain-lain. Psikis sebagai ciri dari perwatakan menerangkan ciri-ciri khusus menge-nai hal kejiwaan yang dialami tokoh, seperti; sakit ingatan atau normal, depre-si, traumatic, mudah lupa, pemarah, pemurah, penyantun, pedit, pelit, der-mawan, dan lain-lain.Intektual sebagai ciri dari perwatakan menerangkan ciri-ciri khusus mengenai hal sosok tokoh dalam bersikap dan berbuat, terutama dalam meng-ambil sebuah keputusan atau menjalankan tanggung jawab. Misalnya, kecer-dasan (pandai atau bodoh, cepat tanggap atau apatis, tegas atau kaku, lambat atau cepat berpikir), kharismatik (gambaran sikap sesuai dengan kedudukan jabatan), tanggung jawab (berani berbuat berani menanggung resiko, asalkan dalam koridor yang benar). Karakter tokoh akan lebih mudah dicerna, karena kekhasan tokoh dan pembiasaan membawakan tokoh menjadi landasan dalam membangun karak-ter peran di dalam penyajian lakon teater. Biasanya pemeran yang berperawa-kan tinggi besar, berperilaku kasar, handal menampilkan silat akan cenderung membawakan tokoh dengan karakter Jawara atau tokoh jahat. Adapun pemain yang berperawakan tinggi besar dengan paras ganteng akan menerima tokoh Next >