< Previous42 Buku Guru Kelas VIII SMP 42 Buku Guru Kelas VIII SMP 1. Paulus memandang hidup beriman sebagai “suatu peperangan”, bahkan satu-satunya perjuangan yang layak. Dia telah berperang melawan Iblis, keburukan orang ahudi dan kafir , udaisme, dan kebejatan dalam gereja, guru-guru palsu, pemutarbalikan Injil, keduniawian, dan dosa.2. Setia kepada Tuhan dan Juruselamatnya selama hidup.3. Paulus sudah memelihara iman pada masa-masa ujian yang berat, keputusasaan yang hebat dan banyak kesusahan baik ketika diserang oleh guru palsu maupun ditinggalkan oleh sahabat. Bagian Alkitab ini dapat dikatakan sebagai pidato perpisahan Paulus yang sangat menyentuh hati. Dikatakan dalam ayat 7 aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Selanjutnya dalam ayat 8 tertulis: “Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan bukan hanya untuk Paulus tapi untuk semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.”Mengakhiri pertandingan dapat diartikan sebagai pergumulan atau perjuangan Paulus melawan semua kejahatan dunia dan keinginan daging baik dari dalam diri sendiri maupun dari luar dirinya. Bagi Paulus apa yang dialaminya bukan sebuah perjuangan yang suram; itu merupakan suatu pertandingan yang menuntut segenap semangat dan pengabdian seseorang sebagai pengikut Kristus. Semua orang yang mati di dalam Tuhan pada akhirnya akan menerima seluruh janji Allah dan merebut hadiah yang tersedia. Paulus telah mencapai garis akhir berarti ia sudah menang. Paulus telah menyelesaikan pertandingan iman yang telah ditetapkan Kristus baginya dan dia telah berhasil memelihara iman. Ia telah menyerahkan tongkat estafet penginjilan kepada orang-orang yang dapat dipercaya dan telah mendirikan gereja. Bagi orang percaya, bertahan dan setia di dalam iman sampai mati merupakan suatu kemenangan kasih karunia. Iman adalah percaya pada seluruh kesaksian Injil, yakni kata-kata Yesus yang disampaikan kepada para pengikut-Nya. H. Kegiatan PembelajaranPengantarPada bagian pengantar guru menjelaskan mengenai judul pelajaran, fokus pembahasan dan mengapa siswa SMP kelas VIII mempelajari topik ini. Pada bagian ini, guru dapat membuka diskusi atau curah pendapat mengenai pemahaman siswa tentang iman. Kemudian guru melanjutkan dengan penjelasan mengenai apa itu iman.Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 43Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 43Kegiatan 1 Iman dan PercayaPendalaman materi mengenai Iman dan Percaya, setelah pemahaman konsep, pendalaman materi dilakukan dengan mengemukakan empat buah cerita Alkitab yang menggambarkan bagaimana seseorang mengekspresikan iman dan percayanya kepada Allah. Abraham adalah tokoh yang paling berpengaruh dalam Perjanjian Lama, ia disebut Bapa segala orang beriman karena ia telah membuktikan iman dan percayanya kepada Allah. Puncak dari pembuktian itu adalah kesediaannya untuk mengorbankan Ishak puteranya dalam memenuhi perintah Allah. Abraham percaya bahwa Allah yang berdaulat atas hidup manusia. Oleh karena itu, ia tidak pernah meragukan perintah Allah. Abraham percaya pada janji-janji Allah padanya. Tokoh berikutnya adalah Nuh. Ia mendengarkan panggilan Allah dan melaksanakan perintah-Nya tanpa ragu. Nuh taat pada Allah ketika ia diperintahkan untuk membuat kapal yang besar untuk menyelamatkannya beserta seisi rumahnya. Allah akan mendatangkan air bah yang akan mengahancurkan seluruh isi dunia dan Nuh berserta seisi rumahnya akan selamat jika berlindung di dalam kapal yang dibangunnya. Karena beriman dan percaya kepada janji Allah maka Nuh dan seisi rumahnya selamat. Tidak ada keraguan sedikit pun dalam diri Nuh ketika menerima janji dan perintah Allah, dan terbukti bahwa Allah memenuhi janji-Nya pada Nuh. Tokoh berikutnya adalah seorang perempuan Kanaan. Orang Kanaan bukan termasuk bangsa Israel yang merupakan bangsa pilihan Allah namun perempuan ini percaya kepada Yesus. Kata-kata Yesus yang ditujukan baginya amat menyakitkan tapi ia tetap teguh percaya kepada Yesus. Pada akhirnya anak perempuannya sembuh, Yesus menyembuhkannya karena melihat betapa perempuan itu percaya kepada-Nya. Perwira Romawi yang meminta Yesus menyembuhkan salah satu prajuritnya yang sedang sakit. Orang Romawi adalah penjajah bangsa Yahudi dan mereka tidak percaya pada Allah orang Yahudi apalagi Yesus. Namun, perwira Romawi ini berbeda, ia percaya pada Yesus, ia yakin jika Yesus berkenan maka prajuritnya pasti sembuh. Maka terjadilah sebagaimana yang harap dan dipercayainya.Kegiatan 2 Implikasi Iman dan Percaya Bagi SiswaPada bagian ini siswa melakukan kegiatan melalui pemahaman terhadap empat buah cerita Alkitab. Kemudian mereka menentukan manakah dari empat buah cerita itu yang menggambarkan mengenai sikap iman dan percaya kepada Allah. Cerita mengenai Abraham dan Nuh merupakan contoh 44 Buku Guru Kelas VIII SMP 44 Buku Guru Kelas VIII SMP kehidupan iman dan percaya. Dua orang tokoh ini telah terbukti menunjukkan kesetiaan imannya kepada Allah. Iman mereka dibangun berdasarkan janji Allah untuk menyelamatkan umat-Nya. Adapun kisah mengenai perempuan Kanaan dan Perwira Romawi merupakan sikap percaya yang terjadi secara spontan. Dalam kegiatan ini, siswa diminta menjelaskan pendapatnya mengenai iman dan godaan untuk menyontek. Apakah sikap mereka dapat dikatakan sebagai sikap orang beriman? Jika mereka tergoda untuk menyontek dalam ujian, padahal mereka sudah berdoa memohon khidmat dari Tuhan, maka sikap itu bukanlah sikap orang beriman. Orang Kristen diminta untuk bekerja dan berdoa, jadi jika mereka berdoa tapi tidak belajar maka doa mereka adalah doa yang kosong, doa yang dipanjatkan tanpa diiringi oleh iman. Tuhan bukanlah tukang sulap, Tuhan akan menjawab tiap doa menurut kasih dan keadilan-Nya.Kegiatan 3 Memelihara ImanPada bagian ini guru memberikan pendalaman materi mengenai bagaimana memelihara iman. Sebagaimana iman merupakan karunia Allah demikian pula memelihara iman juga merupakan anugerah Allah. Rasul Paulus menggambarkan betapa beratnya upaya untuk mempertahankan dan memelihara iman. Ia tidak hanya memelihara iman dengan berdoa, namun juga bersaksi memberitakan Injil Kerajaan Allah, berani mengatakan kebenaran dan menegur yang bersalah, memiliki penguasaan diri, sabar dan tabah dalam penderitaan. Guru memberikan penekanan pada bagian Alkitab yang menulis mengenai “perlengkapan senjata Allah” dalam Efesus 6:13-18. Disebutkan mengenai beberapa hal yang menjadi senjata iman bagi orang percaya dalam melawan kejahatan. Guru dapat mengacu pada catatan mengenai bagian Alkitab yang ada dalam buku ini. Orang percaya tidak boleh lengah dalam membangun hubungan dengan Allah melalui doa dan membaca Alkitab supaya imannya senantiasa dipelihara dan dibaharui.Kegiatan 4 Belajar dari Tokoh AlkitabPada bagian ini siswa mempelajari bagian Alkitab yang menggambarkan pergumulan iman manusia. Injil Matius 26:20-25 menulis tentang Yudas Iskariot salah seorang murid Yesus yang pada akhirnya menjual Yesus karena tergiur oleh uang. Kitab Daniel 3 menulis mengenai Daniel yang memegang teguh imannya. Ia tidak rela meninggalkan Allah demi memperoleh kasih Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 45Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 45sayang raja. Daniel lebih memilih menanggung penderitaan dari pada harus menyembah patung buatan manusia. Ia konsisten bertahan dalam iman dan percaya kepada Allah yang disembahnya. Injil Matius 26:69-75 menulis mengenai Simon yang disebut Petrus murid Yesus yang paling bersemangat. Ia berjanji bahwa kemanapun Yesus pergi ia akan mengikuti-Nya di sana. Namun, Yesus mengingatkannya bahwa nanti sebelum ayam berkokok tiga kali Simon Petrus akan menyangkal-Nya. Perkataan Yesus itupun terbukti. Ketika hal itu terjadi, Simon Petrus amat sedih, ia menangis mengenangkan bahwa hal itu telah dikatakan oleh Yesus sebelumnya. Simon telah diperingatkan bahwa konsekuensi dari iman dan percaya pada Yesus adalah menemui banyak kesulitan, ancaman dan tantangan.Pemilahan tiga buah bacaan Alkitab ini memang disengaja untuk memperlihatkan bagaimana manusia beriman mempertahankan imannya. Dalam kasus Yudas Iskariot, ia gagal mempertahankan imannya karena godaan uang. Ketamakannya akan uang menyebabkan ia menjual Yesus demi 30 keping perak. Pada akhirnya, Yudas mati gantung diri. Ia meninggal dalam penyesalan. Ia kalah dalam upayanya mempertahankan iman dan percayanya. Daniel adalah seorang tokoh yang secara konsisten memegang teguh iman dan percayanya kepada Allah. Berbagai tantangan dan pencobaan berhasil dilewatinya dan pada akhirnya ia memperoleh kemenangan iman, ketika raja menyerah dan tidak menghukumnya lagi karena raja percaya bahwa Daniel dilindungi oleh Allah yang disembahnya. Petrus adalah salah seorang murid Yesus yang paling bersemangat dalam iman dan pengharapannya kepada Yesus. Namun, kesaksian Alkitab membuktikan bahwa Petrus pernah menyangkal Yesus karena takut menghadapi ancaman dan hukuman karena mengikuti Yesus.Guru membimbing siswa dalam menentukan pilihan pada tiga orang tokoh dalam bacaan Alkitab di atas. Melalui tiga orang tokoh ini guru memperlihatkan bahwa mempertahankan iman bukanlah perjuangan yang mudah. Ada orang yang gagal dalam mempertahankan iman dan percayanya seperti Yudas, sedangkan ada orang lain yang pernah gagal namun cepat bangkit dan kembali menata kehidupan iman dan percayanya seperti Simon Petrus dan ada orang yang teguh dan berhasil mempertahankan imannya seperti Daniel. Melalui deskripsi tiga orang tokoh ini guru mengaitkannya dengan realitas manusia masa kini yang menghadapi berbagai tantangan dalam mempertahankan imannya. 46 Buku Guru Kelas VIII SMP 46 Buku Guru Kelas VIII SMP Kegiatan 5 Ciri-Ciri Orang yang Memelihara ImanPada kegiatan ini guru menjelaskan mengenai apa saja ciri-ciri orang yang memelihara iman. Sebagaimana ditulis dalam Kitab Yakobus 2:17 bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati, maka iman harus tampak dalam perbuatan atau praktik kehidupan. Pada kegiatan ini, guru menunjukkan sikap atau praktik kehidupan yang bagaimanakah yang dapat dijadikan rujukan atau tanda-tanda bahwa seseorang memelihara iman. Guru membahas secara teliti dan mendalam semua aspek yang menjadi indikator memelihara iman. Sambil menjelaskan, guru dapat bertanya atau memberi kesempatan pada siswa untuk membandingkan dengan dirinya, yaitu apakah ada di antara indikator itu yang sudah dipraktikkan?Kegiatan 6 Kesan dan PesanSiswa diberi kesempatan untuk berbagi mengenai apa yang telah dipelajari pada hari ini. Apakah mereka memahami makna beriman dan memelihara iman? Apakah bentuk pencerahan yang diperoleh siswa melalui pembahasan topik ini? Dalam rangka praktik hidup beriman, guru meminta siswa bercerita apakah orang tuanya memelihara iman? Bagaimana dengan siswa, apakah mereka juga memelihara iman? Apakah tantangan yang paling sulit yang dihadapi sebagai halangan dalam memelihara iman? Kegiatan ini sekaligus dapat dijadikan umpan balik bagi guru untuk memperbaiki metode dan isi pelajaran.I. PenilaianBentuk penilaian adalah tes lisan mengenai makna hidup beriman dan memelihara iman, bagaimana siswa dan orang tua memelihara iman. Guru menilai berdasarkan subbab-subbab mengenai memelihara iman dan tanda-tanda orang yang memelihara iman yang terdapat pada subbab B,D dan F dalam buku teks untuk siswa. Tes tertulis mengenai implikasi iman dan percaya dalam kehidupan siswa yaitu apakah mereka mempraktikkan hidup sebagai orang beriman.Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 47Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 47Penjelasan Bab IIHidup BerpengharapanBahan Alkitab: 2 Korintus 4: 8Kompetensi IntiKompetensi Dasar1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.1.1. Mensyukuri makna hidup beriman dan berpengharapan.2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleran, gotong royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya. 2.1. Menunjukkan sikap hidup beriman dan berpengharapan.3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, terkait fenomena dan kejadian tampak mata.3.1. Memahami arti sikap hidup beriman dan berpengharapan.4. Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori. 4.1. Menyajikan karya yg berkaitan dengan cara hidup beriman dan berpengharapan dalam bentuk tindakan nyata.48 Buku Guru Kelas VIII SMP 48 Buku Guru Kelas VIII SMP Indikator Hasil Belajar: 1. Siswa memahami makna hidup berpengharapan.2. Siswa mampu menunjukkan contoh perilaku berpengharapan.3. Siswa membagikan pengalamannya tentang pengharapan yang dimiliki di tengah keraguan dan keputusasaan.4. Siswa berperan aktif mengajak orang di sekitarnya untuk memiliki pengharapan.A. Pengantar Bagi siswa di kelas VIII, berbicara tentang hidup yang berpengharapan adalah topik yang tepat. Karena pada masa-masa ini, biasanya mereka mulai menyadari kondisi yang dialami di dalam diri sendiri (misalnya bahwa ia tidak sepandai dan serajin temannya yang menjadi juara kelas), atau di keluarganya (misalnya bahwa keluarganya memiliki masalah yang sudah dialami bertahun-tahun). Dengan kondisi seperti ini, bisa saja siswa memilih untuk menjadi murung, meratapi nasib, dan semakin sedih ketika melihat orang-orang lain lebih bahagia dari dirinya. Kondisi murung dan sedih ini sejalan dengan kondisi remaja yang memang mudah terhanyut dalam emosi dan sulit untuk bangkit kembali bila tidak dibantu oleh orang dewasa yang mengerti keadaannya.Pembahasan tentang hidup berpengharapan menjadi pembahasan yang menolong siswa untuk memahami, bahwa hidup orang percaya adalah hidup di bawah kasih karunia-Nya. Tidak ada alasan bagi anak-anak Tuhan untuk berputus asa, karena pertolongan diberikan-Nya pada waktu yang tepat. Pembahasan materi diawali dengan ilustrasi tentang seorang ibu bernama Monika yang ternyata memiliki anak lelaki yang nakal, namun kemudian bertobat dan bahkan menjadi Bapa Gereja yang disegani. Karena ini adalah kisah nyata, diharapkan siswa bisa menghayati pergumulan ibu Monika yang setia mendoakan keluarganya sampai Tuhan menunjukkan karya-Nya yang ajaib. Pengharapan yang dimiliki ibu Monika ternyata bukan pengharapan yang sia-sia, karena memang rencana Tuhan adalah rencana indah yang membawa kebaikan bagi semua. Setelah itu, pembahasan dilanjutkan dengan cerita Simeon yang walaupun sudah lanjut usia, tidak kehilangan harapan untuk bertemu dengan Sang Mesias yang sudah ditunggu-tunggu oleh bangsa Israel. Monika dan Simeon adalah contoh bahwa anak-anak Tuhan yang berpegang pada janji-Nya tidak akan dikecewakan -Nya. Inilah pesan yang ingin diangkat dalam pelajaran kali ini. Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 49Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 49Metodologi pembelajaran adalah penggunaan ilustrasi, diskusi, pengerjaan tugas membandingkan (dari hasil pengamatan) dan membuat karangan. Di kota Thagaste, Afrika Utara, tinggallah sebuah keluarga dengan tiga orang anak. Sang ibu bernama Monika. Sang ayah bernama Patrisius, seorang pejabat tinggi di pemerintahan. Berbeda dengan sang ibu yang merupakan orang Kristen yang taat, sang ayah membenci kekristenan. Tak segan-segan ia mencemooh istrinya bila hendak mengajarkan iman Kristen kepada anak-anaknya. Di bawah pengaruh buruk sang bapak, anak sulungnya hidup dalam pesta pora, foya-foya, dan pergaulan bebas. Walaupun sang ibu terus menasihatinya, anak itu tetap saja bandel.Melihat perilaku anak sulung, Monika tentu sangat sedih. Segala cara sudah ia coba untuk menyadarkannya. Namun, ia selalu gagal. Monika tidak putus asa. Dengan sabar, ia terus berusaha membimbing anaknya. Ia juga tidak pernah putus berdoa bagi anak dan suaminya. “Kiranya Tuhan yang mahabaik dan mahakasih, melindungi dan membimbing suami dan putraku ke jalan yang benar dan dikehendaki-Nya,” demikian ia berdoa. Doa itu ia naikkan bertahun-tahun lamanya dengan tekun dan tabah. Suatu hari Patrisius sakit keras. Sesaat sebelum meninggal dunia, ia bertobat dan meminta agar dibaptis. Sayangnya, hal tersebut tidak membuat anak tertuanya berubah. Ia tetap hidup dalam dunia kelam, tidak mau bertobat dan terus menyakiti hati ibunya. Hingga suatu saat sang anak memutuskan untuk meninggalkan ibunya dan pergi ke Italia. Hati Monika benar-benar hancur. Ia begitu sedih harus berpisah dari anaknya. Apalagi di usianya yang ke-29 tahun, anaknya belum berubah. Namun Monika tidak kehilangan pengharapan. Ia terus mendoakan anaknya.Saat itu pun tiba. Di Italia, tepatnya di kota Milan, sang anak bertemu dengan Uskup Ambrosius yang kemudian membimbingnya secara pribadi. Akhirnya tepat pada 24 April tahun 387, doa Ibu Monika yang dinaikkan lebih dari 20 tahun itu terjawab. Hari itu, anaknya memberikan diri untuk dibaptis, memutuskan untuk hidup baru, dan bertobat untuk kemudian meninggalkan dosa-dosanya.Tujuh bulan kemudian, sang anak kembali ke Afrika Utara dan kemudian menjadi Uskup di Hippo pada usia 41 tahun. Sang anak adalah Agustinus, yang kemudian dikenal sebagai seorang Bapa Gereja yang disegani dan dihormati. Seseorang yang kemudian sangat berpengaruh dalam sejarah gereja. Terima kasih kepada Ibu Monika, yang tidak pernah kehilangan pengharapan dan tak sekalipun putus asa untuk mendoakan anaknya. Pengharapan yang 50 Buku Guru Kelas VIII SMP 50 Buku Guru Kelas VIII SMP mengubah hal yang sebelumnya mustahil menjadi kenyataan. (Sumber: Augustine of Hippo oleh Peter Brown, 1967)B. Berharap Akan Kedatangan Mesias Sejak Salomo wafat, kerajaan Israel terpecah dua. Tidak ada lagi raja yang dapat membawa bangsa itu mencapai masa kejayaan seperti pada zaman raja Daud dan raja Salomo. Mereka bahkan menjadi tawanan dan dibuang ke Babel. Selama itu, umat Israel menanti-nantikan Allah untuk memulihkan mereka kembali menjadi bangsa yang merdeka dan makmur, seperti yang dinubuatkan oleh para nabi (Yesaya 40:1-2, Mikha 5:1-2). Akan tetapi, harapan mereka tidak juga terwujud. Selepas dari masa pembuangan di Babel, mereka malah mengalami penjajahan dari bangsa Mesir dan Syria, serta Romawi. Tidak kurang dari 500 tahun mereka hidup dalam penjajahan bangsa lain. Kehidupan mereka sangat sulit, perekonomian kacau dan kondisi keamanan juga sangat buruk. Dalam keadaan demikian, umat Israel terbagi menjadi dua kelompok. Pertama, mereka yang sudah kehilangan harapan dan kepercayaan terhadap janji Allah. Tidak sedikit dari mereka yang memilih untuk memberontak atau menjadi penjahat yang mengacau keadaan yang memang sudah kacau. Kedua, mereka yang masih percaya pada janji Allah dan tetap memiliki harapan akan datangnya Sang Mesias yang akan membebaskan mereka dari tangan penjajah.Dalam kelompok kedua ini, ada seorang bernama Simeon. Lukas menyebut Simeon sebagai “orang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel” (Lukas 2:25). Ia dengan setia terus beribadah kepada Tuhan, berdoa, menyembah, dan melayani Tuhan di Bait Allah. Simeon percaya saatnya akan tiba bagi Allah untuk memenuhi janji-Nya. Kepercayaan yang terus dipegang dan dipeliharanya sampai masa tuanya. Tentu tidak mudah bagi Simeon untuk terus mempertahankan keyakinannya itu. Apalagi di tengah ketidakjelasan nasib bangsanya dan juga keadaan fisiknya yang semakin menurun karena usia lanjut. Akan tetapi, Simeon tetap berpengharapan. Ia tetap teguh meyakini bahwa ia akan melihat Sang Mesias yang ditunggu-tunggu itu (Lukas 2: 26).Pengharapan Simeon tidak sia-sia. Suatu hari, Roh Kudus menggerakkan hatinya untuk datang ke Bait Suci. Di sana, ia bertemu dengan Maria dan Yusuf yang sedang membawa bayi Yesus. Sebagaimana aturan dalam hukum Taurat, beberapa hari setelah dilahirkan, setiap bayi laki-laki harus dibawa ke Bait Suci untuk dipersembahkan kepada Allah.Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 51Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 51Begitu melihat bayi Yesus, Simeon segera menggendong-Nya. Sambil memuji Allah ia pun berseru, “Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi peRnyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel.” (Lukas 2:29-32) Pujian ini adalah ungkapan sukacita Simeon bahwa ia boleh mengalami bagaimana janji Allah digenapi, bukan hanya bagi dirinya, tetapi juga bagi seluruh umat Israel.C. Pentingnya Memiliki HarapanDari Simeon kita belajar bahwa penting sekali untuk hidup berpengharapan; tidak putus asa, berpegang teguh pada keyakinan akan janji Allah. Pengharapan akan membuat kita mampu bertahan dalam situasi yang sangat sulit sekalipun. Seseorang yang memiliki pengharapan akan selalu tabah dan sabar. Sebab pengharapan akan memberi kita alasan untuk terus bergerak maju dan bukan diam terpaku sambil meratapi keadaan. Pengharapan seumpama motor yang menggerakkan roda hidup kita melewati jalanan terjal dan berliku. Itulah sebabnya, penulis Kitab Ibrani menggambarkan pengharapan sebagai sauh (jangkar) yang kuat dan aman bagi jiwa. “Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir.” (Ibrani 6:19) Sebuah kapal tanpa sauh akan mudah lepas terbawa ombak. Begitu juga bila kita hidup tanpa pengharapan, akan sangat rapuh dan mudah terbawa arus dunia yang menyeret.Kisah Simeon adalah contoh, betapa pengharapan yang dipegang teguh tidak akan sia-sia. Begitu juga kisah Monika, ibu dari Agustinus. Pengharapan mereka menjadi kenyataan. Bayangkan kalau mereka berputus asa, menyerah, dan tidak mau bertekun lagi. Simeon mungkin tidak akan pernah bertemu bayi Yesus seumur hidupnya. Monika juga mungkin tidak akan pernah melihat Agustinus bertobat, apalagi menjadi salah satu tokoh penting dalam sejarah gereja.Apabila sekarang ini hidup kita tengah mengalami bermacam masalah dan kesulitan, entah itu di rumah atau di sekolah, jangan putus asa. Tetaplah berpegang teguh pada pengharapan bahwa semua masalah dan kesulitan itu pada saatnya akan berlalu. Kehidupan yang lebih baik di masa depan akan kita alami. Dengan demikian, kita akan terus didorong untuk tetap berusaha dan berdoa. Seperti yang dialami Paulus. “Dalam segala hal kami ditindas, Next >