< Previous122 Buku Guru Kelas XI SMA/SMKorang yang ahli dan mengerti tentang psikologi anak, sehingga memberikan kesempatan yang sebesar-besarnya kepada anak untuk menciptakan sendiri dunianya melalui berbagai pelajaran. Saat ini, sekolah mengalami pergeseran makna menjadi bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran. Sekolah berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban anak bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Sekolah juga bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang bertanggung jawab. Dalam pengajaran iman kristiani, sekolah dalam pendidikan agama Kristen (PAK) menuntut pemikiran atau pengelolaan yang bersungguh-sungguh dari para pengelolahnya. PAK harus dilaksanakan secara efektif, baik untuk para pendidik maupun peserta didiknya, agar dapat memberi kontribusi bagi peningkatan kualitas manusia Indonesia. Landasan maupun cara kerjanya tentu harus berakar pada nilai-nilai iman Kristen, sesuai dengan ajaran Alkitab dan tradisi gereja. Oleh karena itu, baik para guru maupun murid di dalam kehidupannya harus tetap berakar dan berpusat pada pribadi Tuhan Yesus, yang digerakkan oleh dinamika Roh Kudus. Tuhan Yesus di dalam PAK dikenal sebagai Tuhan, Juru Selamat, dan Guru yang Agung. Sebagai Guru yang Agung, Kristus tidak hanya memperkenalkan siapa Allah yang sesungguhnya, tetapi juga memberikan teladan kehidupan bagi para murid-murid-Nya, termasuk kita pada saat ini. 3. Relasi Antara Sekolah dan KeluargaSekolah merupakan pihak sekunder dalam pendidikan anak, sebab pihak primer tetap berada di tangan orang tua, terutama ayah dan ibu yang telah dipilih dan ditetapkan oleh Tuhan. Jadi, sekolah hadir sebagai mitra atau rekan sekerja yang berkolaborasi dengan orang tua dalam mendidik generasi berikutnya sebagai penerus pelaksana misi Tuhan secara turun-temurun. Sekolah memiliki tugas ganda yang harus dipikul. Sekolah menjalankan pendidikan kepada anak-anak yang dipercayakan orang tua kepada guru untuk mengambil bagian atau berpartisipasi dalam membentuk kepribadian, karakter, dan kehidupan rohani yang bertumbuh di mana guru memiliki peran sebagai fasilitator, motivator, mentor yang merancang proses pembelajaran secara formal. Sekolah tidak hanya sekedar sebagai wadah untuk menambah ilmu pengetahuan umum kepada peserta didik, tetapi juga untuk memuridkan peserta didik dengan Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 123cara melatih dan mengembangkan pola pikir di dalam perspektif kebenaran nilai-nilai kristiani. Dengan demikian, peserta didik dapat memecahkan berbagai permasalahan hidup yang dihadapi di sekolah, rumah, maupun masyarakat luas di mana mereka berada secara bijaksana dan sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Sebagai pihak penopang, sekolah perlu menjalin komunikasi, berdialog dengan keluarga terutama orang tua. Sebaliknya, keluarga dituntut untuk bersedia memberikan dukungan bagi kelangsungan dan pekerjaan Tuhan melalui sekolah. Keluarga dipanggil untuk memberi waktu lebih banyak berdiskusi, baik dengan guru di sekolah maupun dengan anak mereka yang mengikuti pendidikan. Sekolah dan orang tua juga perlu terbuka dan mengusahakan agar lebih mengenal satu sama lain, sehingga dapat memahami dalam segi apa dorongan atau motivasi dapat diberikan dalam perkembangan anak secara utuh. Pendidikan di sekolah tidak akan optimal jika tidak ada dukungan dari orang tua secara holistik dalam pertumbuhan anak-anak.Sekolah perlu mendorong orang tua untuk melaksanakan tugas mereka terhadap anak-anaknya. Sekolah menjadi fasilitator bagi orang tua agar mereka semakin mengetahui hal-hal apa yang perlu bagi peningkatan kualitas pendidikan anak-anaknya. Jalinan kerja yang harmonis perlu dikembangkan di antara sekolah dan orang tua, sehingga orang tua dapat melihat bahwa sekolah hanya merupakan kelanjutan dan kesinambungan pendidikan yang sedang dilakukan dalam keluarga.Pendidikan anak merupakan tantangan yang berat bagi orang tua namun hal tersebut merupakan tugas mulia, dan kehadiran sekolah membantu meringankan tantangan tersebut. Alkitab menegaskan bahwa menjadi orang tua adalah tugas mulia dan merupakan bagian dari rancangan Allah untuk keluarga. Pendidikan anak dianggap Allah sangat penting, oleh karena itu dimintakan supaya dilaksanakan berulang-ulang sampai mendarah daging dan menjadi bekal dalam segala aspek kehidupan. Pendidikan anak harus jelas tujuannya supaya anak bertumbuh menjadi pribadi yang takut kepada Tuhan. Mendidik anak sangat membutuhkan keteladanan. Oleh karena itu, pendidikan yang benar harus berawal, berasal, dan berakar dari keluarga. 4. Masalah Sosial dalam Kehidupan RemajaTidak semua anak-anak memiliki kesempatan untuk melanjutkan pendidikan. Terdapat berbagai alasan yang menyebabkan hal tersebut, di antaranya masalah ekonomi. Keluarga yang tidak mampu membayar biaya pendidikan sehingga menyebabkan banyak anak putus sekolah dan membantu orang tua mencari 124 Buku Guru Kelas XI SMA/SMKuang. Walaupun sekolah gratis sudah disediakan pemerintah untuk memajukan pendidikan bagi anak-anak, akan tetapi hal tersebut masih sering diacuhkan oleh anak-anak karena motivasi belajar yang masih rendah. Pengaruh lingkungan yang buruk juga menjadi salah satu penyebab anak-anak menomorduakan pendidikan. Hal ini merupakan tantangan terbesar bagi orang tua dan sekolah. Terdapat berbagai masalah remaja yang perlu dipecahkan secara bersama antara keluarga, sekolah, dan gereja, misalnya meningkatnya tawuran antar-sekolah, kenakalan remaja, kriminalitas remaja, hamil di luar nikah dan pernikahan dini, pemakaian narkoba dan obat terlarang, dan masih banyak lagi. Berkaitan dengan masalah tersebut, rupanya perlu ada kerja sama antara keluarga, sekolah, dan gereja untuk mengembangkan nilai-nilai kristiani yang dampaknya dapat secara langsung dirasakan oleh lingkungan. Misalnya, meskipun konteksnya berbeda, namun perlu kerja sama untuk menciptakan lingkungan yang lebih adil, lebih manusiawi, mengembangkan kesetaraan dalam perspektif kristiani. C. Penjelasan Bahan Alkitab1. Efesus 4:11-15Teks Alkitab ini merupakan bagian dari surat Paulus kepada jemaat di Efesus berkaitan dengan kesatuan jemaat dan karunia yang berbeda-beda.Tuhanlah yang memberikan karunia kepada setiap manusia. Karunia yang diberikan Tuhan tidak sama satu terhadap yang lain dalam jabatannya (rasul, nabi, pemberita injil, gembala, pengajar). Meskipun memiliki berbeda jabatan, tetapi memiliki tujuan yang mulia, yaitu untuk memperlengkapi umat Allah dalam pelayanan dan pembangunan tubuh Kristus (gereja), sampai semua umat Allah mencapai kedewasaan yang penuh dalam iman dan takut akan Allah.Sama halnya dengan sekolah dan keluarga. Masing-masing mempunyai kapasitas yang berbeda dalam dunia pendidikan. Individu (anak atau remaja) lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah bersama dengan keluarga, dibandingkan dengan guru di sekolah (sekitar 8–9 jam perhari). Sekolah menjadi pendukung dan pelengkap bagi individu dalam proses pertumbuhannya menuju ke kedewasaan yang penuh baik dalam ranah kognitif (intelektual), afektif (moral), spiritual, dan psikomotorik (keterampilan). Rasul Paulus menekankan bahwa dengan kedewasaan yang penuh tersebut, manusia tidak akan mudah diombang-ambingkan oleh berbagai godaan dunia yang menyesatkan. Manusia yang dikaruniai hikmat dari Tuhan dapat membedakan hal yang positif dari yang negatif, hak yang baik dari yang jahat Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 125sehingga menjadi pribadi yang utuh. Demikian pula dengan pendidikan yang diperoleh di sekolah maupun dalam keluarga dan gereja, akan membantu anak-anak bertumbuh secara utuh dalam seluruh aspek kehidupannya.2. Ulangan 6:7-9Ayat ini berisi panggilan untuk mengajarkan iman pada setiap situasi. Oleh karena itu, berbagai kesempatan dapat dipakai sebagai kesempatan untuk mengajarkan iman (teachable moment), misalnya saat berbicara, berjalan, berdiri, dan makan. Pengajaran iman perlu dilakukan secara tulus dan alami. Hal mendidik dan mengajar anak-anak adalah perintah Tuhan yang harus di-lakukan oleh orang tua. Apabila orang tua tidak mendidik anak-anaknya maka ia tidak menaati perintah Tuhan. Anak-anak membutuhkan pendidikan yang layak untuk kehidupan di masa depan. Jika pendidikan ini tidak diperolehnya, maka orang tua memberikan masa depan yang suram bagi anaknya sendiri. D. Kegiatan PembelajaranKegiatan 1: Curah Pendapat Dalam kegiatan ini guru memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk mengemukakan pendapatnya sendiri. Tentu cukup beragam, dan terkadang ada peserta didik yang malu untuk mengemukkan pendapat mereka, guru perlu memotivasi peserta didik. Melalui kegiatan ini guru dapat menemukan model ideal peserta didik mengenai pendidikan yang dapat dijadikan acuan dalam proses belajar mengajar. Kegiatan 2: DialogKegiatan 2 merupakan kesempatan bagi guru untuk memperdalam materi dengan memberikan pemahaman mengenai hakikat dan peran sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan untuk mengembangkan manusia secara utuh. Pendalaman materi ini diawali dengan pendapat peserta didik yang dikemukakan sesuai dengan pemahamannya. Guru harus teliti dan jeli dalam mengaitkan pelajaran ini dengan pelajaran sebelumnya. Dialog dalam kelas perlu dikembangkan, sehingga peserta didik tidak merasa jenuh. Dalam dialog ini, guru dan peserta didik dipandu dengan beberapa pertanyaan yang harus lebih dulu dijawab peserta didik.Kegiatan 3: IdentifikasiKegiatan 3 merupakan kesinambungan dari kegiatan 2. Setelah memperdalam materi, peserta didik diharapkan mampu mengidentifikasi perbedaan proses pendidikan di keluarga dan sekolah. 126 Buku Guru Kelas XI SMA/SMKKegiatan 4: Diskusi KelompokDalam kegiatan 4 ini, peserta didik diminta untuk mengidentifikasi hal yang perlu dikembangkan dan hal yang perlu dihindari oleh remaja Kristen dalam kehidupan mereka. Setelah mengidentifikasi, peserta didik diharapkan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan 5: Menilai Diri SendiriKegiatan 5 merupakan salah satu aspek karakter bangsa yang perlu dikembangkan oleh peserta didik di sekolah. Melalui penilaian diri sendiri ini, peserta didik dapat mengenal dirinya secara lebih baik sehingga diharapkan dapat membawa perubahan dalam pribadinya ke arah yang lebih baik. Setelah tugas ini selesai dikerjakan, guru menekankan pentingnya sikap tanggung jawab sebagai suatu bentuk ungkapan syukur atas karunia Tuhan yang diperoleh oleh peserta didik melalui pendidikan di sekolah yang diperolehnya.Kegiatan 6: Penelitian (Metode Proyek) dan Role PlayKegiatan 6 dilakukan dengan tujuan untuk melibatkan peserta didik secara langsung dalam lingkungan sosial di mana mereka berada. Dengan melakukan observasi dan wawancara langsung diharapkan peserta didik dapat merefleksikan nilai kehidupan dan teologis dalam kehidupannya. Hasil penelitian bisa dipresentasikan dalam bentuk tulisan, drama atau role play sehingga menuntut peserta didik untuk lebih kreatif.E. PenilaianPenilaian dilakukan melalui ketercapaian kompetensi yang dijabarkan dalam tiap kegiatan. Bentuk penilaian adalah keterlibatan dalam curah pendapat, tes tertulis, penilaian terhadap diri sendiri, serta melalui hasil penelitian dan role play. F. PenutupyyRangkumanyyAyat Emas yang harus dihafalkan. Sebagai bentuk evaluasi, peserta didik diminta untuk menghafalkannya pada pertemuan yang akan datang.yyBernyanyi dan berdoa yang dipimpin oleh seorang peserta didik untuk mengakhiri pembelajaran.Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 127Kompetensi Dasar:1.4 Mengakui peran keluarga dan sekolah sebagai lembaga pendidikan utama dalam kehidupan masa kini.2.4 Bersikap kritis dalam menyikapi peran keluarga dan sekolah sebagai lembaga pendidikan utama dalam kehidupan masa kini.3.4 Memahami peran keluarga dan sekolah sebagai lembaga pendidikan utama dalam kehidupan masa kini.4.4 Membuat proyek yang berkaitan dengan peran keluarga dan sekolah sebagai lembaga pendidikan utama dalam kehidupan masa kini.Indikator:tMemahami keluarga yang ideal.tMemaknai keluarga sebagai tempat yang istimewa.tMenghayati kebersamaan keluarga di dalam rumah.tMembuat laporan mengenai keluarga yang ideal.A. PengantarSetiap manusia mempunyai pan-dangan masing-masing tentang ke-luarga yang ideal. Mungkin ada yang berpikir bahwa keluarga ideal itu segala perabotan mewah dalam rumah atau sering ada pesta yang mewah, dan sering berlibur ke luar negeri atau ke luar kota. Mungkin juga keluarga ideal itu adalah kesederhanaan dalam rumah itu sendiri dan dapat saling membantu satu sama lain dalam pekerjaan rumah.Penjelasan Bab XIHome Sweet HomeBahan Alkitab : Kejadian 30:1-24 ; 2 Timotius 1:5Sumber: thetksfamily.blogspot.co.idGambar 11.1 Joging bersama keluarga128 Buku Guru Kelas XI SMA/SMKB. Uraian Materi1. Keluarga IdealRumah bukan sekadar tempat untuk bernaung dari hujan dan panas terik. Namun, umumnya sebagian orang yang terlalu sibuk, secara tidak langsung dapat membentuk rumah menjadi warung makan saja atau seperti penginapan saja. Karena terlalu sibuk dengan pekerjaan dan aktivitasnya, kebersamaan dengan keluarga malah terbengkalai. Akhirnya setiap penghuni rumah menjadi sibuk dengan kebutuhannya sendiri tanpa ada kedekatan antara orang tua dengan anak dan juga antara kakak-adik. Rumah seharusnya menjadi tempat yang paling indah bagi penghuninya “Home Sweet Home”, juga yang selalu dirindukan dan selalu diingat. Sesungguhnya para remaja memandang rumah sebagai tempat yang penuh dengan kenangan sejak kanak-kanak, kenangan tentang suka maupun duka. Rumah yang sederhana, nyaman, tenang, penuh kasih sayang dan damai adalah tempat tinggal yang ideal. Sebagai contoh gambaran paling ideal bagi keluarga Kristen adalah Keluarga Kudus dari Maria dan Yusuf di Nazaret. Maria, Yusuf, dan Tuhan Yesus selalu merayakan hari-hari besar di bait Allah (Misalnya hari raya pondok daun). Dalam Lukas 2:41-52 dijelaskan bahwa Tuhan Yesus pada masa remaja taat pada orang tua duniawinya dan menikmati hidup bersama keluarga. Dia berkembang secara sehat dan utuh. Keluarga tersebut merupakan teladan bagi setiap pasangan kristiani dalam membina keluarga. Dalam kehidupan sehari-hari, hendaknya masing-masing keluarga Kristen dapat menghadirkan Kristus dalam kehidupannya. Dengan demikian, keluarga Kristen dapat berkembang menuju kesempurnaan seperti yang dikehendaki Tuhan.2. Rumah Sebagai Tempat yang NyamanManusia sebagai makhluk sosial memiliki kebutuhan pokok akan kasih sayang. Bagi kebanyakan orang kebutuhan ini dapat dipenuhi di dalam keluarga. Apabila kasih sayang dapat dirasakan oleh semua anggota keluarga maka akan merasakan kepuasan dan ketenteraman sehingga timbul perasaan nyaman tinggal di rumah. Tetapi apabila sebaliknya rasa cinta kasih tidak ada dalam keluarga maka anggota keluarga akan mencari kasih sayang di luar rumah, sehingga tinggal di rumah bagaikan tinggal di dalam penjara. Setiap keluarga harus mampu memberikan dan membuat suasana keluarga yang aman tenteram dan damai sehingga terjalin hubungan persaudaraan dan ikatan yang akrab atas dasar kasih sayang. Dengan demikian, keluarga juga merupakan tempat rekreasi sekaligus sebagai tempat bernaung, atau tempat perteduhan dari sibuknya kegiatan di luar rumah bagi anggota-anggotanya. Namun perkembangan zaman begitu pesat sehingga Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 129pusat-pusat rekreasi di luar keluarga lebih menarik, misalnya gedung bioskop, kebun binatang, taman rekreasi dan sebagainya. Adanya pusat-pusat rekreasi di luar keluarga yang lebih menarik tersebut di atas akan menimbulkan adanya 2 macam perubahan seperti yang dikemukakan Vembriarto (1978):a. Jenis-jenis rekreasi yang dialami oleh anggota-anggota keluarga menjadi lebih bervariasi.b. Anggota-anggota keluarga lebih cenderung mencari hiburan di luar keluarga.Melihat akibat perubahan tersebut maka keluarga mempunyai tugas dan tanggung-jawab untuk mengawasi para anggota keluarga di dalam memilih dan menentukan jenis hiburan yang disukai sehingga tidak berakibat buruk atau negatif bagi diri sendiri maupun bagi semua anggota keluarga. Meskipun demikian kita masih tetap dapat bercengkerama, mengembangkan hidup penuh canda tawa, saling mendukung, dan berbagi cerita dalam kehidupan Kristen yang indah.3. Rumah Tempat Bersemainya ImanDi dalam rumah, prioritas menjadi keluarga yang utuh itu sangatlah penting. Banyak keluarga para remaja yang saat ini mengalami masalah, dimana orang tua tidak saling mengasihi, banyak timbul kekerasan dalam keluarga, akhirnya menimbulkan banyak perceraian. Karena itu, perlu diingatkan bahwa pendidikan iman penting sekali, krisis terbesar adalah ketika cinta meninggalkan keluarga. Tuhan memberikan mandat kepada orang tua untuk mendidik anak, tetapi kadang-kadang orang tua sibuk dengan memenuhi kebutuhan anak secara materi, bukan rohani. Akibatnya anak sering berada di luar rumah untuk menghindari permasalahan keluarga. Seharusnya keluarga merupakan tempat anak bertumbuh secara mental dan spiritual juga. Oleh karena itu setiap keluarga perlu menyadari, betapa pentingnya menanamkan iman tentang Allah sedini mungkin kepada anak, baik melalui proses pendidikan maupun sosialisasi.Anak-anak bertumbuh imannya berkat pengaruh suasana kristiani yang meresapi kehidupan keluarga. Ada doa dan kebaktian harian bersama setiap hari, (bisa mencari waktu khusus malam hari atau pagi hari kurang lebih 10 menit). Merayakan secara sederhana keadaan tertentu, misalnya ada yang ulang tahun, lulus ujian, naik kelas, dan saling berbagi dalam suka maupun duka. Dalam segala peristiwa yang penting di dalam keluarga diusahakan ada kaitannya dengan iman. Anak-anak juga akan tumbuh rohaninya bila orang tua dan kakak dalam kehidupan sehari-hari memberi tekanan maupun contoh tentang kehidupan di dalam iman. Misalnya dengan bersikap adil terhadap pembantu, menyatakan kepeduliannya terhadap korban penindasan, diskriminasi, dan penyalahgunaan 130 Buku Guru Kelas XI SMA/SMKkekuasaan. Kita semuanya sebagai anggota keluarga baik ibu maupun bapak, anak-anak, nenek atau kakek, dan semua yang tinggal di rumah, mempunyai tanggungjawab bersama membuat rumah “Home Sweet Home”.C. Penjelasan Bahan Alkitab1. Kejadian 30:1-24Teks ini mengisahkan tentang kehidupan keluarga Yakub, yang mengalami banyak sekali ketidakwajaran. Awal cerita, Yakub menyukai Rahel dan ingin menikahinya, tetapi pada waktu pesta pernikahan Laban mertuanya tidak memberikan Rahel untuk menjadi istrinya tetapi Lea kakaknya, Yakub marah akhirnya Laban berjanji akan memberikan Rahel apabila Yakub bekerja lagi padanya selama 7 tahun, dan Yakub menyetujuinya. Singkat cerita (dalam era Perjanjian Lama) Yakub memiliki 2 istri, dalam pernikahan itu mulai timbul masalah, sebab Lea memiliki anak sedangkan Rahel tidak, lalu Rahel dan Lea masing-masing memberikan budaknya untuk mendapatkan anak-anak. Namun pada akhirnya Rahel pun mendapatkan anak dari rahimnya sendiri. Keluarga seperti ini jelas tidak menjadi teladan, tetapi inilah realita hidup manusia berdosa yang penuh kelemahan dan kekurangan. Pada zaman Perjanjian Lama (PL) memang wajar bila terjadi hal demikian, karena waktu itu tidak ada aturan yang jelas ditambah masih diberlakukannya budaya poligami. Jika istri tidak punya anak, ia bisa memberikan budaknya untuk menikah dengan suaminya (ingat: dalam Perjanjian Baru Tuhan Yesus mengubah poligami menjadi monogami).Bila melihat latar belakang Yakub, dapat diketahui bahwa dia juga adalah seorang yang terkenal sebagai penipu. Ia menipu ayahnya dan Esau saudaranya untuk mendapatkan hak kesulungan.Dari nats tersebut kita bisa belajar memahami bahwa adanya penipuan, usaha-usaha yang tidak sehat untuk memuaskan keinginan diri dan mendapatkan hak-hak yang bukan bagiannya. Hal ini dapat menimbulkan suasana yang buruk dalam keluarga dan memengaruhi relasi-relasi yang dibangun dengan orang lain. Akibatnya suasana keluarga menjadi tidak menyenangkan atau tidak indah.2. 2 Timotius 1:5Teks ini mengisahkan tentang kehidupan Timotius yang telah dididik sesuai dasar-dasar Alkitab sejak masa anak-anak. Berbicara tentang Timotius, kita tidak bisa terlepas dari didikan yang diterimanya. Timotius yang masih muda bisa dapat menjadi pemimpin bahkan menjadi perintis pekabaran Injil serta pemikir Kristen, itu karena didikan yang diterimanya. Paulus, rasul yang besar Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 131dan terkenal, bahkan menyebutnya sebagai satu-satunya orang “yang sehati dan sepikir” dan yang tidak mencari kepentingannya sendiri melainkan kepentingan Kristus (Flp. 2:20). Nama Timotius berasal dari kata Yunani yakni Timotheo artinya menghargai Allah, takut akan Tuhan. Timotius adalah putra seorang perempuan Yahudi beragama Kristen bernama Eunike yang bersuami seorang Yunani (lih. Kis. 16:1). Timotius dididik secara kristiani oleh ibunya. Selain itu dia juga menerima didikan secara kristiani dari neneknya yang bernama Lois (lih. 2 Tim. 1:5). Alkitab menjelaskan bahwa pengaruh pertama yang dialami Timotius adalah pengaruh asuhan orang tuanya, terutama ibu dan neneknya yang mengajarnya Alkitab sejak ia masih kecil. Nama Lois dan Eunike muncul sekali dalam Alkitab, nama mereka tercatat dalam sejarah karena mereka meninggalkan kesan yang tidak terhapuskan pada Rasul Paulus. Perkenalan Paulus dengan Timotius dicatat di Kis. 16:1-3. Di situ, Timotius muda dipercaya Paulus untuk ikut dalam pelayanan misinya yang kedua (Kis. 15:36-18:22). Melalui pelayanan inilah, Timotius bertumbuh menjadi murid dan anak rohani Paulus. Satu contoh kehidupan keluarga Kristiani yang sungguh penting untuk diteladani oleh kita semua.D. Kegiatan PembelajaranPengantarGuru memberikan “brain stroming” kepada murid seperti apa pandangan mereka mengenai rumah yang manis itu (Home Sweet Home).Kegiatan 1: Diskusi/KelompokGuru memberikan waktu kepada peserta didik untuk mendiskusikan dalam kelompok mengenai pemahaman mereka tentang keluarga Kristen yang ideal. Sebagai referensi dalam diskusi ini, guru dapat meminta peserta didik untuk menghubungkan dari kesimpulan curah pendapat.Kegiatan 2: Presentasi KelompokGuru membagi kelas dalam kelompok. Masing-masing kelompok diminta memahami teks Alkitab dan menganalisis sesuai pertanyaan yang telah disediakan. Setelah didiskusikan dalam kelompok, hasilnya dipresentasikan di depan kelas. Kegiatan 3: Model PelatihanMelalui 3 tahap untuk melatih dalam melaksanakan kebaktian keluargaTahap 1: Guru mendemonstrasikan kebaktian keluarga. Guru meminta 2 orang peserta didik dengan keterlibatan guru menjadi tiga orang. Mereka berperan sebagai ayah, ibu, atau anak. Kelompok tiga orang tersebut akan melakukan Next >