< Previous214Kelas VIII SMP/MTsStruktur Alur DramaKegiatan 8.5A. Jelaskan struktur teks drama berikut bersama kelompokmu. Tunjukkan bagian-bagiannya secara sistematis, yang meliputi prolog, orientasi, komplikasi, resolusi, dan epilognya. Simpulkanlah tentang lengkap-tidaknya bagian-bagiannya itu!Struktur Teks DramaKutipan Teks/Penjelasan1. Prolog2. Orientasi3. Komplikasi4. Resolusi5. Epilog. . . .B. Secara bergiliran, presentasikanlah pendapat kelompokmu itu di depan kelompok lain untuk mendapat tanggapan-tanggapan!AspekIsi Tanggapan1. Kelengkapan2. Ketepatan3. KeterperincianPrologPengenalan tokoh, latar, latar belakang ceritaDialogt0SJFOUBTJt,POĘJLBTJt3FTPMVTJEpilogt1FOVUVQt*OUJTBSJcerita215Bab 8 Bahasa IndonesiaBabak I Pagi-pagi, suasana di kelas IX SMP Sambo Indah cukup ramai. Bermacam-macam tingkah kegiatan mereka. Ada yang mengobrol, ada yang membaca buku. Ada pula yang keluar masuk kelas.Cahyo : ”Ssst….Bu Indati datang!” (Para siswa segera beranjak duduk di tempatnya masing-masing)Bu Indati : ”Selamat pagi, Anak-anak!” (ramah)Anak-anak : ”Selamat pagi, Buuuuuu!” (kompak).Bu Indati : ”Anak-anak, kemarin Ibu memberikan tugas Bahasa Indonesia membuat pantun, semua sudah mengerjakan?”Anak-anak : ”Sudah Bu.”Bu Indati : ”Arga, kamu sudah membuat pantun?”Agra : ”Sudah dong Bu.”Bu Indati : ”Coba kamu bacakan untuk teman-temanmu.”Agra : (tersenyum nakal) ”Jalan ke hutan melihat salak, Ada pula pohon-pohon tua Ayam jantan terbahak-bahak Lihat Inka giginya dua”Anak-anal : (Tertawa terbahak-bahak).Inka : (Cemberut, melotot pada Agra)Bu Indati : ”Arga, kamu nggak boleh seperti itu sama temannya.” (Agak kesal) Kekurangan orang lain itu bukan untuk ditertawakan. Coba kamu buat pantun yang lain.”Agra : ”Iya Bu!” (masih tersenyum-senyum).216Kelas VIII SMP/MTsBabak II Siang hari. Anak-anak SMP Sambo Indah pulang sekolah, Inka mendatangi Arga.Inka : ”Arga, kenapa sih kamu selalu usil? Kenapa kamu selalu mengejek aku? Memangnya kamu suka kalau diejek?” (cemberut)Agra : (Tertawa-tawa) ”Aduh…maaf deh! Kamu marah ya, In?”Inka : ”Iya dong. habis…kamu nakal. Kamu memang sengaja mengejek aku kan, biar anak-anak sekelas menertawakan aku.”Agra : ”Wah…jangan marah dong, aku kan cuma bercanda. Eh, katanya marah itu bisa menghambat pertumbuhan gigi, nanti kamu giginya dua terus, hahaha…”Danto : (Tertawa). ”Iya, Kak. Nanti ayam jago menertawakan kamu terus!”Inka : ”Huh! kalian jahat! (Berteriak) Aku nggak ngomong lagi sama kalian!” (Pergi)Gendis : (Menghampiri Inka) ”Sudahlah In, nggak usah dipikirkan. Arga kan memang usil dan nakal. Nanti kalau kita marah, dia malah tambah senang. Kita diamkan saja anak itu.Babak III Hari berikutnya, sewaktu istirahat pertama.Agra : (Duduk tidak jauh dari Gendis) ”Dis, nama kamu kok bagus sih. mengeja nama Gendis itu gimana?”Gendis : ”Apa sih, kamu mau mengganggu lagi, ya? Beraninya cuma sama anak perempuan.”Agra : ”Aku kan cuma bertanya, mengeja nama Gendis itu gimana. Masak gitu aja marah.”Gendis : ”Memangnya kenapa sih? (Curiga) Gendis ya mengejanya G-E-N-D-I-S dong!”Agra : ”Haaa…kamu itu gimana sih Dis. Udah SMP kok belum bisa mengeja nama sendiri dengan benar. Gendis itu mengejanya G-E-M-B-U-L. Itu kayak pamannya Bobo, hahaha….”Teman-teman Agra : (tertawa)217Bab 8 Bahasa IndonesiaGendis : ”Arga, kamu selalu begitu! Bisa nggak sih, sehari tanpa berbuat nakal? Lagi pula kamu cuma berani mengganggu anak perempuan. Dasar!” (Marah dan meninggalkan Agra).Babak IV Di perjalanan, hari sudah siang. Inka dan Gendis berjalan kaki pulang sekolah. Tiba-tiba di belakang mereka terdengar bunyi bel sepeda berdering-dering.Agra : (Di atas sepeda) ”Hoi…minggir…minggir…. Pangeran Arga yang ganteng ini mau lewat. Rakyat jelata diharap minggir.”Inka &Gendis : (Menoleh sebal)Agra : (Tertawa-tawa dan…. gubrak terjatuh) ”Aduuuuh!”Inka : ”Rasakan kamu! (Berteriak) Makanya kalau naik sepeda itu lihat depan.”Gendis : “Iya! Makanya kalau sama anak perempuan jangan suka nakal. Sekarang kamu kena batunya.”Agra : (Meringis kesakitan) ”Aduh…tolong, dong. Aku nggak bisa bangun nih?”Inka : ”Apa-apaan ditolong. Dia kan suka menganggu kita kita. Biar tahu rasa sekarang. Lagi pula, paling dia cuma pura-pura. Nanti kita dikerjain lagi.”Agra : ”Aduh…aku nggak pura-pura. Kakiku sakit sekali. (Merintih) Aku janji nggak akan ngerjain kalian lagi.”Inka : (Menjadi merasa kasihan pada Agra) ”Ditolong yuk, Dis.”Gendis : ”Tapi…”Inka : ”Sudahlah, kita kan nggak boleh dendam sama orang lain. Bagaimanapun, Arga kan teman kita juga.”Gendis : (Mengangguk dan mendekati Arga).Inka : ”Apanya yang sakit, Ga?”Agra : ”Aduh…kakiku sakit sekali. Aku nggak kuat berdiri nih.”Inka : ”Gini aja Dis, kamu ke sekolah cari Pak Yan yang jaga sekolah. Pak Yan kan punya motor. Nanti Arga biar diantar pulang sama Pak Yan. Sekarang aku di sini menemai Arga.”Gendis : (Bersemangat) ”Ide yang bagus.” (Pergi menuju ke sekolah yang masih kelihatan dari tempat itu).218Kelas VIII SMP/MTsAgra : ”In…. (Lirih) Maafkan aku, ya. Aku sering nggangguin kamu, Gendis, Anggun, dan teman-teman yang lain.”Gendis : ”Makanya kamu jangan suka ngerjain orang, apalagi mengolok-olok kekurangan mereka. Jangan suka meremehkan anak perempuan. Nyatanya, kamu membutuhkan mereka juga, kan?”Agra : ”Iya deh, aku janji nggak akan ngerjain kalian lagi.” Arga betul-betul menepati janjinya. Sejak kejadian itu, ia tak pernah mengganggu teman-temannya lagi. Arga pun jadi punya banyak sahabat, termasuk Inka dan Gendis. Mereka sering mengerjakan PR dan belajar bersama.Agra : (Bicara sendiri) ”Ternyata kalau aku nggak nakal, sahabatku tambah banyak,” pikir Arga. ”Ternyata juga, punya banyak sahabat itu menyenangkan. Kalau mereka ulang tahun kan aku jadi sering ditraktir, hihihi….”(Adaptasi dari cerpen ”Kena Batunya”, Veronica Widyastuti)2. Kaidah Kebahasaan Drama Sebagaimana yang tampak pada contoh drama tersebut kalimat-kalimat yang tersaji di dalam teks drama hampir semuanya berupa dialog atau tuturan langsung para tokohnya. Kalimat langsung dalam drama lazimnya diapit oleh dua tanda petik (”....”). Teks drama menggunakan kata ganti orang ketiga pada bagian prolog atau epilognya. Karena melibatkan banyak pelaku (tokoh), kata ganti yang lazim digunakan adalah mereka. Lain halnya dengan bagian dialognya, yang kata gantinya adalah kata orang pertama dan kedua. Mungkin juga digunakan kata-kata sapaan. Seperti yang tampak pada contoh teks drama tersebut bahwa kata-kata ganti yang dimaksud adalah aku, saya, kami, kita, kamu. Adapun kata sapaan, misalnya, anak-anak, ibu. Sebagaimana halnya percakapan sehari-hari, dialog dalam teks drama juga tidak lepas dari munculnya kata-kata tidak baku dan kosakata percakapan, seperti 219Bab 8 Bahasa Indonesiakok, sih, dong, oh. Di dalamnya juga banyak ditemukan kalimat seru, suruhan, pertanyaan. Perhatikan contoh berikut!1. Selamat pagi, Anak-anak!2. Selamat pagi, Buuuuuu!3. Wah…jangan marah dong, aku kan cuma bercanda!4. Arga, kenapa sih kamu selalu usil?5. Kenapa kamu selalu mengejek aku?6. Memangnya kamu suka kalau diejek?7. Aduh…maaf deh! Kamu marah ya, In? Selain itu, teks drama memiliki ciri-ciri kebahasaan sebagai berikut.1) Banyak menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsi temporal), seperti: sebelum, sekarang, setelah itu, mula-mula, kemudian.2) Banyak menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi, seperti menyuruh, menobatkan, menyingkirkan, menghadap, beristirahat.4) Banyak menggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan oleh tokoh, seperti : merasakan, menginginkan, mengharapkan, mendambakan, mengalami.5) Menggunakan kata-kata sifat untuk menggambarkan tokoh, tempat, atau suasana. Kata-kata yang dimaksud, misalnya, ramai, bersih, baik, gagah, kuat.(sumber: www.teater.com)220Kelas VIII SMP/MTsKegiatan 8.61. Cermatilah kaidah atau fitur-fitur kebahasaan yang ada pada salah satu teks drama pada pelajaran sebelumnya.2. Bersama empat orang teman, catatlah kaidah-kaidah kebahasaan yang menandai teks drama tersebut! Judul drama: . . . . Kaidah KebahasaanAda/Tidak AdaKeterangan (Kutipan Teks)a. Kalimat langsungb. Kata gantic. Kata tidak bakud. Kosakata percakapane. Konjungsi temporalf. Kata kerjag. Kata sifath. Kalimat serui. Kalimat perintahj. Kalimat tanya3. Sajikanlah hasil pengamatan kelompokmu itu pada karton manila atau kertas post-it.4. Pajanglah hasilnya pada papan tulis atau pada dinding kelas (dengan perekat yang tidak mengotorinya).5. Mintalah kelompok lain untuk secara bergiliran mengomentari hasil kerja kelompokmu itu berdasarkan kelengkapan, ketepatan, dan kerapian dalam penyajiannya. Bagaimana tanggapanmu dengan komentar-komentar mereka itu, menerimakah?Jendela BahasaKalimat Tanya Kalimat tanya (introgatif) adalah kalimat yang isinya menanyakan sesuatu atau seseorang. Kalimat tanya digunakan ketika ingin mengetahui barang, orang, waktu, tempat, cara, dan yang lainnya.221Bab 8 Bahasa Indonesia Perhatikan contoh penggunaannya dalam penggalan wacana di bawah ini.1) Di antara kerumunan muncullah seorang lelaki muda mendekati ibu tadi lalu berjongkok.2) ”Ibu mau pergi ke mana?”3) ”Aku mau pulang,” katanya dengan nada lemah.4) ”Pulang ke mana?”5) ”Sebenarnya aku sudah mengunjungi rumah kakakku, tetapi tidak ada di rumah.”6) ”Memangnya rumah ibu di mana?”7) ”Rumahku jauh di Garut. Eh, ehm… anu.”8) ”Ada apa Bu?”9) ”Be… be… begini, Jang.”10) ”Aku butuh uang untuk ongkos pulang.”11) ”Uangku habis bahkan untuk membeli minum pun tidak ada.”(Sumber: Cerpen “Ibuku Sayang, Ibuku Malang” oleh Lina Budiarti). Kalimat tanya dinyatakan dengan kalimat nomor 2), 4), 6), dan 8). Selain ditandai oleh tanda tanya (?), kalimat itu disertai dengan kata tanya mana dan apa. Meskipun demikian, kalimat tanya ada pula yang tidak disertai dengan kata tanya. Perhatikan contoh sebagai berikut. a. Kak Alam sudah kuliah? b. Ini rumah Pak Kosasih? c. Tadi malam hujan, ya? Kalimat tanya pun banyak sekali ragamnya. Ada yang disebut dengan kalimat tanya retoris, kalimat tanya yang hanya memerlukan jawaban ”ya” atau ”tidak”, kalimat tanya yang memiliki tujuan selain bertanya. Berikut contoh-contohnya a. Kalimat tanya yang hanya memerlukan jawaban ya atau tidak.Kalimat ini biasa digunakan untuk tujuan klarifikasi atau meminta kepsatian. Contoh: 1) Jadi, betul para petani di sini mengalami gagal panen? 2) Katanya Anda mau menanam sayur-sayuran di lahan ini?222Kelas VIII SMP/MTs b. Kalimat tanya yang tidak memerlukan jawaban. (pertanyaan retoris) Contoh: 1) Petani mana yang tidak ingin untung dari usahanya? 2) Siapa sih yang berharap usahanya merugi terus? c. Kalimat tanya yang memiliki tujuan selain bertanya. Dari segi tujuannya kalimat ini serupa dengan kalimat perintah. Kalimat itu sesungguhnya berisikan suruhan, permintaan, ajaan, rayuan, sindiran, sanggahan.Contoh:1) Mau tidak kamu mengambil benih itu di rumah Pak Lurah? (permintaan, suruhan).2) Kamu mau kan bekerja di kebun saya? (ajakan)3) Masa seorang petani sekadar untuk menanam padi pun tidak bisa? (sindiran)D. Menulis Teks DramaSetelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu : Menulis drama dengan memperhatikan kaidah penulisan drama dan orisinalitas ide.1. Teks Drama dari Karya yang Sudah Ada Membuat naskah drama dari karya yang sudah ada tidak begitu sulit. Hal ini karena ide cerita, alur, latar, dan unsur-unsur lainnya sudah ada. Kamu hanya mengubah formatnya ke dalam bentuk dialog. Seperti yang kamu ketahui bahwa ciri utama drama adalah bentuk penyajiannya berbentuk dialog. Oleh karena itu, tugas kamu dalam hal ini adalah mengubah seluruh rangkaian cerita yang ada dalam novel ke dalam bentuk dialog. Adapun dalam dialog itu, ada tiga unsur yang tidak boleh dilupakan, yakni tokoh, wawancang, dan kramagung.1. Tokoh adalah pelaku yang mengujarkan dialog itu.2. Wawancang adalah dialog itu sendiri atau percakapan yang diujarkan oleh tokoh.3. Kramagung adalah petunjuk perilaku, tindakan, atau perbuatan yang harus dilakukan oleh tokoh.Perhatikan cuplikan novel berikut! Waktu matahari rembang petang, keempat beranak itu pun bersedialah akan pulang, dibebani oleh sahabatnya sesarat-saratnya dengan bermacam-macam 223Bab 8 Bahasa Indonesiahasil humanya, ditambah lagi dengan mentimun, dan kacang goreng pemberian anak-anaknya kepada si Samin dan Si Ramlah. ”Saya rasa baik seberangkan kami dahulu, kemudian baharu jemput beban ini,” kata Mak Samin kepada suaminya, waktu mereka itu sampai di tepi sungai. ”Menyeberangi sungai yang kecil ini hendak dua tiga kali pula? Ayuh, dukung si Ramlah! Berikan ke sini bebanmu itu semuanya kubawa. Boleh kita sekali menyeberang.” ”Saya khawatir kalau-kalau kita dilanggar banjir karena sejak tengah hari tadi, saya dengar guruh berbunyi dan lihatlah di hului itu sangat hitamnya.” ”Ah, dukunglah si Ramlah! Bukannya aku ini tidak sekali dua menyeberang sungai yang sedang banjir.” ”Tapi….,” kata Mak si Samin. ”Tapi, dapat juga aku menyeberang,” kata Pak Samin memotong perkataan istrinya. Keempat anak itu pun menyeberanglah. Mak si Samin, dengan mendukung si Ramlah dari sebelah hulu, dipegang dengan tangan kanan oleh Pak Samin serta si Samin di sebelah kiri, berg antung sambil mengapung-apungkan diri pada tangan kiri bapaknya.(Sumber: Si Samin karya Mohammad Kasim, 1957)Para pelakuPak Samin : Berwatak keras, sedikit angkuh..Bu Samin : Lembut dan penurut pada suami.Samin : Periang, senang mengoceh.Ramlah : adik Samin, berusia sekitar tiga tahunan.Waktu itu pukul tiga sore. Sepasang suami istri dan dua orang anaknya berjalan menuju sebuah sungai. Mereka hendak menyeberang. Sang istri menjinjing tas besar yang berisi bermacam-macam sayuran dan menggendong anaknya yang perempuan. Sementara itu, suaminya tak ketinggalan pula memikul karung. Seorang anak lelaki berjalan mengikuti mereka. Tampak ia sedang mengunyah jagung bakar.Bu Samin : ”Saya rasa sebaiknya anak-anak kita seberangkan dulu. Kemudian Bapak jemput lagi barang-barang ini.” (Meletakkan tas besar di pinggir sungai. Napasnya terengah-engah karena merasa berat).Next >