< Previous94Kelas VIII SMP/MTsB. Secara berkelompok, jelaskanlah isi atau maksud puisi ”Hujan Bulan Juni” secara lebih rinci. Presentasikanlah pendapat kelompokmu itu di depan teman-temanmu untuk mereka tanggapi.Gambaran Rinci Isi PuisiKata-kata Pendukung dalam PuisiTanggapan Kelompok Lain2. Unsur-unsur Puisi Perhatikan kembali teks pusi ”Hujan Bulan Juni”. Sebagaimana teks lainnya, teks memiliki unsur-unsur sebagai berikut.a. Majas dan Irama Berbeda dengan teks eksposisi, berita, ataupun teks lain yang telah kamu pelajari puisi merupakan teks yang mengutamakan majas dan mengutamakan irama.1) Majas (figurative language) adalah bahasa kias yang dipergunakan untuk menciptakan kesan tertentu bagi penyimak atau pembacanya. Untuk menimbulkan kesan-kesan tersebut, bahasa yang dipergunakan berupa perbandingan, pertentangan, perulangan, dan perumpamaan.2) Irama (musikalitas) adalah alunan bunyi yang teratur dan berulang-ulang. Irama berfungsi untuk memberi jiwa pada kata-kata dalam sebuah puisi yang pada akhirnya dapat membangkitkan emosi tertentu seperti sedih, kecewa, marah, rindu, dan bahagia. Perhatikan, misalnya, puisi ”Hujan Bulan Juni”. a) Terdapat dua majas yang dominan dalam puisi itu. (1) Majas personifikasi, adalah majas yang membandingkan benda-benda tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat seperti manusia.95Bab 4 Bahasa Indonesia Dalam puisi itu yang dibandingkan adalah hujan. Hujan memiliki sikap tabah, bijak, dan arif. Sifat-sifat itu biasanya dimiliki oleh manusia. (2) Majas paralelisme, adalah majas perulangan yang tersusun dalam baris yang berbeda. Kata yang mengalami perulangan dalam puisi itu adalah tak ada yang lebih. Kata-kata itu berulang pada setiap baitnya. b) Irama puisi itu harus diekspresikan dengan lembut sebagai perwujudan dari rasa kagum dan simpati. Hal itu tampak pada kata-kata pujian yang ditujukan pada ”Hujan Bulan Juni” yang bersikap tabah, bijak, dan arif.b. Penggunaan Kata-kata Konotasi Kata konotasi adalah kata yang bermakna tidak sebenarnya. Kata itu telah mengalami penambahan-penambahan, baik itu berdasarkan pengalaman, kesan, maupun imajinasi, dan perasaan penyair. Perhatikan kembali puisi ”Hujan Bulan Juni”. Kata-kata yang bermakna konotasi dalam puisi tersebut sebagai berikut.KataMaknaDasarTambahan1. Hujan2. Rintik3. Pohon berbunga4. Jejak-jejak kaki5. Jalan6. Diserap7. AkarAir yang turun dari langitTitik percik airPohon yang memiliki bungaTapakTempat untuk melintasMasuk ke dalam liang kecilBagian terbawah dari pohonPerbuatan baikSesuatu yang kecil, tetapi banyakKehidupan yang baik, yang menjanjikanPengalaman hidupAlur kehidupanDimanfaatkanAwal kehidupan Kata-kata dalam puisi memang banyak menggunakan kata-kata yang makna konotatif. Kata-kata itu merupakan kiasan atau merupakan suatu perbandingan. Perhatikan puisi ”Gadis Peminta-Minta” berikut!96Kelas VIII SMP/MTsGadis Peminta-MintaSetiap kita bertemu, gadis kecil berkaleng kecilSenyummu terlalu kekal untuk kenal dukaTengadah padaku, pada bulan merah jambuTapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa.Ingin aku ikut, gadis kecil berkaleng kecilPulang ke bawah jembatan yang melulur sosokHidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapanGembira dari kemayang riang.Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedralMelintas-lintas di atas air kotor, tapi yang begitu kau hapalJiwa begitu murni, terlalu murniUntuk bisa membagi dukaku.Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecilBuah di atas itu, tak ada yang punyaDan kotaku, ah kotakuHidupnya tak lagi punya tanda(Toto Sudarto Bachtiar) Kata-kata gadis kecil berkaleng kecil dapat dimaknai seorang perempuan yang masih anak-anak yang mengalami kesengsaraan. Kotaku jadi hilang, tanpa jiwa bermakna keadaan di suatu tempat yang sudah kehilangan rasa kemanusiaannya, warganya tidak lagi peduli pada kehidupan orang lain. Dari penerjemahan makna lain di balik keseluruhan kata-katanya, kamu akan sampai pada maksud sebenarnya dari puisi tersebut. Hanya saja pemaknaan itu bisa saja berbeda-beda di antara orang yang satu dengan orang lainnya. Banyak faktor yang menjadi penyebabnya.1) Tingkat pemahaman terhadap setiap kata yang ada dalam puisi itu. Semakin banyak kata yang mudah dipahami, mudah pula dalam memaknainya.97Bab 4 Bahasa Indonesia2) Tingkat pengenalan atau pergaulan seseorang dengan puisi. Seseorang yang sering membaca atau bahkan menulis puisi, mudah pula bagi orang itu dalam mengenali watak puisi termasuk isi yang dikandungnya.3) Pengalaman pribadi. Seseorang yang pernah merasakan ganasnya kehidupan kota, akan lebih mudah dalam memaknai puisi itu daripada orang yang sama sekali belum pernah mengalami atau menyaksikan keadaan itu. Selain itu, faktor penguasaan terhadap teori sastra sangat berpengaruh dalam memaknai suatu puisi. Misalnya, penguasaanmu tentang macam-macam pengimajinasian yang mungkin terkandung dalam sebuah puisi. Dengan demikian, lebih mudah bagimu dalam memahami maksud puisi itu.c. Kata-kata Berlambang Lambang atau simbol adalah sesuatu seperti gambar, tanda, ataupun kata yang menyatakan maksud tertentu. Misalnya, rantai dan padi kapas dalam gambar Garuda Pancasila, tunas kelapa sebagai lambang Pramuka. Lambang-lambang itu menyatakan arti tertentu yang bisa dipahami umum. Rantai bermakna perlunya ‘persatuan dan kesatuan bagi seluruh rakyat Indonesia’, padi kapas perlambang ‘kesejahteraan dan kemakmuran’, tunas kelapa berarti ‘anggota Pramuka yang diharapkan menjadi generasi yang serba guna bagi agama, nusa, dan bangsa’. Lambang-lambang seperti itu pula sering digunakan penyair dalam puisinya. Hal itu seperti yang tampak dalam puisi ”Hujan Bulan Juni”. Lambang-lambang yang dimaksud, antara lain, dinyatakan dengan kata hujan dan bunga. Hujan merupakan perlambang bagi ’kebaikan’ ataupun ’kesuburan’. Sementara itu, bunga bermakna ’keindahan’.Unsur-unsur Puisikhayalan,98Kelas VIII SMP/MTsd. Pengimajinasian dalam Puisi Pengimajinasian adalah kata atau susunan kata yang dapat menimbulkan khayalan atau imajinasi. Dengan daya imajinasi tersebut, pembaca seolah-olah merasa, mendengar, atau melihat sesuatu yang diungkapkan penyair. Dengan kata-kata yang digunakan penyair, pembaca seolah-olah mendengar suara (imajinasi auditif), melihat benda-benda (imajinasi visual), atau meraba dan menyentuh benda-benda (imajinasi taktil). Sebagai contoh, perhatikanlah mantra berikut!Hai, si gempar alamGegap gempitaJarum besi akan rumahkuJarum tembaga akan rumahkuUlar bisa akan janggutkuBuaya akan tongkat mulutkuHarimau menderam dipengrikuGajah mendering bunyi suarakuSuaraku seperti bunyi halilintarBibir terkatup, gigi terkunciJikalau bergerak bumi dengan langitBergeraklah hati engkauHendak marah atau hendak membinasakan aku(Wilkinson, 1907: 42—43) Sebagai salah satu bentuk puisi klasik, mantra pun menggunakan pengimajian. Hal tersebut tampak pada kata-kata berikut. 1. gegap gempita 2. jarum besi menderam jarum tembaga mendering bibir terkatup bunyi halilintar bibir terkunci bergerak bumi bergeraklah hati hendak marah99Bab 4 Bahasa Indonesia Dari kata-kata yang digunakannya tampaklah bahwa mantra itu menggunakan imajinasi auditif dan imajinasi visual. Dengan kata-kata itu kita bisa membayangkan benda-benda yang digambarkan itu. Perhatikan pula puisi berikut!DoaDengan apakah kubandingkan pertemuan kita,kekasihku?Dengan senja samar sepoi, pada masa purnamameningkat naik, setelah menghalaukan panaspayah terik.Angin malam menghembus lemah, menyejuk badan,melambung rasa menayang pikir, membawa angan kebawah kursimu.Hatiku terang menerima katamu, bagai bintangmemasang lilinnya.Kalbuku terbuka menunggu kasihmu, bagai sedapmalam menyirak kelopak.Aduh, kekasihku, isi hatiku dengan katamu,penuhi dadaku dengan cayamu, biar bersinarmataku sendu, biar berbinar gelakku rayu !(Amir Hamzah) Dalam puisi itu kita mendapati kata-kata berikut.1. Senja samar, masa purnama meningkat naik, ke bawah kursimu, terang, bagai bintang memasang lilinnya, kalbuku terbuka, bagai sedap malam menyirak kelopak, biar bersinar mataku sendu, biar berbinar; kata-kata tersebut membangkitkan imajinasi melalui penglihatan.2. Sepoi, panas payah terik, menghembus lemah, menyejuk badan; kata-kata tersebut membangkitkan imajinasi melalui perabaan.3. Gelakku rayu; membangkitkan imajinasi melalui pendengaran. 100Kelas VIII SMP/MTs Dengan kata-kata itu, penyair bermaksud menggambarkan keadaan dirinya ketika sedang berdoa kepada Allah, Tuhan Yang Mahakuasa. Ia menggambarkan dirinya lemah. Namun, ia pun merasakan suasana tenteram. Melalui kata-kata itu pula penyair menunjukkan keinginan agar Tuhan mengisi seluruh kalbunya. Tentang besarnya cinta, kerinduan, dan kepasrahan sang penyair akan Tuhannya, juga dapat terbayangkan secara nyata melalui kata-kata itu. Kegiatan 4.2A. Simaklah puisi berikut. Temanmu akan membacakannya!Serenada Hijauoleh W.S. RendraKupacu kudaku.Kupacu kudaku menujumu.Bila bulanmenegur salamdan syahdu malambergantung di dahan-dahan.Menyusuri kali kenanganyang berkata tentang rindudan terdengar keluhandari batu yang terendam.Kupacu kudaku.Kupacu kudaku menujumu.Dan kubayangkansedang kau tunggu dakusambil kau jalinrambutmu yang panjang.(www.purbika.com)101Bab 4 Bahasa IndonesiaB. Bentuklah kelompok, lalu berdiskusilah! 1. Majas apa saja yang ada dalam puisi "Serenada Hijau"? 2. Bagaimana irama yang tergambar di dalamnya? 3. Tunjukkanlah kata-kata yang bermakna konotasi dalam puisi “Serenada Hijau” di dalamnya. Jelaskan pula makna dari setiap kata itu.Kata-kata Bermakna KonotasiPemaknaan 4. Adakah lambang-lambang pada puisi “Serenada Hijau”? Jika ada, jelaskanlah artinya!C. 1. Berdiskusilah, cermati pula pengimajinasian yang ada dalam puisi itu. Catatlah kata-katanya ke dalam format berikut; kemudian, simpulkan efek yang ditimbulkannya. 2. Laporkanlah hasil diskusimu dalam forum diskusi kelas untuk mendapatkan tanggapan dari teman-temanmu.Imajinasi auditifImajinasi visualImajinasi taktilKesimpulan. . . .TUGAS INDIVIDU1. Dalam kehidupan masyarakat dikenal lambang-lambang, baik itu berupa warna, gambar, dan sebagainya. Warna merah lambang ’keberanian’ atau palang merah lambang ’kemanusiaan’. Cermatilah contoh lambang-lambang lainnya yang dikenal dalam kehidupan masyarakatmu. Jelaskanlah arti dari masing-masing lambang tersebut!2. Dalam disiplin ilmu tertentu, dikenal juga lambang-lambang. Dalam IPA (kimia) ataupun matematika. Banyak sekali lambang yang dipergunakan di dalamnya. Gambarkan beberapa lambang yang berkaitan dengan ilmu itu juga dalam ilmu (pelajaran) lain!102Kelas VIII SMP/MTsB. Menyimpulkan Isi PuisiSetelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu : Menyimpulkan isi puisi dan mengenali jenis-jenisnya.1. Isi Puisi Bacalah puisi berikut dengan baik.Senja di Pelabuhan KecilBuat Sri AyatiIni kali tidak ada yang mencari cintadi antara gudang, rumah tua, pada ceritatiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut,menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut.gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elangmenyinggung muram, desir hari lari berenangmenemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerakdan kini tanah, air tidur, hilang ombak.Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalanmenyisir semenanjung, masih pengap harapsekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalandari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap.(Chairil Anwar, 1946) Dengan mengenali unsur-unsurnya, puisi itu bisa kamu pahami isinya secara mendalam. Pengenalan unsur-unsur fisik, seperti majas, kata-kata konotatif, perlambangan, dan pengimajiannya, memudahkan kamu untuk mengetahui tema dan amanatnya. Kamu juga akan mengetahui perasaan penyair dan sikapnya terhadap pembaca.103Bab 4 Bahasa Indonesia Dengan langkah-langkah seperti itu, kamu dapat mendalami isi puisi ”Senja di Pelabuhan Kecil” sebagai berikut. Bait I menceritakan cinta yang sudah tidak dapat diperoleh lagi. Penyair melukiskan keadaan batinnya itu melalui kata gudang, rumah tua, cerita tiang dan temali, kapal, dan perahu yang tiada bertaut. Benda-benda itu semua mengungkapkan perasaan sedih dan sepi. Penyair merasa bahwa benda-benda di pelabuhan itu membisu. Bait II: menggambarkan perhatian penyair pada suasana pelabuhan dan tidak lagi kepada benda-benda di pelabuhan yang beragam. Di pelabuhan itu turun gerimis yang mempercepat kelam (menambah kesedihan penyair), dan ada kelapak elang yang menyinggung muram (membuat hati penyair lebih muram), dan desir hari lari berenang (kegembiraan telah musnah). Suasana di pantai itu suatu saat membuat hati penyair dipenuhi harapan untuk terhibur (menemu bujuk pangkal akanan), tetapi ternyata suasana pantai itu berubah. Harapan untuk mendapatkan hiburan itu musnah, sebab kini tanah, air tidur, hilang ombak. Bagaimanakah jika laut kehilangan ombak? Seperti halnya manusia yang kehilangan harapan akan kebahagiaan. Bait ini mempertegas suasana kedukaan penyair. Bait III: menggambarkan pikiran penyair lebih dipusatkan pada dirinya sendiri dan tidak lagi kepada benda-benda di alam: pantai dan benda-benda sekeliling pantai. Dia merasa aku sendiri. Tidak ada lagi yang diharapkan akan memberikan hiburan dalam kesendirian dan kedukaannya. Dalam kesendirian itu, ia menyisir semenanjung. Semula ia berjalan dengan dipenuhi harapan. Namun, sesampainya di ujung "sekalian selamat jalan". Jadi, setelah penyair mencapai ujung tujuan, ternyata orang yang diharapkan akan menghiburnya itu malah mengucapkan selamat jalan. Penyair merasa bahwa sama sekali tidak ada harapan untuk mencapai tujuannya. Sebab itu dalam kesendirian dan kedukaannya, penyair merasakan dari pantai keempat sedu penghabisan bisa terdekap. Betapa mendalam rasa sedihnya itu, ternyata dari pantai keempat sedu-sedan tangisnya dapat dirasakan. Next >