< Previous112 Buku Guru Kelas XI SMA/SMKpada bagian ini bertujuan untuk memperkenalkan remaja dengan istilah modernisasi, apa dampaknya bagi kehidupan keluarga Kristen dan bagaimana keluarga pada kurun waktu dewasa ini harus menghayati dan memaknai peran mereka di tengah arus modernisasi yang sedang berlangsung. Melalui pembelajaran tersebut selanjutnya peserta didik diharapkan dapat mencapai beberapa indikator yang telah diuraikan di atas. B. Uraian Materi1. Pengertian ModernisasiDi kalangan para ahli berkembang berbagai macam pengertian mengenai modernisasi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia modernisasi dimengerti sebagai sebuah proses pergeseran sikap dan mentalitas sebagai warga masyarakat untuk dapat hidup sesuai dengan tuntutan masa kini. J.W Schrool (1998) mengungkapkan bahwa modernisasi merupakan penerapan pengetahuan ilmiah pada semua kegiatan, bidang kehidupan, dan aspek kemasyarakatan. Aspek yang paling menonjol dari proses modernisasi adalah perubahan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) yang tinggi. William E. More (2003) mengungkapkan bahwa modernisasi adalah transformasi total kehidupan bersama dalam bidang teknologi, organisasi sosial, dari yang tradisional ke arah pola-pola ekonomis dan politis yang didahului oleh negara-negara Barat yang telah stabil. Koentjaraningrat (1996) mengungkapkan bahwa modernisasi adalah usaha untuk hidup sesuai dengan zaman dan keadaan dunia sekarang. Sedangkan Soerjono Soekanto (1998) mengatakan bahwa modernisasi adalah suatu bentuk dari perubahan sosial yang biasanya terarah dan didasarkan pada suatu perencanaan.Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya modernisasi adalah sebuah proses pergeseran yang terjadi pada individu maupun masyarakat secara holistik sesuai dengan tuntutan zaman modern yang di dalamnya mengungkapkan semangat untuk hidup, bersikap, berpikir secara efektif, efisien, praktis, sederhana, menghargai kehidupan, dan menghargai waktu.2. Berubahnya Berbagai Fungsi Keluarga Dampak yang paling mendasar dari modernisasi bagi keluarga adalah perubahan fungsi dalam keluarga, mulai dari fungsi pendidikan, fungsi sosialisasi anak, fungsi perlindungan, fungsi perasaan, fungsi agama, fungsi ekonomi, fungsi rekreatif, fungsi biologis, sampai pada fungsi memberikan status sosial. Hal tersebut dapat diidentifikasi di lingkungan kita, akan dijelaskan sebagai berikut.Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 113Pertama adalah perubahan fungsi dalam bidang pendidikan. Keluarga yang dahulu bertanggungjawab dalam melatih anak pada usia dini dalam hal fisik, mental, dan spiritual. Pada zaman modern fungsinya sudah mulai digeser oleh lembaga-lembaga pendidikan anak usia dini. Keluarga yang dahulu berfungsi memberikan pengetahuan tambahan dalam hal kognitif, tentang pelajaran-pelajaran yang ada di sekolah kini fungsinya mulai digeser oleh lembaga-lembaga bimbingan belajar. Namun seiring dengan perkembangan yang terus berjalan fungsi keluarga dalam bidang pendidikan mulai terlihat kembali dengan munculnya model home-schooling. Kedua adalah fungsi sosialisasi anak. Keluarga yang dahulunya bertugas untuk membentuk kepribadian anak, serta memperkenalkan pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita, dan nilai-nilai yang dianut oleh kelompok sosial-masyarakat. Pada zaman modern perannya mulai digeser oleh lembaga-lembaga training yang menawarkan jasa pembentukan kepribadian, lembaga-lembaga konseling psikologis yang menawarkan jasa untuk mengetahui bakat dan minat melalui tes psikologi. Ketiga adalah fungsi perlindungan. Keluarga yang dahulunya bertugas untuk memberikan tempat yang nyaman bagi anggota keluarga dan memberikan perlindungan secara fisik, ekonomi, maupun psikologi bagi seluruh anggotanya. Pada zaman modern fungsinya mulai digeser oleh lembaga-lembaga yang menawarkan jasa-jasa asuransi. Keempat adalah fungsi perasaan, keluarga yang dahulunya bertugas memberikan rasa seperti keintiman, perhatian, dan rasa aman yang tercipta dalam keluarga. Pada zaman modern perannya sudah mulai digeser oleh baby-sitter, day care, dan lain sebagainya. Kelima adalah fungsi agama, keluarga yang dahulunya mendorong perkembangan seluruh anggota menjadi insan beragama yang penuh ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta menunjukkan penghayatan dan perilaku nilai-nilai agama. Pada zaman modern perannya sudah mulai digeser oleh guru-guru spiritual yang menawarkan jasa serupa. Keenam adalah fungsi ekonomi. Keluarga yang dahulunya bertugas untuk mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, dan pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Pada zaman modern perannya sudah mulai diganti oleh perencana keuangan. Ketujuh adalah fungsi rekreatif. Keluarga yang dahulunya berfungsi untuk mencari hiburan, memberikan suasana yang segar dan gembira dalam lingkungan keluarga. Pada zaman modern perannya sudah mulai digeser oleh media cetak, elektronik, media social, timezone, dan game online. 114 Buku Guru Kelas XI SMA/SMKKedelapan adalah fungsi biologis. Keluarga yang dahulunya bertugas untuk pemenuhan kebutuhan biologis dan seks suami-istri untuk menghasilkan keturunan, memenuhi kebutuhan gizi keluarga, serta memelihara dan merawat anggota keluarga secara fisik. Pada zaman modern fungsinya sudah mulai digeser oleh tempat-tempat prostitusi, dokter keluarga, bayi tabung, kloning. Kesembilan adalah fungsi memberikan status sosial. Keluarga yang dahulunya bertanggung jawab mewariskan kedudukan kepada anak-anaknya. Pada zaman modern fungsinya sudah mulai digeser oleh lembaga-lembaga pendidikan tinggi. 3. Dampak Modernisasi bagi Kehidupan KeluargaPada dasarnya dampak dari modernisasi seperti yang telah dijelaskan di atas dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif dalam keluarga termasuk keluarga Kristen. Pengaruh positif dari dampak modernisasi menurut Alex Inkeles (1999) adalah membentuk anggota keluarga menjadi pribadi yang menerima dan terbuka pada hal-hal baru, berani menyatakan pendapat, menghargai waktu, memiliki orientasi pada masa depan bukan masa lalu, memiliki perencanaan dan pengorganisasian. Banyak produk dari keluarga modern yang memiliki rasa percaya diri, perhitungan, menghargai harkat hidup manusia lain, percaya pada ilmu pengetahuan dan teknologi, menjunjung sikap imbalan harus sama dengan prestasi kerja. Di samping pengaruh positif, juga ditemukan pengaruh negatif yang dihasilkan sebagai dampak modernisasi di atas, di antaranya adalah membentuk seseorang untuk memiliki kecenderungan berpikir dan bersikap pragmatis. Sikapnya terhadap alat-alat modern, terlalu menggantungkan diri pada alat-alat tersebut. Bahkan ada sebagian orang yang menganggap modernisasi sebagai allah dan dijadikan sebagai Tuhan, dan menghilangkan fungsi-fungsi vital keluarga. Modernisasi juga menyebabkan meningkatnya arus urbanisasi, meningkatnya kesenjangan sosial antara keluarga berkemampuan tinggi dan rendah. Pada saat yang sama tingkat pencemaran lingkungan yang diakibatkan limbah-limbah rumah tangga semakin tinggi. Dalam lingkup keluarga muncul kriminalitas dan kenakalan remaja. Juga meningkatnya perilaku menyimpang pada remaja dan orang tua. 4. Keluarga Kristen sebagai “Bejana Tanah Liat” di Tengah Dampak ModernisasiBerdasarkan pemahaman yang menyatakan bahwa modernisasi adalah sebuah proses yang terus berubah atau bergeser menuju pada semangat yang terkandung di dalamnya dan beberapa aspek penting yakni efektivitas, efisien, praktis, sederhana, menghargai kehidupan, dan menghargai waktu. Oleh karena itu, maka keluarga Kristen perlu mengembangkan sikap yang memadai yakni Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 115terbuka dan mau menerima dari semua pihak termasuk keluarga terhadap setiap proses perubahan yang diusung oleh zaman modern. Oleh karena itu sepertinya model keluarga sebagai “bejana tanah liat” yang dicetuskan oleh Marjorie Thomson (2000) dapat menjadi rujukan pembelajaran bagi keluarga peserta didik.Pada dasarnya keluarga sebagai tanah liat ini, esensinya adalah keluarga memiliki sikap dan pemikiran yang tidak kaku, cenderung terbuka, dan dapat menerima perubahan. Keluarga dapat dan bisa dibentuk ulang untuk menerapkan model tersebut. Pada intinya masing-masing anggota keluarga harus menyadari bahwa mereka adalah insan-insan yang tidak sempurna, sehingga menyediakan diri untuk dibentuk oleh Allah dalam setiap tantangan. Dengan keterbukaan yang dimiliki tersebut, keluarga diharapkan dapat lebih menyerap semangat-semangat positif yang ingin dicapai oleh zaman modern. Melalui modernisasi keluarga juga dapat memanfaatkan aspek-aspeknya untuk sarana pengembang iman.C. Penjelasan Bahan Alkitab1. 1 Samuel 16: 1-12Teks ini bercerita mengenai keluarga Isai yang dapat mengantarkan Daud menjadi raja atas Israel. Namun pencapaian keluarga ini tidak dapat semata-mata dianggap sebagai sebuah keberhasilan. Karena Daud memperoleh tahta sebagai raja dengan jalan merebut kedudukan tersebut secara paksa dari tangan penguasa sebelumnya (16:1). Kegagalan keluarga ini dalam mendidik Daud untuk dapat menjalani hidupnya juga nampak dari berbagai kebijakan yang diambil oleh Daud ketika ia menjadi raja, yaitu dengan mengupayakan perang, melaksanakan kelicikan, dan memaksakan keadaan damai melalui ancaman yang ia lancarkan ke seluruh daerah yang menjadi kekuasaannya. Oleh karena itu dalam hal ini keluarga Isai dapat dinilai tidaklah secara penuh menjalankan fungsinya untuk membentuk Daud menjadi sosok yang memiliki kepribadian yang teguh dan baik sesuai dengan kehendak Allah.Teks ini memberikan teladan yang kurang baik mengenai kehidupan keluarga kepada kita. Cermin kekeliruan tersebut dapat dilihat melalui kurang berhasilnya keluarga Isai untuk mengarahkan Daud menjadi pribadi yang baik sesuai dengan kehendak Allah. Teladan ini menjadi peringatan bagi kita agar tidak melakukan hal yang sama dengan kisah di atas. 2. Efesus 5: 22-33Surat Efesus dialamatkan pada orang-orang Kristen yang hidup disituasi kota metropolis, yang penuh dengan peradaban modern. Di tempat ini terdapat kuil-kuil penyembahan untuk dewa-dewi Romawi. Kota ini juga merupakan 116 Buku Guru Kelas XI SMA/SMKpusat perdagangan terpenting yang menjadi pintu gerbang kerajaan Romawi di Asia Kecil. Permasalahan yang ada di dalamnya adalah kemunculan berbagai dampak negatif dari peradaban modern, seperti sikap egois, kesenjangan sosial, pemikiran pragmatis, mentuhankan modernisasi, kurangnya penghargaan terhadap kemanusiaan, dan dalam keluarga banyak terjadi penyimpangan. Melalui teks Efesus 5:22-33 penulis secara sederhana berbicara mengenai aturan yang pantas dalam membina hubungan antara satu orang dengan yang lain dalam sebuah kelompok yang dinamakan dengan ‘keluarga Kristen’ (5:32) di tengah situasi yang dikuasai oleh dampak negatif dari peradaban modern. Jalan yang ditawarkan oleh penulis bagi pembacanya adalah dengan meletakkan fondasi kehidupan keluarganya kepada Kristus sebagai kepala keluarga (5:23, 22, 24). Hubungan yang terjalin di dalamnya mencerminkan nilai-nilai keadilan (5:28), kesetaraan (5:33), serta anjuran bahwa semua orang yang menjadi anggota keluarga tersebut harus memiliki kesadaran untuk melakukan fungsinya masing-masing dalam lingkungan keluarga sesuai dengan kedudukan yang disandangnya.Teks ini memberikan teladan yang baik kepada kita. Teladan tersebut berbicara mengenai bagaimana keluarga Kristen harus menjalankan kehidupannya di tengah gerusan pengaruh negatif peradaban modern yang semakin merusak fungsi-fungsi penting dari keluarga. Keteladanan tersebut dapat diperoleh hanya di dalam Kristus. D. Kegiatan PembelajaranAda berbagai kegiatan bagi peserta didik yang sekaligus bisa dievaluasi oleh guru melalui proses yang berlangsung.PengantarPeserta didik diminta oleh guru untuk memperhatikan gambar yang mengisahkan tentang dampak modernisasi dalam kehidupan remaja. Gambar tersebut di dalamnya mengisahkan tentang dampak dari modernisasi bagi remaja.Kegiatan 1: Curah PendapatGuru meminta peserta didik untuk memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang terdapat dalam buku murid disertai penjelasan. Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 117Kegiatan 2: Dialog dan Tanya JawabMelalui kegiatan ke-2 guru membimbing peserta didik untuk dapat lebih memahami materi tentang dampak modernisasi bagi keluarga. Agar tidak membosankan materi dapat disampaikan melalui metode pengajaran inkuiri (discovery). Peran guru di sini adalah memberikan tanggapan secara positif terhadap pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh peserta didik.Kegiatan 3: DiskusiGuru membimbing peserta didik untuk mendiskusikan materi seputar dampak dari modernisasi bagi keluarga. Diskusi dapat dilakukan dalam kelompok kecil. Berdasarkan pertanyaan yang ada dalam buku peserta didik. Kegiatan 4: Berbagi PengalamanGuru meminta peserta didik untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas. Kegiatan 5: PenugasanPeserta didik diminta untuk melakukan pengamatan terhadap keluarga masing-masing seputar dampak dari modernisasi bagi keluarganya. Pengamatan dilaksanakan berdasarkan pertanyaan yang sudah disiapkan di dalam kelas ketika proses membuat dan hasil penelitian berlangsung. E. PenilaianPenilaian dapat dilakukan dengan menyesuaikan pada kegiatan-kegiatan yang telah diusulkan di atas. Namun guru tetap dapat mengembangkan penilaian secara kreatif untuk mengukur pencapaian indikator kompetensi. Bentuk penilaian dapat berupa tes lisan, penugasan, penilaian laporan pendek, dan penilaian produk. F. PenutupBagian penutup ini berisi:tRangkumantAyat EmastBernyanyi dan BerdoaPendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 119Penjelasan Bab XRelasi Bermakna Antara Keluarga, Gereja, dan SekolahkuBacaan Alkitab: Ulangan 6:7-9, Efesus 4:11-15Kompetensi Dasar:1.4 Mengakui peran keluarga dan sekolah sebagai lembaga pendidikan utama dalam kehidupan masa kini.2.4 Bersikap kritis dalam menyikapi peran keluarga dan sekolah sebagai lembaga pendidikan utama dalam kehidupan masa kini.3.4 Memahami peran keluarga dan sekolah sebagai lembaga pendidikan utama dalam kehidupan masa kini.4.4 Membuat proyek yang berkaitan dengan peran keluarga dan sekolah sebagai lembaga pendidikan utama dalam kehidupan masa kini.Indikator:tMerumuskan hakikat dan peran sekolah sebagai lembaga pendidikan.tMendeskripsikan perbedaan dan persamaan proses pendidikan di keluarga, gereja, dan sekolah.tMenjelaskan proses dan makna komunikasi antara keluarga, gereja, dan sekolah.tMenilai diri sendiri dalam menjalankan kewajiban sebagai peserta didik.tMengkritisi masalah sosial yang terjadi pada anak dan remaja, serta menjelaskan cara pemecahannya dalam perspektif kristiani.A. PengantarManusia adalah makhluk ciptaan Allah yang dianugerahi akal pikiran dan memiliki potensi untuk beriman kepada Allah dan dengan akalnya mampu memahami gejala-gejala alam, memiliki rasa tanggung jawab atas segala tingkah lakunya dan memiliki akhlak. Dengan anugerah itulah manusia menjadimakhluk mulia, dimana makhluk lain tidak memiliki keistimewaan tersebut. Perkembangan manusia secara perorangan pun melalui tahap-tahap yang memakan waktu belasan atau bahkan puluhan tahun untuk menjadi dewasa. 120 Buku Guru Kelas XI SMA/SMKUpaya pendidikan menjadikan manusia semakin berkembang. Tugas untuk memberikan pendidikan ini berakar dalam panggilan utama keluarga yang mengambil bagian dalam karya penciptaan dan pemeliharaan Allah. Dengan memiliki anak, keluarga terutama orang tua mengemban tugas untuk membantu agar anak tersebut betul-betul berkembang dan hidup sepenuhnya sebagai manusia sehingga ia dapat mengembangkan setiap potensi yang ada pada dirinya secara optimal. Melalui pendidikan pula, manusia dapat mengembangkan berbagai ide dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup manusia itu sendiri.B. Uraian Materi1. Anak dan Pendidikan Anak merupakan anugerah sekaligus titipan dari Tuhan yang memiliki potensi-potensi luar biasa, sehingga anak-anak memerlukan didikan untuk mengembangkan potensinya dengan sungguh-sungguh. Potensi-potensi itu terdiri dari potensi kognitif (intelektual), potensi afektif (moral), potensi spiritual, dan potensi psikomotorik (keterampilan). Salah satu sarana untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam diri manusia adalah melalui sekolah. Sekolah sering juga dipandang sebagai lingkungan pendidikan kedua bagi anak setelah lingkungan keluarga. Sekolah diberi sebagian tanggung jawab pendidikan yang diemban orang tua. Hal ini terjadi karena orang tua memiliki kemungkinan yang kecil untuk dapat mendidik anaknya agar menguasai berbagai kemampuan yang diperlukan dalam kehidupannya. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengakibatkan orang tua tidak mampu mendidik anaknya sendiri tentang berbagi pengetahuan dan kemampuan tersebut, sehingga kemudian menyerahkan sebagian tugas dan tanggung jawabnya kepada guru yang menjadi pendidik di sekolah. Anak sebagai objek pendidikan, diharapkan mendapatkan pendidikan yang tepat dan layak. Orang tua tentu berharap agar tidak meninggalkan keturunan (anak-anak) mereka yang lemah (powerless generation). Orang tua juga tidak berharap anak-anak mereka berkembang dengan optimal dalam hal intelektual, sehingga ia tumbuh menjadi anak yang cerdas dan beriman kepada Tuhan, berperasaan dan kuat fisiknya. Oleh karena itu, orang tua sering memilih sekolah yang berkualitas yang diharapkan dapat membantu anak-anak mereka bertumbuh dengan memiliki karakter yang kuat (strong character) sesuai dengan nilai keagamaan, cerdas (intelligent), fisik yang kuat (strong physical), serta memiliki integritas dan semangat sebagai modal untuk membangun bangsa dan menjadi berkat bagi sesama.Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 1212. Tri Pusat Pendidikan Seluruh pendidikan manusia dapat berlangsung dalam tri pusat pendidikan, yaitu di dalam keluarga atau di rumah, di sekolah, dan di gereja sebagai lembaga masyarakat.a. Pendidikan dalam konteks keluarga Dalam konteks ini anak berinteraksi dengan orang tuanya dan anggota keluarga yang lain. Ia memperoleh pendidikan informal terutama melalui proses sosialisasi dan edukasi berupa pembiasaan atau habbit formations (telah dibahas di pelajaran sebelumnya).b. Pendidikan dalam konteks gereja Di sini anak berinteraksi dengan seluruh anggota gereja yang berbeda secara umur, tingkat sosial, maupun budaya. Ia memperoleh pendidikan non formal atau pendidikan di luar sekolah yang berupa berbagai pengalaman hidup. Agar gereja dapat melakukan eksistensinya, maka seharusnya generasi muda (anak, remaja, dan pemuda) perlu mendapat warisan atau penerusan baik nilai-nilai, sikap, pengetahuan, keterampilan, maupun bentuk kelakuan lainnya sesuai dengan dasar-dasar kristiani. Dalam konteks gereja, pribadi Kristen dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan situasi dan kondisi jemaat yang dilandasi oleh sikap yang berdasarkan rasio, nilai kristiani, dan tujuan hidupnya. Oleh karena itu anak perlu didorong untuk terlibat dan menjadi aktivis gereja agar dapat mengembangkan kepribadiannya secara sehat secara kristiani. c. Pendidikan dalam konteks sekolah Dalam konteks sekolah, anak memperoleh pendidikan formal. Artinya terprogram dan terjabarkan dengan tetap baik berupa pengetahuan, nilai-nilai, keterampilan, maupun sikap terhadap mata pelajaran. Anak berinteraksi dengan lingkungan yang lebih luas bersama teman sebayanya. Aspek-aspek penting yang mempengaruhi perkembangan anak di sekolah dapat berupa bahan-bahan pengajaran, teman dan sahabat peserta didik, guru serta para pegawai. Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pembelajaran peserta didik di bawah pengawasan guru. Secara etimologi, kata sekolah berasal dari bahasa Latin skhole, scola, scolae atau skhola yang berarti waktu luang atau waktu senggang, dimana pada masa lampau sekolah adalah kegiatan di waktu luang bagi anak-anak di tengah-tengah kegiatan utama mereka, yaitu bermain dan menghabiskan waktu untuk menikmati masa anak-anak dan remaja. Kegiatan dalam waktu luang itu adalah mempelajari cara berhitung, cara membaca huruf dan mengenal tentang moral atau budi pekerti dan estetika atau seni. Untuk mendampingi dalam kegiatan scola anak-anak didampingi oleh Next >