< Previous52 Buku Guru Kelas VIII SMP 52 Buku Guru Kelas VIII SMP namun tidak hancur terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa.” (2 Korintus 4:8)Ya, itulah yang harus selalu kita lakukan. Dalam segala keadaan sulit yang kita hadapi, jangan berputus asa. Berpeganglah teguh pada pengharapan bahwa akan ada saatnya segala kesulitan itu berlalu. Kuncinya bertekun dalam berdoa dan jangan berhenti berusaha. Lakukan yang terbaik dari apa yang bisa kita lakukan. Selebihnya kita serahkan kepada Tuhan. Itu akan membuahkan hasil yang baik. Tidak saja bagi diri sendiri, tetapi juga bagi orang-orang di sekeliling kita. Tuhan tahu yang terbaik untuk kita, dan Dia tidak akan mengecewakan.D. Penjelasan Bahan Alkitab Kitab Yesaya dan Mikha adalah kitab yang berisi nubuatan tentang kehidupan bangsa Israel paska pembuangan. Mengapa demikian? Karena ketika mengalami pembuangan, bangsa Israel memiliki mental yang terpuruk. Sungguh-sungguh mereka merasa diri tidak berharga untuk bangkit menjadi bangsa yang berjaya seperti sebelumnya. Selain itu, pengalaman sebagai bangsa buangan juga membuat mereka bisa kehilangan harapan untuk mencapai masa depan yang lebih baik. Kondisi inilah yang dikomentari oleh nabi Yesaya maupun nabi Mikha. Bacalah dalam Yesaya 40:1-2 “Hiburkanlah, hiburkanlah umat-Ku, demikian firman Allahmu, tenangkanlah hati Yerusalem dan serukanlah kepadanya, bahwa perhambaannya sudah berakhir, bahwa kesalahannya telah diampuni, sebab ia telah menerima hukuman dari tangan TUHAN dua kali lipat karena segala dosanya” dan Mikha 5: 1-2 “Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala. Sebab itu ia akan membiarkan mereka sampai waktu perempuan yang akan melahirkan telah melahirkan; lalu selebihnya dari saudara-saudaranya akan kembali kepada orang Israel.” Baik nabi Yesaya maupun Mikha memberikan nubuatan bahwa kehidupan yang lebih baik akan tercapai bila saja bangsa Israel tetap memilih untuk taat kepada Tuhan. Penggenapan nubuatan nabi Yesasa dan Mikha bisa diikuti di Perjanjian Baru dengan peristiwa kelahiran Yesus Kristus yang sudah dinanti-nanti oleh umat yang percaya kepada-Nya. Hal yang menarik adalah, kelahiran Kristus juga sudah dinanti oleh Simeon (Lukas 2: 25 - 32) yang memilih untuk hidup benar dan saleh dan sungguh-sungguh menunggu penggenapan janji Allah tentang kedatangan Juruselamat bagi umat manusia. Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 53Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 53Jadi, ayat-ayat yang dipakai dalam pembahasan hidup yang berpengharapan ini adalah ayat-ayat yang mengajak siswa untuk memahami, bahwa janji Allah tidak hanya ucapan pemanis bibir, tetapi ucapan yang digenapi-Nya pada waktu-Nya. Sebagai manusia, ada banyak hal yang bisa dialami yang dapat menghancurkan harapan untuk kehidupan yang lebih baik. Itu sebabnya pesan Paulus dalam 2 Korintus 4: 8, menjadi pesan yang sangat berarti karena menunjukkan bahwa keterpurukan bukanlah alasan untuk tidak berpengharapan. Melalui pelajaran ini kiranya siswa belajar untuk menggali janji Allah, hidup taat kepada-Nya, dan menunggu janji-Nya digenapi pada waktu-Nya. E. Kegiatan Pembelajaran1. Mengamati Lebih JeliKegiatan dalam pelajaran ini mengajak siswa untuk melakukan pengamatan terhadap orang yang berpengharapan dan kemudian dibandingkan dengan orang yang tidak berpengharapan. Melalui kegiatan ini, siswa diajak untuk mengenali keberadaan orang yang berpengharapan dan orang yang tidak berpengharapan. Hendaknya kegiatan ini bukan sekedar menjadi pengisi waktu, tetapi menjadi bekal bagi siswa untuk secara lebih mendalam dan sungguh-sungguh membedakan antara kedua jenis orang ini, sehingga siswa juga menjadi lebih peka untuk memberikan pertolongan kepada orang yang tidak berpengharapan. 2. eflesiKegiatan berikutnya mengajak sisa untuk merefleksikan, apakah di dalam hidupnya ia lebih banyak bersikap sebagai orang yang berpengharapan, atau sebaliknya. isa harus melengkapi hasil refleksinya dalam tabel.Dalam 3 tahun terakhir, saya bersikap sebagai orang yang berpengharapan/tidak berpengharapan (coret yang tidak tepat pada tabel) dengan bukti seperti tertulis di tabel berikut:NoBukti untuk mendukung refleksi saya di atasǣ1254 Buku Guru Kelas VIII SMP 54 Buku Guru Kelas VIII SMP 3. Menyatakan pengharapan Melalui TulisanKegiatan berikutnya adalah siswa diminta untuk membuat karangan yang memuat kata-kata terkait dengan harapan. Ini menjadi kesempatan bagi siswa untuk menuangkan ide-ide yang dimilikinya tentang hidup yang berpengharapan. Dari karangan ini, guru bisa mempelajari latar belakang siswa sehingga bisa menolong siswa apabila betul ia berasal dari keluarga yang tidak terlalu harmonis atau kurang beruntung sehingga menyebabkan ia bersikap tidak bersemangat bahkan tidak berpengharapan.F. PenilaianPada bagian akhir pertemuan, kepada siswa diberikan penilaian terhadap pengetahuan dan sikap yang terdiri dari 4 pertanyaan dengan penjelasan sebagai berikut:1. Menurutmu, mengapa Simeon tetap hidup berpengharapan? Pertanyaan pertama meminta siswa memberikan alasan mengapa Simeon tetap hidup berpengharapan. Untuk menjawab pertanyaan ini, siswa diharapkan bisa memahami sejarah bangsa Israel yang mengalami pembuangan dan kehilangan harapan untuk kehadiran Juruselamat. Tapi Simeon tidak terpaku dengan riwayat kelam masa lalu; ia tahu bahwa kehadiran Juruselamat adalah hal yang bisa ia alami, karena ia memilih untuk tetap berpengharapan. 2. Bacalah Ibrani 6:19. Menurutmu, gambaran atau bayangan apa saja yang muncul ketika mendengar kata “ sauh yang kuat”? Apakah orang yang sedang bingung memerlukan “sauh yang kuat”? Pertanyaan kedua meminta siswa untuk menggali pemahaman terhadap Ibrani 6: 19. Bila siswa sudah memahami makna pengharapan, ia tentu dapat menjawab pertanyaan ini. Mereka bebas mengungkapkan pendapatnya tentang hal ini. 3. Berikanlah contoh hidup yang berpengharapan dan hidup yang tidak berpengharapan. Berikan alasan kuat mengapa selaku anak-anak Tuhan kita harus hidup berpengharapan. Pertanyaan ketiga meminta siswa memberikan contoh untuk hidup yang berpengharapan dan hidup yang tidak berpengharapan. Contoh ini Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 55Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 55bukan sekedar contoh yang dibuat-buat, melainkan contoh nyata yang diambil dari kejadian nyata yang dapat diikuti dari pemberitaan media massa, atau, bisa juga diambil dari kehidupan keluarga siswa. Namun, karena siswa diminta untuk berargumentasi bahwa selaku anak Tuhan tidak selayaknya kita kehilangan harapan, siswa diminta mencari alasan, mengapa kita harus tetap hidup berpengharapan, walau banyak orang lain memilih untuk kehilangan harapan. Argumen inilah yang hendaknya dimiliki oleh siswa untuk tetap memilih hidup yang berpengharapan di tengah-tengah sulitnya kehidupan yang dijalani.4. Carilah ayat-ayat di Mazmur 119 yang menunjukkan bahwa Tuhan adalah sumber pengharapan manusia. Tuliskanlah kembali ayat-ayat itu dengan kata-katamu sendiri dan lantunkan sebagai nyanyian penyerahan diri kepada Tuhan. Kamu bebas memilih melodi dari lagu lain untuk ayat-ayat tersebut. Pertanyaan 4keempat mengajak siswa untuk merenungkan kembali, siapa sebetulnya sumber harapan, yaitu Tuhan melalui ayat-ayat Alkitab yang memberikan bukti bahwa Tuhan sungguh merupakan sumber pengharapan kita. Di dalam Tuhanlah seluruh kehidupan kita menjadi berarti, karena Ia menyediakan rancangan yang indah. Pertemuan diakhiri dengan doa penutup. Boleh meminta salah satu siswa yang memimpin doa. 56 Buku Guru Kelas VIII SMP 56 Buku Guru Kelas VIII SMP Penjelasan Bab IIIMemilih untuk Tidak Berputus Asa Bahan Alkitab: Matius 6: 25 – 33; Roma 5: 3-4Kompetensi IntiKompetensi Dasar1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya1.1 Mensyukuri makna hidup beriman dan berpengharapan.2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleran, gotong royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya. 2.1. Menunjukkan sikap hidup beriman dan berpengharapan. 3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata3.1. Memahami arti sikap hidup beriman dan berpengharapan. 4. Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori4.1. Menyajikan karya yg berkaitan dengan cara hidup beriman dan berpengharapan dalam bentuk tindakan nyata.Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 57Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 57Indikator Hasil Belajar: 1. Siswa dapat menjelaskan arti berputus asa dan bedanya dengan berpengharapan.2. Siswa dapat menjelaskan apa pesan Tuhan Yesus tentang kuatir dan putus asa. 3. Siswa dapat menjelaskan mengapa selaku anak Tuhan, kita tidak boleh berputus asa.4. Siswa dapat mulai mempraktikkan hidup tidak kuatir dan tidak berputus asa.A. PengantarUsia remaja adalah periode dimana sifat dan sikap yang menetap sudah mulai terbentuk dan terlihat. Sikap putus asa juga mulai lebih jelas telihat pada usia remaja. Karena itu, topik yang dibahas ini menjadi sangat penting untuk diketahui, dipahami, dan dipraktikkan oleh siswa kita. Dengan pembekalan ini, hendaknya siswa menjadi tahu bahwa dalam hidupnya, hal-hal yang terkecil sekalipun, tidaklah lepas dari pemeliharaan Allah Mahakuasa. Setelah siswa belajar bagaimana orang Kristen menjalani hidup beriman dan berpengharapan, pada pelajaran ini diharapkan mereka akan menerapkan apa yang sudah dipelajari kedalam hidup sehari-hari terutama saat mereka mengalami kesulitan hidup atau saat mereka tidak mendapatkan apa yang diinginkan. Mungkin kita juga pernah merasakan keadaan yang begitu sulitnya sehingga memilih untuk melupakan semua itu dengan tidak memikirkan hal itu, atau malah menyibukkan diri dengan hal lain sehingga memiliki alasan untuk tidak mencari penyelesaian dari keadaan sulit itu. Ini yang disebut dengan melarikan diri. Para ahli menemukan bahwa ada dua cara yang dilakukan orang saat menghadapi kesulitan, fight atau flight. Fight artinya mengerahkan tenaga dan daya semaksimal mungkin, agar kesulitan itu dapat diatasi. Sebaliknya, flight artinya lari meninggalkan kondisi atau hal yang sulit itu, karena memang tidak mendapatkan atau tidak mau mencari cara untuk mengatasinya. Seharusnya, orang Kristen harus selalu siap menghadapi hidup, betapa pun sulitnya itu. Mengapa begitu, dan bagaimana caranya? Mari kita simak lebih lanjut. 58 Buku Guru Kelas VIII SMP 58 Buku Guru Kelas VIII SMP B. Mengapa Harus Khawatir dan Putus Asa? Sebelum membahas hal ini, mari kita mengajak siswa menyanyikan Pelengkap Kidung Jemaat no 241 Tak ‘Ku Tahu ‘Kan Hari Esok. Lagu ini menunjukkan bagaimana seharusnya sikap hidup orang yang percaya walaupun masa depan tidak terlalu jelas, tapi keyakinan bahwa Tuhan akan tetap memimpin dan membawa kita ke tempat yang disiapkan-Nya menjadi modal untuk tetap menjalani kehidupan ini. Tak ‘ku tahu ‘kan hari esok,namun langkahku tegap.Bukan surya kuharapkan,kar’na surya ‘kan lenyap.O tiada ‘ku gelisah,akan masa menjelang;‘ku berjalan serta Yesus.Maka hatiku tenang.Ref: Banyak hal tak ‘ku fahami dalam masa menjelangTapi t’rang bagiku ini:Tangan Tuhan yang pegang.Mintalah siswa menyanyikan lagu ini dan menghayati kata-katanya. Apa pesan utama yang disampaikan oleh lagu ini? Apakah pesan ini cocok untuk tiap siswa? Mengapa mereka merasa demikian? Dalam Kamu Besar Bahasa Indonesia, putus asa dianggap sama artinya dengan putus harapan, yaitu keadaan dimana seseorang tidak memiliki harapan. Sejak beberapa tahun terakhir ini kita semakin sering membaca atau mendengar berita tentang orang yang bunuh diri karena merasa tidak mampu melanjutkan hidup. Perhatikan bahwa kata “merasa” tambahan pada kata merasa ini membuat makna kalimat berbeda dibandingkan dengan tanpa tambahan kata merasa. Artinya, belum tentu orang tersebut betul-betul tidak mampu; mungkin ia hanya merasa bahwa ia tidak mampu, padahal kemampuan untuk bertahan hidup masih ada padanya. Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 59Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 59Wujud ketidakmampuan bisa beragam, misalnya, karena tidak mampu membayar hutang, tidak mampu membeli makanan untuk anak, tidak mampu membeli obat untuk menyembuhkan penyakit. Majalah Gatra edisi 29 Agustus 2003 menceritakan tentang kisah pilu Heriyanto yang mencoba bunuh diri karena ibunya tidak sanggup memberikan Rp. 2.500 untuk membayar kegiatan ekstrakurikuler. Pada saat itu, ia baru berumur 12 tahun, masih sangat muda untuk mengerti bahwa tidak bisa membayar kegiatan ekstrakurikuler tidaklah sama dengan harus mengakhiri hidup. Untung niat ini tidak tercapai walaupun ia sempat dalam perawatan intensif di rumah sakit dan mengalami cacat mental karena ketiadaan sementara aliran zat asam ke otaknya akibat jerat kuat tali di lehernya. Bunuh diri bisa terjadi pada seseorang yang tidak melihat bahwa hidupnya berarti sehingga ia tidak melihat ada gunanya untuk melanjutkan hidup. Apakah dapat dibenarkan, bila kita berputus asa untuk melanjutkan kehidupan dan memilih bunuh diri? Apakah memang kita berhak untuk mengakhiri hidup ini? Padahal bukan kita yang memberikan kehidupan dan karena itu mengakhiri kehidupan juga bukanlah hak kita. C. Penjelasan Bahan AlkitabSuatu pesan yang indah tentang bagaimana menghadapi hidup disampaikan oleh Tuhan Yesus seperti yang diceritakan di dalam Injil Matius 6: 25-34. Mari kita baca pesan Tuhan Yesus ini. “Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannya pun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? Sebab itu janganlah kamu kuatir 60 Buku Guru Kelas VIII SMP 60 Buku Guru Kelas VIII SMP dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.” Paling sedikit ada tiga pesan yang disampaikan oleh Tuhan Yesus disini. Pertama, bahwa kita tidak perlu kuatir untuk makan, minum, dan pakaian sebagai hal yang penting dalam hidup ini. Pemeliharaan Tuhan untuk kita jauh melebihi pemeliharaan-Nya untuk burung yang tetap hidup karena makanan yang disediakan-Nya. Lihatlah juga pemeliharaan Allah terhadap bunga bakung yang indah. Ini semua menunjukkan bahwa Allah sungguh sangat memperhatikan kehidupan ciptaan-Nya. Salomo, yaitu raja Israel yang paling kaya dibandingkan dengan raja-raja lainnya, tentunya memiliki kemampuan untuk memakai baju yang maha indah. Namun, keindahan baju Salomo tidaklah sebanding dengan keindahan bunga bakung. Padahal, apalah artinya bunga bakung yang hanya disamakan dengan rumput, karena begitu hari berganti, keindahannya pun tidak ada lagi. Kekuatiran akan kecukupan makanan, minuman, dan pakaian dimiliki oleh mereka yang tidak mengenal Allah. Tetapi, mereka yang menjadi anak-anak-Nya tidak perlu memiliki kekuatiran akan hal-hal ini. Mengapa demikian? Rahasia keberhasilan menjalani hidup ini ada pada pesan Tuhan Yesus yang kedua. Apa pesan-Nya? Pesan-Nya adalah bahwa yang utama dalam menjalani kehidupan ini adalah mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya. Artinya, ketika kita mengutamakan untuk mengenal Allah, karya-karya-Nya, janji-janji-Nya, maka kita akan terpesona terhadap Allah yang sungguh sangat mengasihi kita anak-anak-Nya. Allah selalu memberikan yang terbaik untuk kita. Kekuatiran yang kita miliki tidaklah sebanding dengan apa yang Allah sanggup berikan kepada kita. Kekuatiran kita tidaklah sanggup membuat kita menjalani hidup dengan nyaman, malahan justru dengan penuh rasa Sumber: http://lansingwbu.blogspot.comGambar 3.1 Burung sedang mengerumuni makananPendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 61Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 61was-was dan ketakutan karena tidak adanya jaminan akan sesuatu yang baik yang akan kita peroleh. Oleh sebab itu, pesan Tuhan Yesus yang ketiga adalah, “...janganlah kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri.” (Matius 6: 34a) Nah, apakah kita bisa menerima pesan Tuhan Yesus yang ketiga ini? Bila kita melihat di sekitar kita, ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa manusia hidup dengan penuh kekuatiran. Ada orang yang memilih untuk bekerja dengan sangat keras karena ingin mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya demi masa depannya dan keluarganya. Bekerja keras artinya tanpa mengindahkan kesehatan dan makan teratur serta istirahat yang cukup. Gaya hidup seperti ini ternyata malah merusak kesehatan sehingga akibatnya, pada saat ia mencapai usia sekitar 40 tahun, ia menderita penyakit jantung, atau diabetes, dan sebagainya. Padahal, menjaga keseimbangan antara bekerja dan beristirahat, makan secara teratur dan bergizi adalah penting untuk kelangsungan hidup yang baik. Bila Tuhan Yesus tidak ingin kita kuatir, Ia juga tentunya tidak ingin kita putus asa. Apalagi sampai bunuh diri saking putus asanya. Harusnya, setiap orang percaya memiliki prinsip seperti tertera dalam Mazmur 146: 5: “Berbahagialah orang yang mempunyai Allah Yakub sebagai penolong, yang harapannya pada Tuhan, Allahnya.” Kita bisa menjadi putus asa karena mengandalkan pada kekuatan sendiri, atau mengandalkan orang lain, padahal, kekuatan diri sendiri ataupun kekuatan orang lain ada batasnya. Bila kita mengandalkan pertolongan pada Allah Bapa, apa yang kita butuhkan akan dipenuhi-Nya dengan ketentuan sebagai berikut. 1. Hal yang kita butuhkan memang merupakan sesuatu yang kita perlukan untuk membuat kita semakin bertumbuh dalam pengenalan akan Dia dan semakin berkarya demi kebaikan sesama. Sumber: Dokumen kemdikbudGambar 3.2 Gambaran seorang remaja putra. kekhawatiran Next >