< Previous42 Buku Guru Kelas XI SMA/SMKditerima oleh keluarga Kristen pada masa kini yang tetap setia berpedoman dan berpegang kepada Tuhan, seperti ucapan berkat yang ditulis dalam Bilangan 6:24-26. b. Pengampunan TuhanTidak seorangpun yang hidupnya sempurna di dunia ini, termasuk anda dan saya. Kita berbuat dosa di dalam pikiran, perkataan, maupun perbuatan. Kematian Tuhan Yesus merupakan tanda kasih yang sangat besar kepada umat manusia sebagai Tuhan Yang Maha Pengampun (Ef. 1:7). Seperti Tuhan yang mengampuni, kita sebagai orang Kristen harus bisa mengampuni orang yang bersalah kepada kita. Pengampunan adalah sesuatu yang sangat indah, karena selalu membawa kedamaian, keharmonisan, menumbuhkan persekutuan dan hubungan yang baik dengan sesama, sehingga pengampunan ini menjadi salah satu kekhasan keluarga Kristen yang menjadikan Tuhan sebagai pedoman kehidupan keluarga. Bisa dibayangkan jika dalam kehidupan keluarga Kristen, baik antara orang tua dengan anak, maupun antara anak-anak tidak bisa saling mengampuni dan memaafkan, maka yang tumbuh dalam kehidupan keluarga adalah rasa kepahitan, ketidakharmonisan, kebencian yang sama sekali tidak menunjukkan kehadiran Tuhan. c. Pembaruan oleh TuhanPembaruan oleh Tuhan sering disebut juga dalam kekristenan sebagai ‘hidup baru’. Artinya, manusia memulai kehidupan yang lebih baik dan berarti di dalam Kristus. Kristus masuk dan berdiam dalam kehidupan manusia yang baru, yang tidak sama dengan kehidupannya yang lama. Pembaruan oleh Tuhan dalam keluarga kita akan dirasakan dalam arah dan tujuan kehidupan keluarga yang sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Tuhan. Orientasi keluarga bukan hanya kepada kehidupan keluarga sendiri, tetapi berpusat hanya kepada Kristus. Seperti dalam Efesus 4:17-20, kehidupan yang diperbaharui oleh Tuhan bukan lagi kehidupan dengan pikiran yang sia-sia, hidup dalam persekutuan yang jauh dari Allah, hidup dalam kedegilan hati, melainkan kehidupan yang mengerti siapa Allah dan apa yang menjadi kehendak-Nya dalam hidup keluarga kita. Oleh karena itu, dalam kerendahan hati datanglah kepada Tuhan bersama dengan keluarga kita, mohon Tuhan berkenan hadir dan membaharui kehidupan pribadi dan keluarga setiap hari. Dengan demikian, Tuhan yang menjadi pedoman kehidupan keluarga akan memberi sukacita dan damai sejahtera, sehingga keluarga kita menjadi berkat dan kesaksian bagi sesama kita. Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 43C. Penjelasan Bahan Alkitab1. Kejadian 2:24Dalam teks ini terdapat tiga landasan dalam membangun keluarga Kristen.a. Meninggalkan ayah dan ibunya (tanggung jawab)Sejak dilahirkan anak menjadi tanggung jawab orang tua, tetapi setelah memasuki rumah tangganya sendiri, seorang anak akan meninggalkan statusnya sebagai anak yang berada di bawah tanggung jawab orang tuanya, lalu menjadi seorang suami atau istri, dan bertanggung jawab penuh atas keluarganya sendiri.b. Bersatu dengan suami atau istrinya (tidak mengenal perceraian)Bersatu berarti tidak bisa dipisahkan, ibarat dua lembar kertas yang direkatkan menjadi satu. Kalaupun dipisahkan akan menjadi rusak. Hal ini berarti dalam keluarga Kristen tidak mengenal perceraian. c. Keduanya menjadi satu daging (tidak ada orang ketiga)Satu daging merupakan aspek hubungan seksual dalam pernikahan. Seks adalah anugerah Allah yang kudus, yang ditempatkan oleh Tuhan hanya dalam kerangka pernikahan resmi, jadi di luar pernikahan adalah dosa. Karena telah menjadi satu daging, maka dalam keluarga Kristen tidak ada pihak ketiga.2. Yohanes 2:1-11 Injil Yohanes dalam tulisannya berbeda dengan ketiga injil yang lain (Matius, Markus, Lukas) yang diikutinya dalam Perjanjian Baru. Dalam injil Yohanes, keilahian Yesus sebagai Anak Allah ditekankan. Yohanes 2:1-11 merupakan pemaparan mujizat pertama yang dilakukan oleh Tuhan Yesus. Kisah ini menceritakan saat-saat ketika Tuhan Yesus dan murid-murid-Nya hadir pada pesta perkawinan di Kana, ibu Tuhan Yesus juga berada di tempat itu. Sementara acara berlangsung, anggur yang disiapkan telah habis. Hal ini menunjukkan ketidakmampuan atau kekurangan tuan rumah dan kedua mempelai yang mengganggu acara perkawinan mereka. Kehabisan anggur juga merupakan hal yang sangat memalukan bagi tuan rumah apabila gagal menyediakan anggur yang cukup bagi tamunya. Tetapi ketika Tuhan Yesus campur tangan dengan meminta pelayan menyediakan tempayan berisi air yang kemudian berubah menjadi anggur yang ternyata dapat memuaskan tamu-tamu yang hadir, masalah terselesaikan. Air yang berubah menjadi anggur memiliki kualitas yang lebih bagus dibandingkan dengan anggur yang disiapkan oleh tuan rumah.44 Buku Guru Kelas XI SMA/SMKTeks ini menunjukkan cinta dan perhatian Tuhan yang begitu besar bagi keluarga. Ketika manusia menjadikan Tuhan sebagai pedoman dan dasar dalam hidup keluarga maupun pribadi, mujizat yang besar akan banyak terjadi di tengah keterbatasan dan kekurangan manusia. D. Kegiatan PembelajaranPengantarPeserta didik diminta untuk memaknai lagu dan kisah ‘Keluarga Cemara’. Meskipun ini merupakan kisah yang lama, namun nilai moralnya sampai sekarang masih relevan untuk diterapkan. Kegiatan 1: Curah PendapatGuru menuntun peserta didik untuk memberikan jawaban atas pertanyaan yang terdapat dalam buku siswa, kemudian memberikan penjelasan.Kegiatan 2: Mendalami AlkitabGuru memberikan waktu kepada peserta didik untuk berdiskusi dengan teman di sampingnya mengenai landasan dalam membangun keluarga Kristen. Jika peserta didik mengalami kesulitan, guru dapat menuntun dengan memberikan penjelasan yang dibutuhkan. Setelah diskusi selesai, peserta didik diminta mempresentasikan hasil diskusinya. Setelah itu, guru memberikan penjelasan secara lebih mendetail.Kegiatan 3: Membuat KomitmenGuru meminta peserta didik membuat komitmen hidup yang dapat dijadikan acuan penilaian sikap peserta didik. Kegiatan 4: Berbagi PengalamanPeserta didik diminta menuliskan pengalaman tentang peran Tuhan dalam kehidupan bersama keluarga yang pernah dirasakan dan akan dibahas pada pertemuan berikut. Misalnya, pengalaman selamat dari kecelakaan lalu lintas bersama keluarga.E. PenilaianPenilaian dalam rangka mengukur tercapainya kompetensi dilakukan dengan mengukur tercapainya indikator. Bentuk penilaian berupa tes lisan, tulisan, dan penugasan. Perlu ditegaskan bahwa penilaian berlangsung dalam seluruh proses pembelajaran. Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 45F. PenutupBagian penutup ini berisikan: • Rangkuman • Ayat Emas (untuk dihafalkan) • Bernyanyi dan berdoa yang dipimpin oleh salah satu peserta didik. Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 47Kompetensi Dasar:1.4 Mengakui peran keluarga dan sekolah sebagai lembaga pendidikan utama dalam kehidupan masa kini.2.4 Bersikap kritis dalam menyikapi peran keluarga dan sekolah sebagai lembaga pendidikan utama dalam kehidupan masa kini.3.4 Memahami peran keluarga dan sekolah sebagai lembaga pendidikan utama dalam kehidupan masa kini.4.4 Membuat proyek yang berkaitan dengan tentang peran keluarga dan sekolah sebagai lembaga pendidikan utama dalam kehidupan masa kini.Indikator:• Menghayati peran keluarga dalam Ulangan 6:4-9.• Memahami pengertian pendidikan.• Merumuskan hakikat keluarga sebagai pusat utama pendidikan.• Mengidentifikasi peran keluarga dalam proses sosialisasi dan edukasi.• Menemukan pelajaran moral dari Timotius.• Mengkritisi peran keluarga sebagai pusat utama pendidikan.A. PengantarDalam pengantar ini, peserta didik diharapkan mampu menemukan pesan dari kitab Ulangan 6:7 yang menjadi landasan teologis bagi lingkungan pendidikan, baik keluarga, sekolah, maupun gereja dalam mengajarkan nilai-nilai kehidupan yang meningkatkan iman kristiani serta sesuai dengan ajaran Kristen.Melalui pendidikan, manusia dapat menggali dan mengoptimalkan segala potensi yang ada pada dirinya. Melalui pendidikan pula manusia dapat mengembangkan ide-ide yang ada dalam pikirannya dan menerapkannya dalam Penjelasan Bab IIKeluarga Pusat Utama PendidikanBacaan Alkitab: Ulangan 6:4-9, 2 Timotius 1:3-1048 Buku Guru Kelas XI SMA/SMKkehidupannya sehari-hari yang dapat meningkatkan kualitas hidup manusia itu sendiri. Guna meningkatkan kualitas hidup, manusia memerlukan pendidikan, baik pendidikan yang formal, informal, maupun nonformal. B. Uraian Materi1. Pengertian Pendidikan Kata pendidikan berasal dari kata latin educare dan educere yang berarti merawat, memperlengkapi dengan gizi agar sehat, dan juga berarti membimbing keluar dari. Berdasarkan arti kata ini, pendidikan dapat berarti suatu upaya yang dilakukan dengan sadar untuk memperlengkapi seseorang atau sekelompok orang dengan cara membimbingnya keluar dari satu keadaan ke keadaan hidup lainnya yang lebih baik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan berarti proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik. Dalam Ensiklopedi Pendidikan, secara umum pendidikan diartikan sebagai semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya, serta ketrampilannya kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkannya untuk dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah. Dari berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan mengarah kepada pembentukan satu pribadi secara utuh atau holistik (mencakup aspek rohani atau spiritual, psikis atau mental, fisik, serta sosial) yang dapat diperoleh dari pengalaman hidup sehari-hari. Pendidikan berbeda dengan sekolah yang lebih bersifat formal dan dikelola oleh institusi atau lembaga dan mencakup kegiatan latihan keterampilan dan penalaran yang dapat diuji, dilakukan secara bertahap (ada tingkatan pendidikan), terdapat penekanan terhadap ruang kelas, peraturan bahan pengajaran, jurusan, dan sebagainya. 2. Pendidikan Kristiani dalam KeluargaManusia lahir dan diterima dalam keluarga masing-masing, sehingga keluarga menjadi konteks utama kehidupan dan hubungan sehari-hari selama masa pertumbuhannya. Hal ini menjadi alasan untuk menyimpulkan bahwa keluarga adalah tempat pertama dan utama bagi pembentukan kehidupan manusia dalam berbagai aspek. Lingkungan rumah merupakan kelas pertama bagi seorang anak untuk belajar tentang sesama dan dunia, mempelajari pola hubungan secara intim dengan orang lain, nilai-nilai, ide dan perilaku, yang kemudian merefleksikan perasaan, nilai dan pola tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 49Peranan keluarga (orang tua) tidak hanya sebatas melahirkan, memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan, tetapi juga memberikan pendidikan yang baik bagi anak-anak. Hal ini merupakan peranan yang sangat penting yang tidak dapat diwakilkan kepada pihak lain, sebab orang tua adalah pendidik utama dan pertama bagi anak-anaknya yang terjalin dengan keistimewaan hubungan cinta kasih yang terjalin. Tugas orang tua sebagai pendidik berakar dari panggilan sebagai suami-istri untuk berpartisipasi dalam tugas penciptaan Tuhan. Karena itu sangat penting bagi orang tua untuk menciptakan lingkungan keluarga yang dipenuhi oleh sukacita dan kasih sayang terhadap sesama dan Tuhan Allah sehingga menunjang perkembangan pribadi anak sesuai dengan nilai-nilai Kristen. Keluarga Kristen tentu harus memberikan pendidikan Kristen kepada anggota keluarga, yakni pendidikan yang bercorak, berdasar dan berorientasi pada nilai-nilai kristiani sebagai usaha yang ditopang secara rohani dan manusiawi untuk meneruskan pengetahuan, sikap, keterampilan, dan tingkah laku yang bersesuaian dengan iman Kristen. Nilai kristiani yang menonjol adalah kasih, keadilan, kesetaraan, pengampunan, penebusan, penyelamatan oleh Allah, pertobatan, mengasihi Tuhan dengan segenap hati, serta mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri. Selain itu juga mengupayakan perubahan, pembaruan anggota keluarga secara pribadi, maupun bersama oleh kuasa Roh Kudus sehingga keluarga hidup sesuai dengan kehendak Allah sebagaimana yang dinyatakan oleh Alkitab, terutama dalam Tuhan Yesus. Pendidikan secara kristiani memanggil setiap anggota keluarga untuk meneladani Yesus sebagai Guru Agung yang menjadi teladan bagi pengikut-Nya, agar memiliki pemahaman serta relasi yang benar, mendalam dan pribadi dengan Tuhan Yesus Kristus. 3. Peran Keluarga dalam Proses SosialisasiSeorang bayi yang lahir ke dunia merupakan satu makhluk hidup kecil yang penuh dengan kebutuhan fisik dan masih sangat bergantung kepada orang tuanya. Ia lahir ke dunia dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa. Seiring dengan pertumbuhannya, ia akan belajar berbicara, berjalan, dan mulai melakukan aktivitasnya secara mandiri, misalnya makan sendiri, mandi sendiri, dan lain-lain. Selanjutnya dia perlu banyak belajar tentang segala sesuatu agar kehidupannya menjadi lebih maju, misalnya mempelajari sikap, nilai, norma yang berlaku dalam komunitas dimana ia berada. Proses inilah yang disebut sosialisasi. Sosialisasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses sosial yang dilakukan oleh seseorang dalam menghayati nilai dan norma kelompok tempat ia hidup sehingga ia menjadi bagian dari kelompoknya. Secara sederhana, sosialisasi merupakan proses belajar seseorang, di mana orang tua, persekutuan, atau masyarakat 50 Buku Guru Kelas XI SMA/SMKmeneruskan pengetahuan, kebiasaan, maupun nilai-nilai dalam lingkungannya, biasanya secara tidak sengaja atau melalui keteladanan. Proses sosialisasi ini mempunyai peranan yang sangat penting karena sangat membantu dalam pembentukan kepribadian seseorang, termasuk dalam membentuk identitas manusia Kristen. Di dalam keluarga, sosialisasi mengambil tempat yang cukup penting, misalnya mengajak anak setiap minggu ke gereja atau sekolah minggu. Sekolah Minggu, mencontoh bapak dan ibu bagaimana cara berdoa, mencontoh mengunjugi dan mendoakan orang sakit, mencontoh mengikuti persekutuan Kristen. Hal ini dipelajari melalui pengajaran yang diberikan dengan tidak di sengaja, yaitu melalui jalan memberi contoh dan menirukan, maupun melalui pemberian model bagi anak. Oleh karena itu, setiap anak memerlukan kehadiran orang tuanya sebagai role model atau peran percontohan yang melaluinya anak belajar. Melalui contoh dan teladan yang konkret dari orang tua inilah, anak-anak lebih mudah menerima dan menghayatinya daripada sederet nasihat dan petuah. Peran keluarga Kristen dalam proses sosialisasi merupakan hal yang unik, karena memiliki dasar Alkitab atau landasan teologis. Oleh karena itu, penghayatan akan iman Kristen pertama-tama harus dilakukan oleh orang tua, kemudian diteruskan kepada anak-anak. Sejak dini orang tua harus memperkenalkan Tuhan kepada anak-anak dengan menanamkan nilai religius, misalnya rasa sayang kepada makhluk ciptaan Tuhan, menumbuh-kembangkan kebiasaan berdoa, kebiasaan berbakti setiap hari dengan keluarga, bahkan menaati aturan dalam gereja yang mengharuskan setiap anak untuk dibaptis. Penanaman nilai iman ini menjadi penting agar anak-anak tidak hanya bertumbuh menjadi orang yang beragama, tetapi menjadi orang yang beriman kepada Tuhan. Artinya seluruh hidup dan perbuatannya berdasarkan ajaran kristiani sehingga mampu menjadi garam dan terang dalam kehidupan keluarga maupun masyarakat luas. Dalam Alkitab, keluarga Timotius merupakan salah satu contoh keluarga saleh karena memiliki iman secara turun-temurun (2 Tim. 1:5). Ini merupakan contoh keluarga Kristen yang dapat diterapkan dalam kehidupan keluarga Kristen modern pada masa ini.4. Peran Keluarga dalam Proses EdukasiDalam proses edukasi, keluarga merupakan agen pendidik yang terutama. Hal ini tampak dalam proses pertumbuhan anak mulai dari bayi, belajar jalan, hingga mampu berjalan. Fungsi ini juga berkaitan dengan menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan yang sesuai dengan bakat dan minat anak, mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya, serta Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 51mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang. Proses edukasi atau pendidikan adalah suatu proses penyampaian iman yang dilakukan secara sengaja, sistematis dan terencana. Contoh proses edukasi dapat diungkapkan sebagai berikuta. Pentingnya Proses Sosialisasi dan EdukasiDalam proses pendewasaan seseorang secara holistik, proses sosialisasi saja tidak cukup. Dibutuhkan proses edukasi agar tercipta individu yang kritis dalam menyikapi dampak sosialisasi yang ada, termasuk dalam membawa anak kepada kedewasaan iman. Dewasa ini tanggung jawab keluarga untuk mendidik anak sebagian besar atau bahkan mungkin seluruhnya telah diambil alih oleh lembaga pendidikan lain, misalnya sekolah dan gereja. Keluarga cenderung sibuk dengan tanggung jawab yang lain, sehingga melupakan peranan utamanya sebagai pendidik pertama bagi anak-anak, dan merasa cukup dengan memberikan tanggung jawab pendidikan anak-anaknya kepada pihak lain. b. Pentingnya Pengawasan Orang TuaPengawasan dari orang tua terhadap anak juga mulai melemah, padahal peran orang tua menjadi sangat penting terutama dalam proses pengawasan dan pengendalian. Dalam tahap ini orang tua berperan sebagai agent of social control (agen kontrol sosial) terhadap anak-anaknya, sehingga nilai-nilai kehidupan yang dijalani tidak bertentangan dengan nilai-nilai kristiani yang ditanamkan sejak kecil. Menjadi orang tua yang baik bukan berarti menyetujui atau membenarkan dan mengiyakan semua yang dikehendaki oleh anak. Orang tua harus bisa memilah mana hal yang diperbolehkan dan mana yang tidak diperbolehkan untuk dilakukan oleh anak-anak. c. Pentingnya Menangkal Ajaran yang Tidak KristianiDalam proses perkembangan manusia secara holistik, peran keluarga dalam proses edukasi berperan sebagai koreksi atau kritik terhadap berbagai perubahan yang terjadi berkaitan dengan perkembangan manusia. Dalam proses sosialisasi, terdapat ajaran yang diperoleh anak dari lingkungannya yang kadang bertentangan dengan nilai-nilai kristiani. Di sinilah peran keluarga dalam proses edukasi nampak untuk menentukan mana yang baik dan tidak baik untuk dihayati dalam kehidupan sesuai dengan iman kepada Tuhan Yesus.d. Pentingnya Dukungan Orang TuaProses perkembangan dan pertumbuhan seorang anak dalam keluarga dapat terlaksana dengan baik apabila kedua orang tua saling mendukung dan mengusahakan kerukunan serta persatuan dalam keluarga sesuai dengan panggilannya sebagai teman sekerja Allah yang bertanggung jawab dalam Next >