< Previousorang-orang yang ada di sekitarnya. Namun, Allah tidaklah berpikiran sempit seperti itu. Ketika Allah berbuat kebaikan, Ia berpikir untuk semua yang ada di dunia ini, bukan hanya untuk suatu negara atau suku bangsa tertentu saja, tetapi semua umat manusia. Luar biasa, bukan? Ketika Allah menurunkan hujan, hujan itu dialami oleh mereka yang menjadi anak-anak-Nya, mau pun mereka yang menolak kehadiran-Nya. C. Bersyukur Sebagai Tindakan AktifAda cerita menarik tentang kumpulan burung yang mandir mencari tempat untuk ditinggali. Pada saat udara mulai dingin dan salju mulai turun di sekitar kutub Utara, kumpulan burung akan pindah ke arah kutub Selatan. Di kutub Selatan sedang terjadi musim panas. Demikian pula sebaliknya, ketika di kutub Selatan udara mulai dingin, kumpulan burung ini akan kembali ke arah kutub Utara yang sedang mengalami musim panas. Pada suatu perjalanan menuju ke arah kutub Selatan, kumpulan burung ini mengalami kelelahan. Pimpinan dari kumpulan burung memutuskan agar mereka beristirahat sejenak di area yang memiliki danau dengan ikan-ikan yang segar. Setelah beberapa hari, pimpinan mengajak kumpulannya untuk melanjutkan perjalanan ke kutub Selatan. Salah satu burung, karena merasa nyaman dengan suasana yang ada, mengusulkan untuk menunda keberangkatan. “Biarlah kita istirahat dulu sampai betul-betul kelelahan kita hilang, baru kita lanjutkan perjalanan panjang ini.” Usul ini diterima, dan kumpulan burung itu bertahan selama beberapa hari. Ketika pimpinan mengajak kumpulan untuk melanjutkan perjalanan karena udara semakin terasa dingin, kembali si burung mengusulkan agar bertahan dulu beberapa hari. Tetapi, pimpinan tetap menyatakan ingin melanjutkan perjalanan. Dari pengalamannya, ia tahu bahwa beberaha hari lagi udara dingin akan disertai salju sehingga akan membuat perjalanan menjadi semakin sulit ditempuh. Namun, si burung tetap memilih bertahan tinggal di sekitar danau, dengan alasan, ingin memulihkan kelelahannya. Akhirnya mereka berpisah dan kumpulan burung melanjutkan perjalanan meninggalkan si burung yang tetap bertahan. Si burung sangat menikmati berada di tempat yang nyaman dimana ikan sangat mudah diperoleh. Tanpa ia sadari, tubuhnya semakin gemuk karena sudah berminggu-minggu tidak terbang dan juga ia makan begitu banyak ikan. Apa yang kemudian terjadi? Udara semakin dingin, dan air di danau pun semakin terasa dingin. Ikan-ikan menyelam jauh ke dasar danau menghindari air di permukaan yang dingin. Si burung kini sulit mendapatkan ikan, dan ia pun merasakan dinginnya udara. Kini ia memutuskan untuk terbang menuju ke arah kutub Selatan. Tetapi, 92 Kelas VIII SMPketika ia mencoba terbang, ternyata ia tidak sanggup untuk terbang tinggi. Tubuhnya yang menjadi gemuk sulit terbang tinggi. Ia mencoba lagi, tapi tetap tidak berhasil. Setelah beberapa hari, tubuhnya mulai kurus karena tidak ada makanan yang bisa disantap. Walau pun begitu, ia tetap tidak bisa terbang karena kini ia menjadi lemah, akhirnya burung tersebut pun mati. Cerita ini mengajarkan bahwa kehidupan nyaman belum tentu memberikan akhir yang membahagiakan. Kadang kala kita mengucap syukur secara otomatis, artinya, apa pun situasi yang sedang dihadapi, secara spontan kita langsung mengatakan “Syukur, Tuhan. ” Di satu sisi, memang inilah yang diinginkan, namun di sisi lain, ternyata dengan bersikap spontan seperti itu, kita tidak lagi memaknai ucapan syukur yang kita naikkan. Apakah kita bersyukur karena itu diwajibkan? Apakah sungguh-sungguh kita bersyukur bila berada dalam situasi yang sangat sulit? Selain itu, cukup banyak orang yang salah paham dalam mengartikan makna bersyukur. Apa kesalahan mereka? Yaitu ketika menganggap bahwa bersyukur dilakukan dengan pasrah, tanpa dimaknai dengan sungguh-sungguh. Apa bedanya? Sikap pasrah atau disamakan juga dengan sikap fatalistik adalah sikap menerima apa adanya. Bahaya dari sikap ini adalah, tanpa melakukan apa-apa, karena merasa tidak punya kekuatan, kita tetap berharap pertolongan akan tiba dengan sendirinya. Tuhan tidak ingin kita bersikap pasif seperti ini. Tuhan ingin supaya dalam keadaan sesulit apa pun, kita tetap memiliki harapan terhadap pembebasan dari Tuhan. Pada pelajaran sebelumnya (Pelajaran 10), kita tahu bahwa apa yang kita perlu dapat kita sampaikan kepada Allah yang MahaTahu. Allah tidak menulikan telinga dan membutakan mata melihat kesusahan yang kita alami. Allah menyiapkan pertolongan tepat pada waktu-Nya, namun, Allah menunggu apakah kita sungguh-sungguh meminta pertolongan-Nya, dan bersandar pada kuasa-Nya.Pada saat kita tetap menunjukkan sikap bergantung pada Allah dalam situasi sulit, orang-orang di sekitar kita akan melihat bahwa sumber kekuatan kita adalah dari Tuhan sendiri. Rasa syukur yang kita naikkan pada situasi sulit ini bukanlah karena kita bertindak emosional, melainkan karena menyadari bahwa Allah tetap bekerja dalam situasi sesulit apa pun, karena bagi Allah, tidak ada yang mustahil (Lukas 1: 37). D. Kegiatan Pembelajaran1. Menyanyikan Kidung Jemaat Nomor 457 “Ya Tuhan, Tiap Jam”Ya Tuhan tiap jam ‘ku memerlukan-Mu Engkaulah yang memb’ri sejahtera penuh.Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 93 Ref: Setiap jam ya Tuhan Dikau kuperlukan; ‘Ku datang, Jurus’lamat, berkatilah!Ya Tuhan, tiap jam dampingi hambaMu;jikalau Kamu dekat, enyah penggodaku. (ke Ref)Ya Tuhan, tiap jam, di suka-dukaku,jikalau Tuhan jauh, percuma hidupku. (ke Ref)Ya Tuhan, tiap jam ajarkan maksudMu;b’ri janjiMu genap di dalam hidupku. (ke Ref)Ya Tuhan, tiap jam kupuji namaMu;Tuhanku yang kudus, kekal ‘ku milikMu! (ke Ref)2. Belajar dari Pengalaman Orang tuaCoba tanyakan orang tua atau walimu, apa pengalaman mereka yang menunjukkan bahwa Allah adalah Mahapengasih. Catatlah pengalaman itu, dan ceritakan di depan kelas. Ini adalah kesaksian berharga tentang pengalaman hidup keluarga yang bergantung kepada Tuhan. 3. Belajar dari Pengalaman TemanTanyakan kepada tiga orang teman dari luar lingkungan sekolah, apa alasan mereka untuk senantiasa bersyukur kepada Tuhan dan apa saja kesulitan mereka untuk mempraktikkan rasa syukur dalam hidup sehari-hari. Hasil dari percakapan ini hendaknya dituliskan agar dapat diketahui oleh orang lain. 4. Memberikan Makna Bersyukur Bagi Diri SendiriLengkapilah dua tabel di bawah ini. Tabel pertama harus diisi dengan lima hal yang dapat kamu syukuri di kolom . Selain itu, kamu juga diminta menuliskan lima hal yang sulit untuk disyukuri dalam kolom . Jadi, tabel ini berisi rangkuman dari apa yang kamu sudah pelajari tentang hidup bersyukur. 94 Kelas VIII SMPTabel kedua diisi dengan menuliskan empat ciri sikap bersyukur sebagai tindakan aktif pertama dan empat ciri sikap bersyukur sebagai sikap pasrah di kolom :.E. Evaluasi1. Mengapa dikatakan bahwa bersyukur merupakan tindakan aktif, bukan pasif? 2. Ceritakan pengalamanmu tentang hidup bersyukur. F. RangkumanBersyukur kepada Tuhan adalah tindakan aktif, bukan pasif yang dilakukan secara otomatis. Untuk itu, kita harus sungguh-sungguh memahami, mengapa perlu memelihara sikap bersyukur. Kita bersyukur karena memiliki Tuhan Yesus sebagai Juru selamat kita, dan Dia memelihara kita dengan sungguh baik. Menceritakan pengalaman bagaimana Tuhan memelihara kita akan membawa orang lain juga belajar hidup bersyukur. Doa PenutupPendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 9596 Kelas VIII SMPBacaan Alkitab: Ratapan 3:17-26: Engkau menceraikan nyawaku dari kesejahteraan, aku lupa akan kebahagiaan. Sangkaku: hilang lenyaplah kemasyhuranku dan harapanku kepada TUHAN. “Ingatlah akan sengsaraku dan pengembaraanku, akan ipuh dan racun itu.” Jiwaku selalu teringat akan hal itu dan tertekan dalam diriku. Tetapi hal-hal inilah yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku akan berharap: Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu! “TUHAN adalah bagianku,” kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya. TUHAN adalah baik bagi orang yang berharap kepada-Nya, bagi jiwa yang mencari Dia. Adalah baik menanti dengan diam pertolongan TUHAN. Habakuk 3:17-19: Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku. ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku.Efesus 5: 1 – 4: Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah. Tetapi percabulan dan rupa-rupa kecemaran atau keserakahan disebut sajapun jangan di antara kamu, sebagaimana sepatutnya bagi orang-orang kudus. Demikian juga perkataan yang kotor, yang kosong atau yang sembrono-- karena hal-hal ini tidak pantas—tetapi sebaliknya ucapkanlah syukur. Berdoa/Menyanyi A. PengantarDalam pelajaran sebelumnya, kita sudah memahami bahwa bersyukur bukanlah sekedar bersikap pasrah, melainkan suatu tindakan aktif. Pada pelajaran kali ini, kita akan terus memahami bersyukur sebagai tindakan aktif, karena dikaitkan dengan pilihan untuk bersyukur, dan bukan malah mengeluh. B. Jangan Mengeluh Apakah kamu pernah mengeluh? Tentang apa? Kepada siapa keluhanmu ditujukan dan disampaikan? Apa reaksi dari orang tersebut ketika mendengar keluhanmu? Memilih untuk Bersyukur Bab XIIIMari kita simak cerita berikut: Ada seorang ibu yang setiap hari terus mengeluh karena rumahnya terlalu kecil. Ia memiliki tiga orang anak yang tidak mempunyai kamar. Tidurpun harus bertumpukan, belajar juga harus bergantian. Lalu, ia menemui pendetanya, dan mengeluhkan keadaannya.“Tuhan kok tidak peduli dengan keluarga kami, pak pendeta. Padahal kurang apa saya dan suami ini; bekerja keras sudah, berdoa dan berpuasa juga sudah. Tapi hidup kami ya begini-begini saja. Kami mesti bagaimana lagi?” tanyanya.“Saya punya cara untuk mengatasinya. Asal ibu mau mengikuti semua kata-kata saya,” kata pak pendeta.“Saya janji, pak pendeta. Pokoknya asal kami bisa menarik napas lega.”“Ajaklah para keponakan dan sepupu ibu menginap di rumah ibu. Minggu depan ibu datang lagi ke mari.”Walau heran, ibu itu mengikuti kata-kata pak pendeta. Ia pulang, lalu mengajak para keponakan dan saudara sepupunya menginap di rumahnya. Seminggu kemudian ia datang kembali ke pendetanya.“Waduh, pak pendeta, rumah kami tambah sumpek dan sempit. Tobat saya, tobat. Bagaimana ini?” keluhnya pula.“Ibu masih mau mengikuti kata-kata saya?” tanya pak pendeta.“Tentu, pak pendeta. Pokoknya asal kami bisa menarik napas lega deh.”“Begini, ibu masih memiliki beberapa ekor kambing dan ayam, bukan? Nah, ibu coba bawa mereka semua masuk ke rumah. Minggu depan Ibu kembali ke sini.”Benar-benar nasihat gila. Tetapi karena sudah janji, ibu itu menuruti juga apa yang dikatakan pak pendeta. Ia pulang, lalu membawa masuk ke rumahnya kambing dan ayam miliknya. Seminggu kemudian ia datang lagi ke pendetanya dengan wajah tambah kusut mawut.“Rumah kami tambah tak karuan. Bukan hanya sumpek dan sempit, malah jadi bau dan kotor. Sekarang apa lagi nasihat bapak?” tanyanya putus asa.“Nah, sekarang ibu pulang deh. Semua keponakan dan sepupu pulangkan ke rumah mereka masing-masing. Kambing dan ayam kembalikan ke kandang,” kata pak pendeta lagi.Ibu itu menurut, memulangkan keponakan dan sepupunya, mengembalikan ternak ke kandangnya. Besoknya ia datang dengan wajah cerah. “Puji Tuhan, pak pendeta, rumah kami tidak sumpek lagi sekarang. Kami bisa menarik napas lega,” katanya dengan amat gembira. Berdasarkan cerita diatas, kita diminta untuk memilih dalam kehidupan ini, memilih untuk berkeluh kesah atau bersyukur atas rahmat-Nya. Memilih artinya, ada sejumlah hal yang tersedia, dan kita mengambil hal yang sesuai dengan apa Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 97yang kita anggap terbaik, atau yang sesuai dengan selera kita. Contoh pertama, bila kita berada di sebuah restoran atau rumah makan, dan pelayan restoran menyodorkan menu yang berisi daftar makanan yang tersedia, kita diminta untuk memilih makanan apa yang mau dipesan. Tentunya kita memilih makanan yang kita sukai sehingga makanan itulah yang kita pesan. Contoh kedua, kamu hendak membeli sepatu sekolah karena sepatumu sudah rusak. Saat berada di toko sepatu, kamu pasti akan melihat-lihat dulu model sepatu apa yang cocok untuk dijadikan sepatu sekolah. Selain model, tentu kamu juga memilih warna yang sesuai, yang boleh dipakai di sekolah. Memilih dilakukan karena ada beberapa yang tersedia, dan tidak mungkin kita mengambil semua yang ada. Memilih untuk bersyukur dapat diibaratkan seperti contoh cerita Ibu dan rumahnya di atas. Ada sejumlah pilihan dan kita diminta untuk memilih bersyukur, karena ini adalah yang terbaik, yang paling sesuai dengan keadaan kita. Hidup bersyukur itu pilihan, tidak tergantung pada situasi dan kondisi di luar diri kita. Dalam keadaan susah dan berat pun kita harus bersyukur. Dalam pelajaran kali ini, kita dapat melihat pada keteladanan dari Nabi Yeremia dan Nabi Habakuk, mereka berdua adalah contoh orang-orang yang dapat tetap bersyukur sekalipun tengah mengalami kesusahan. Apa yang istimewa pada Nabi Yeremia? Yeremia lahir dan dibesarkan di sebuah desa yang bernama Anatot, terletak enam kilometer arah timur laut dari Yerusalem. Ia adalah putra seorang imam. Yeremia memberitakan firman Tuhan mulai dari zaman Raja Yosia dari kerajaan Yehuda, dilanjutkan dengan Raja Yoyakim dan Raja Zedekia (keduanya anak dari Raja Yosia), hingga kemudian bangsa Israel dan penduduk Yerusalem serta Yehuda mengalami pembuangan ke negeri Babel. Seluruh seruan nabi Yeremia (bisa dibaca di Kitab Yeremia) menunjukkan kegigihan Yeremia dalam menghadapi bangsa Israel dan Yehuda yang keras kepala, tidak taat, dan terus menerus hidup menyimpang dari jalan Tuhan. Selama masa tugasnya, Yeremia tidak jemu-jemu memperingatkan bangsanya agar bertobat dan meninggalkan dosa mereka sebab kalau tidak, hukuman Allah akan segera turun atas mereka. Akan tetapi, tidak satu pun perkataan Yeremia yang didengarkan oleh mereka, bahkan, mereka justru berulang kali melakukan penghinaan terhadap Yeremia. Hal yang lebih menyakitkan hati adalah bahwa imam yang bekerja di rumah Tuhan justru menganiaya Yeremia karena perkataanya yang mengajak agar bangsa Yehuda bertobat (bisa dibaca di Yeremia 20). Tidak ada yang lebih menyakitkan, selain ketika kebaikan tidak diterima dengan sukacita, tetapi justru dibalas dengan keburukan. Begitulah yang dialami oleh Yeremia dari bangsanya. Bahkan begitu beratnya penderitaan Yeremia, sampai-sampai ia pun berkata demikian: “Sangkaku: hilang lenyaplah kemasyhuranku dan harapanku kepada Tuhan” (Ratapan 3:18). 98 Kelas VIII SMPAkan tetapi, apakah kemudian Yeremia terus meratapi hidupnya dan menyesali dirinya? Tidak. Ia mengalihkan perhatiannya dari kesusahan dan derita yang dialaminya kepada kasih dan karunia Allah. Katanya, “Tetapi hal-hal inilah yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku akan berharap: Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!” (Ratapan 3: 21-23). Karena itu, Yeremia pun tetap dapat bersyukur. Artinya, Yeremia tidak mau terpaku pada kemalangan dan kesulitan yang ia alami, melainkan tetap melihat kepada Tuhan dan kuasa-Nya yang memampukan Yeremia selaku nabi untuk tetap berkarya bagi-Nya. Keteladanan yang sama bisa kita lihat dari Nabi Habakuk. Habakuk menjadi nabi pada zaman raja Yoyakim (608 SM - 597 SM). Raja Yoyakim adalah seorang raja yang jahat, karena itu Tuhan tidak berkenan kepadanya. Ia menjadi penyebab bangsanya terjerumus ke dalam jurang kehancuran (Lihat 2 Raja-raja 23:34-24:5, Yeremia 22:18).Habakuk hidup dalam keprihatinan karena bangsanya (bangsa Yehuda) tidak hidup dalam kebenaran. Sebaliknya kelakuan mereka penuh dengan kejahatan, ketidakadilan, pemberontakan, dan berbagai pelanggaran hukum lainnya. Telah berulang kali mereka diminta untuk bertobat dan meninggalkan dosa-dosa mereka, tetapi mereka tidak menghiraukannya. Akan tetapi, Habakuk tidak lantas menjadi putus asa atau kehilangan sukacita. Imannya kepada Tuhan tidak goyah, dan ia juga tetap bisa menyatakan rasa syukurnya. Katanya, “Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku. ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku.” (Habakuk 3:17-19). Bagaimana bisa bersorak-sorak bila kita hanya memikirkan begitu banyak kesulitan yang kita alami? Perhatikan bahwa yang dilakukan oleh Nabi Habakuk adalah bersorak-sorak di dalam Tuhan, karena Tuhan adalah sumber kekuatan Habakuk dan juga sumber kekuatan kita semua.Banyak hal yang dapat kita pelajari dari Nabi Habakuk dan Yeremia, sehingga mereka bisa tetap bersyukur walaupun hidup mereka susah. Beberapa hal berikut ini dapat kita terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari.Pertama, fokuskan pikiran kita kepada kasih karunia Tuhan. Seberat apa pun hidup kita, akan selalu ada hal-hal yang patut kita syukuri; kita dapat bangun dan menghirup udara segar dengan tubuh yang sehat; kita masih dapat bersekolah dan menikmati berbagai fasilitas pendidikan; kita masih dapat menikmati makanan Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 99dan minuman bersama keluarga. Bandingkan dengan mereka yang sama sekali tidak bisa menikmati apa yang bisa kita nikmati. Seperti yang dikatakan seorang anak dari hamba Tuhan: “Aku mengeluh karena sepatuku hanya satu, sampai aku bertemu dengan orang yang tidak mempunyai kaki.” Cobalah hitung hal-hal baik dalam hidup kita, pasti tidak terhitung banyaknya. Karena itu seperti Nabi Yeremia, kita bisa nyatakan, ”Tak habis-habisnya rahmat Tuhan, selalu baru tiap pagi.”Kedua, jangan mengeluh. Jangan memilih untuk bertambah susah karena memikirkan kepahitan, kesedihan, dan kedukaan. Sebaliknya, buanglah kata-kata negatif yang tidak membangun dan hanya melemahkan dari mulut kita. Kata-kata yang kita ucapkan dapat sangat kuat pengaruhnya terhadap diri kita. Kata-kata positif akan membuat hati kita terang dan senang, sedangkan kata-kata negatif akan membuat hati kita muram dan sendu. Suasana hati yang terang atau hati yang suram akan berdampak dalam perilaku dan reaksi-reaksi kita. Habakuk dan Yeremia, di tengah segala kesusahan dan penderitaannya, tetap dapat memuji Tuhan. Sama seperti Habakuk, “Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan.......... namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN.” Dengan kata lain, sekali pun ia mengalami kesusahan dan kekecewaan, tetapi ia tidak mengeluh. Ia tetap bergembira.Ketiga, lakukan hal-hal yang baik dan berguna untuk orang lain. Ketika kesusahan dan masalah kita alami, biasanya kita cenderung jadi kehilangan semangat, merasa tidak berguna, merasa diri menjadi orang yang paling malang dan harus dikasihani, sehingga kita menjadi semakin sulit untuk bersyukur. Lakukanlah kebaikan bagi orang lain yang dapat dimulai dari bisa hal-hal biasa dan sederhana; misalnya, membantu ayah berkebun, atau menolong ibu membersihkan rumah, membuat kartu ucapan selamat ulang tahun buat teman, ikut kunjungan ke panti asuhan bersama teman-teman gereja. Pada saat kita melakukan kebaikan bagi orang lain, saat itu kita akan merasakan kegembiraan. Kita tidak lagi terpaku kepada kesusahan sendiri.Keempat, buatlah catatan harian yang isinya adalah hal-hal yang kita syukuri setiap hari. Niscaya, kita akan semakin melihat betapa ajaibnya Tuhan kita, yang terus memberikan rahmat baru setiap pagi!C. Mari kita simak cerita berikut: 1. Bacalah kembali kisah ibu pengeluh di atas. Sebutkan tiga hal yang bisa kamu petik dari cerita tersebut.a. 100 Kelas VIII SMPb. c. 2. Bacalah puisi di bawah ini dan ceritakan apa yang kamu dapatkan dari puisi tersebut! Bagikan dengan teman-temanmu! Hari ini sebelum kamu mengeluh tentang rasa dari makananmu,Pikirkan tentang seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan.Sebelum kamu mengeluh tidak punya apa-apaPikirkan tentang seseorang yang harus tidur di emperan.Sebelum kamu mengeluh bahwa kamu buruk,Pikirkan tentang seseorang yang berada pada tingkat yang terburukdi dalam hidupnya.Hari ini sebelum kamu mengeluh tentang hidupmu,Pikirkan tentang seseorang yang meninggal terlalu cepatSebelum kamu mengeluh tentang orang tuamu,Pikirkan tentang seseorang yang kehilangan ayah dan ibuSebelum kamu mengeluh tentang rumahmu yang kecil dan tidak mewahPikirkan tentang orang-orang yang belum pernah memiliki rumah Dan di saat kamu lelah dan mengeluh tentang tugas-tugasmu di sekolah,Pikirkan tentang anak-anak lain yang putus sekolah dantidak dapat mengenyam pendidikan karena kekurangan biaya.Dan ketika kamu sedang bersedih dan hidupmu dalam kesusahan,Tersenyum dan mengucap syukurlah kepada Tuhanbahwa kamu masih diberi kehidupan.3. Menemukan Makna BersyukurKita sudah membahas bagaimana pergumulan Nabi Habakuk dan Nabi Yeremia yang tetap bersyukur walaupun menghadapi tantangan, kekecewaan dan kesedihan dalam kehidupan mereka. Menurutmu, apa rahasia menyelesaikan pergumulan ini dengan baik? Tuliskanlah di bawah ini. Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 101Next >