< Previous62 Buku Guru Kelas VIII SMP 62 Buku Guru Kelas VIII SMP 2. Allah pasti memberikan apa yang memang kita butuhkan untuk kebaikan kita dan orang-orang lain yang ada dalam lingkungan kita. Jadi, saat kita bingung mengapa pa yang kita butuhkan tidak kita dapatkan, ingatlah bahwa Allah sangat mengasihi kita dan karena itu Allah sangat memperhatikan kita. Mungkin saja jawaban Allah datang tidak secepat yang kita harapkan, tapi tetap datang pada waktu yang tepat menurut Allah, bukan menurut kita. Tuhan Yesus berkata begini kepada murid-murid-Nya: “Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya.” (Matius 7: 9 -11) 3. Kita harus gigih meminta apa yang kita butuhkan sampai mendapatkannya. Kegigihan untuk mendapatkan apa yang kita inginkan memang disarankan oleh Tuhan Yesus sendiri dalam Matius 7: 7-8. “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.” Sungguh kata-kata Tuhan Yesus ini sangat menguatkan kita, bukan? D. Kegiatan Pembelajaran1. Mengamati LingkunganKegiatan ini meminta siswa untuk bertanya kepada lima orang temannya, apakah mereka pernah berputus asa Apa penyebabnya, apa saja yang mereka lakukan ketika putus asa, dan apakah tindakan itu berhasil mengatasi keputus asaan mereka. Setelah itu, siswa diminta menuliskan hasil pengamatan mereka dengan melengkapi tabel di bawah ini tanpa menuliskan nama teman tersebut. Penyebab putus asaHal yang dilakukan saat putus asaBerhasil mengatasi putus asa atau tidak berhasilPendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 63Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 63Dari kegiatan ini, diharapkan siswa dapat membuat kesimpulan tentang apa saja hal-hal yang menyebabkan keadaan putus asa, hal-hal apa yang bermanfaat untuk dilakukan saat menghadapi situasi putus asa atau sebaliknya, dan sebaliknya apa yang ternyata tidak bermanfaat untuk dilakukan saat putus asa karena ternyata tidak berhasil mengatasi situasi putus asa tersebut. Pengetahuan yang diperoleh dari pembahasan ayat Alkitab dan dari kegiatan ini diharapkan cukup menjadi bekal bagi siswa untuk membentuk sikap yang lebih positif dalam menghadapi keputusasaan. 2. Keterbatasan Manusia Kegiatan ini berupa lanjutan pembahasan yang kini menyoroti keterbatasan manusia, termasuk keterbatasan manusia dalam menetapkan apa yang terbaik bagi dirinya. Namun, justru disitulah letaknya keterbatasan manusia, karena manusia menganggap bahwa apa yang dibutuhkan harus diperoleh pada saat ia meminta kepada Allah. Padahal, Allah berpikir ke masa depan. Jadi bila kita hanya memikirkan kebutuhan sesaat, belum tentu apa yang kita inginkan adalah hal yang baik bagi kita. Ilustrasi tentang Sari dipakai karena apa yang dialami Sari bisa terjadi pada setiap remaja seusia siswa. Penjelasan lengkapnya adalah seperti di bawah ini.Sari, siswa kelas VIII, merengek-rengek minta dibelikan telepon seluler, padahal ayahnya bekerja sebagai tenaga keamanan di suatu kantor. Adik Sari ada dua orang dan bersekolah di SD. Ibu Sari membuat kue di rumah dan menjualnya di warung tetangga. Permohonan Sari sulit dipenuhi orang tuanya karena pengeluaran per bulan cukup banyak: untuk biaya makan, sewa rumah, biaya transportasi sekolah Sari dan kedua adiknya, untuk membeli buku pelajaran, baju seragam, dan sebagainya. Namun, karena cinta kasih mereka terhadap Sari, mereka meminjam uang dari kantor ayah Sari untuk membelikan telepon yang diinginkannya. Sari sangat bangga dengan telepon itu, dan segera membawanya ke sekolah untuk diperlihatkan kepada teman-temannya saat istirahat. Tanpa diduga, telepon itu berpindah dari tangan yang satu ke tangan yang lain, dan tepat ketika ada pada tangan Badu, pak Guru masuk ke kelas. “Diam, anak-anak!” 64 Buku Guru Kelas VIII SMP 64 Buku Guru Kelas VIII SMP hardik pak Guru. Karena terkejut, Badu mencoba memasukkan telepon itu ke kantong celananya, tetapi Badu lupa bahwa kantong celananya sudah berlubang sehingga telepon itu meluncur bebas ke lantai. Akibatnya, telepon itu mengalami keretakan di bagian atas. Pak Guru menegur Badu yang nampak tergesa-gesa mengambil telepon dan mengembalikannya ke Sari. Ketika pak Guru tahu bahwa telepon itu milik Sari, beliau pun menegur Sari agar tidak memamerkan hal-hal yang membuat teman-temannya jadi penasaran. Tentu saja Sari sangat sedih karena teleponnya yang baru ternyata kini cacat. Bagaimana ia menjelaskan hal ini kepada orang tuanya? Sari juga merasa malu karena ditegur oleh pak Guru di hadapan teman-temannya. Padahal selama ini ia sering dipuji oleh para guru sebagai siswa yang rajin dan suka membaca. Sari kini berpikir ulang, mungkin belum saatnya ia memiliki telepon seperti itu, apalagi bila tujuannya hanya untuk dipamerkan kepada teman-temannya. Cerita Sari ini menunjukkan bahwa apa yang diinginkan manusia belum tentu merupakan hal yang dibutuhkannya. Hal ini bisa terjadi karena manusia memiliki keterbatasan dalam memikirkan konsekuensi atau akibat dari keputusannya terhadap dirinya sendiri dan diri orang-orang lain di sekitarnya. Namun, bila kita menyerahkan kepada Tuhan untuk memenuhi apa yang kita butuhkan, tentu Tuhan melakukannya dengan tepat. Judul pelajaran ini adalah Memilih untuk Tidak Berputus Asa. Kepada siswa dapat ditanyakan apakah mereka sudah mengerti bahwa putus asa adalah hal yang harus dihindari. Tentunya mereka harus menyatakan dengan kata-kata sendiri mengapa tidak perlu memilih untuk berputus asa. Hidup di dalam Tuhan yang Mahapengasih dan Maha Pemurah adalah hidup yang membawa kita kepada kelimpahan dan hendaknya ini yang kita pilih, yaitu dengan taat kepada-Nya dan mengasihi-Nya dengan sungguh-sungguh. Bila ini yang kita pilih, tidak ada waktu lagi untuk berputus asa. Setelah membahas kisah Sari, mintalah siswa untuk melakukan pengecekan apakah mereka pernah melakukan kesalahan seperti apa yang Sari lakukan, yaitu memaksa meminta sesuatu padahal belum tentu itu merupakan hal yang mereka butuhkan. Siswa secara bergantian di kelompok @ 4 orang menceritakan pengalamannya tentang hal ini.3. Menemukan Janji Allah di Mazmur 21 – Mazmur 30. Kegiatan ini meminta siswa untuk membaca dari Mazmur 21 sampai 30, kemudian melengkapi tabel dengan cara membuat dua jenis catatan. Pertama, mereka diminta mencatat ayat-ayat mana saja yang Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 65Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 65mencerminkan keputu asaan para penulis Mazmur pasal-pasal tersebut. Catatan ini diisikan di bawah kolom yang berlabel . Kedua, siswa juga diminta untuk mencatat ayat-ayat mana yang mencerminkan harapan yang dimiliki penulis Mazmur kepada Tuhan. Ayat-ayat ini diisikan di kolom dengan label . Dari kegiatan ini, siswa diharapkan menyadari bahwa para penulis Alkitab pun acap kali dilanda keputusasaan. Namun yang penting, mereka memilih untuk bangkit dan tidak tenggelam dalam ketidakberdayaan karena keyakinan yang mereka miliki terhadap hal-hal baik yang akan Tuhan berikan. 4. Menyanyikan lagu “Pelangi Kasih” karya Herry PriyonggoApa yang kau alami kini Mungkin tak dapat engkau mengerti Cobaan yang engkau alami Tak melebihi kekuatanmuTuhanmu tak akan memberi ular beracun Pada yang minta roti Satu hal tanamkan di hati Indah semua yang Tuhan b’riReff: Tangan Tuhan sedang merenda Suatu karya yang agung mulia Saatnya ‘kan tiba nanti Kau lihat pelangi kasihNyaMintalah siswa untuk menuliskan kesan terhadap lirik lagu ini.66 Buku Guru Kelas VIII SMP 66 Buku Guru Kelas VIII SMP E. PenilaianPenilaian terhadap pemahaman dan tanggapan siswa untuk topik bahasan ini berlangsung sepanjang kegiatan, jadi bukan sekedar di bagian akhir. Pada akhir pelajaran, guru dapat menanyakan siswa hal-hal berikut: 1. Apa pesan yang Tuhan Yesus sampaikan tentang kekhawatiran? Siswa diharapkan bukan hanya menerima, tapi sungguh-sungguh mempraktikkan dalam hidupnya bahwa kekuatiran tidak perlu ada dalam kehidupan anak-anak Tuhan. Guru bisa meminta siswa menghafalkan Matius 6: 33 sebagai pegangan menghadapi rasa kuatir dan putus asa.2. Menurutmu, apakah pesan ini dapat diterapkan dalam hidupmu sehari-hari? Melalui pertanyaan ini siswa diminta memikirkan, apakah betul ia dapat menerapkan hidup tanpa putus asa dan kuatir. Guru hendaknya memperhatikan siswa yang masih ragu-ragu untuk mengatakan “iya” terhadap pertanyaan ini, dan dapat mencari tahu lebih lanjut, mengapa ia bersikap demikian. Mungkin ada beban berat yang dirasakannya dan kini saat yang baik untuk memintanya menceritakan beban tersebut agar dapat didukung dalam doa dan bila mungkin, dicarikan solusinya juga.3. Mengapa selaku anak-anak Tuhan, kita tidak perlu putus asa? Jawaban yang paling sederhana adalah, karena Tuhan menginginkan yang terbaik untuk kita sebagai anak-anak-Nya. Bila kita putus asa, kita melupakan bahwa Tuhan tetap memperhatikan kita dan memberikan pertolongan pada waktu-Nya. Inilah yang menjadi senjata kita untuk menghadapi kehidupan yang sulit di dunia. Bila siswa dapat menjawab pertanyaan ini dengan baik, ajak mereka untuk membagikan pemahaman ini kepada orang lain di sekitar mereka.4. Apa yang perlu kita lakukan agar kita tidak khawatir atau putus asa? Pertanyaan ini hendaknya dijawab siswa tanpa melihat kembali catatan pelajaran atau buku pelajaran, karena jawabnya sederhana: Mengutamakan Tuhan dalam hidup, ingat janji-janji-Nya, dan percaya bahwa Tuhan akan memenuhi janji-Nya pada waktu yang tepat. Pertemuan diakhiri dengan doa penutup. Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 67Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 67Penjelasan Bab IVDampak dari Hidup Beriman dan PengharapanDaniel 3:16-18; Yakobus 1:2-8; Yakobus 2:14-17; 1 Petrus 1:21Kompetensi IntiKompetensi Dasar1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.1.1 Mensyukuri makna hidup beriman dan berpengharapan.2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleran, gotong royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya. 2.1. Menunjukkan sikap hidup beriman dan berpengharapan. 3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (factual, konseptual dan procedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.3.1. Memahami arti sikap hidup beriman dan berpengharapan.4. Mengolah, menyaji dan menalar dalam ranah konkrit (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.4.1. Menyajikan karya yg berkaitan dengan cara hidup beriman dan berpengharapan dalam bentuk tindakan nyata. 68 Buku Guru Kelas VIII SMP 68 Buku Guru Kelas VIII SMP Indikator Hasil Belajar: 1. Menjelaskan arti dan kaitan antara beriman dan berpengaharapan.2. Menjabarkan tokoh Alkitab yang menjadi panutannya dalam hal beriman dan berpengharapan serta apa alasan memilih tokoh tersebut. 3. Menalar dan membuat perbandingan dua buah cerita yang ada dalam buku siswa, serta nilai-nilai yang dapat dijadikan teladan dalam hal beriman dan berpengharapan dari tokoh yang ada dalam dua buah cerita tersebut. 4. Memperbandingkan mengenai wujud beriman dan berpengharapan menurut Alkitab dengan praktik kehidupan siswa.A. Pengantar Di kalangan orang Kristen, masih ada yang berpikir bahwa cukup dengan baptisan dan peneguhan sidi maka mereka telah menjadi orang beriman. Ada juga yang lebih mementingkan ibadah secara formal sebagai wujud iman. Semua itu benar, namun mengacu pada surat Yakobus 2:14-17 nampak bahwa iman harus diwujudkan dalam seluruh sikap hidup, jadi bukan hanya melalui baptisan, peneguhan sidi dan ibadah formal saja melainkan dalam seluruh sikap hidup sehari-hari.Dampak dari hidup beriman dan berpengharapan harus nyata dalam seluruh sikap hidup orang percaya. Bahkan cara berpikir juga dapat menunjukkan apakah seseorang memiliki iman dan pengharapan kepada Tuhan? Pelajaran 4 membahas mengenai dampak hidup beriman dan berpengharapan. Iman tidak terlepas dari pengharapan, bahkan Rasul Paulus mengatakan iman, pengharapan dan kasih yang terbesar di antaranya adalah kasih. Jadi, wujud orang beriman harus nampak melalui sikapnya yang mengasihi Allah dan sesamaB. Memahami Makna Iman dan PengharapanBeriman dan berpengharapan artinya: 1. Percaya pada janji-janji Allah bagi umat-Nya,2. Memiliki kerinduan untuk mempelajari serta memahami kehendak-Nya dalam hidup manusia, 3. Taat pada kehendak-Nya serta menyerahkan hidup sepenuhnya dalam kedaulatan Allah.Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 69Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 69Percaya pada Janji AllahOrang Kristen membangun imannya berdasarkan janji Allah untuk menyelamatkan manusia dan janji itu dipenuhi dalam karya Yesus Kristus. Pembentukan umat Allah yang dimulai dengan panggilan Abraham dimana Abraham menerima janji Allah dan ia percaya kepada janji-Nya. Abraham dan keturunannya percaya kepada janji Allah dan Allah selalu menetapi janji yang diucapkan-Nya. Meskipun manusia seringkali meninggalkan Allah dan berkhianat pada-Nya namun Allah tetap setia, Ia selalu mencari dan menemukan kembali manusia dan menyelamatkannya.Memiliki Kerinduan untuk Mempelajari serta Memahami Kehendak-NyaOrang beriman dapat bergaul dengan Allah jika memiliki kerinduan untuk mempelajari serta memahami kehendak Allah dalam hidupnya. Pemahaman itulah yang menjadi dasar bagi manusia untuk tidak ragu terhadap janji-janji Allah. Bagaimana caranya mempelajari serta memahami kehendak Allah? Melalui doa dan membaca Alkitab secara teratur. Ada orang yang merasa cukup dengan berdoa maka imannya akan bertumbuh. Ada sebuah lagu yang syairnya mengatakan: “Baca Kitab Suci doa tiap hari kalau mau tumbuh”, artinya jika ingin bertumbuh dalam iman maka manusia harus setia berdoa dan membaca Alkitab.Taat pada Kehendak-Nya dan Menyerahkan Hidupnya dalam Kedaulatan AllahOrang beriman hidup menurut perintah Allah yang tertulis dalam Alkitab dan hal itu tidak mudah untuk dilakukan. Mengapa? Karena manusia cenderung hidup menurut keinginannya yang berdosa. Menurut Rasul Paulus, dalam diri manusia selalu ada dua keinginan, yakni keinginan daging dan keinginan roh. Keinginan daging menuntun pada kebinasaan sedangkan keinginan roh menuntun pada keselamatan. Keinginan daging melakukan dosa sedangkan keinginan roh melakukan kehendak Allah. Guru dapat minta siswa menyebutkan apa saja keinginan daging dan roh yang ada dalam dirinya. Kemudian guru melanjutkan penjelasan mengenai penyerahan hidupnya dalam kedaulatan Allah.Apa artinya menyerahkan hidup dalam kedaulatan Allah? Artinya, manusia tidak berkuasa atas hidupnya, Allahlah yang berkuasa atas hidupnya. Allahlah yang memerintah dalam hidupnya. Dengan demikian, manusia tidak hidup menurut apa yang dikehendakinya melainkan menurut apa yang Allah 70 Buku Guru Kelas VIII SMP 70 Buku Guru Kelas VIII SMP kehendaki yang tertulis dalam Alkitab, sehingga dapat menghasilkan buah Roh seperti yang tertulis dalam Galatia 5:22-23a.Menurut Ibrani 11:1: “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat”. Artinya, orang beriman tidak membutuhkan bukti secara fisik atas apa yang ia percayai, namun melalui kesaksian para nabi dan rasul dalam Alkitab, mereka pun percaya.Ketika kita imani janji Allah, seringkali muncul godaan untuk meragukannya, dalam keadaan demikian, kita perlu melawan rasa ragu dan semakin memperteguah keyakinan kita bahwa Allah setia pada janji-Nya. Menurut Kitab Roma 10:17, “iman timbul dari pendengaran dan pendengaran oleh irman kristusdz. adi, firman uhan mengungkapkan kehendak -Nya. Hanya dengan mengetahui kehendak Tuhan, kita dapat mempercayainya.Iman bertumbuh makin kuat ketika dipupuk dan diterapkan. Kita harus terus memupuk iman kita dengan merenungkan Firman Tuhan. Kita harus terapkan iman dengan bertindak dan bereaksi terhadap segala sesuatu sesuai Firman Tuhan. Ini termasuk saat-saat ketika kita menghadapi berbagai masalah, kekuatiran dan kegelisahan. Allah tidak ingin anak-anak -Nya kuatir tentang apapun, tetapi sebaliknya mempercayakan -Nya dalam setiap situasi (lihat Matius 6:25-34; Filipi 4:6-8; 1 Petrus 5:7). Tidak kuatir adalah satu cara agar kita dapat menerapkan iman kita.Menurut Alkitab iman tidak berfungi di dalam pikiran kita, tetapi di dalam hati kita. Mengenai hal ini Rasul Paulus menulis dalam Kitab Roma 10:10, “Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan dan orang mengaku dan diselamatkan”. (Markus 11:23) Aku berkata padamu: Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya. . Yesus ingin tiap orang percaya jangan merasa ragu akan janji dan kuasa-Nya. Salah satu dampak dari beriman adalah tidak ada keraguan akan kuasa Allah, dan terhadap janji-Nya.Coba simak tulisan raja Daud dalam Kitab Mazmur 37:1-5: “Jangan marah karena orang yang berbuat jahat, jangan iri hati kepada orang yang berbuat curang; sebab mereka segera lisut seperti rumput dan layu seperti tumbuh-tumbuhan hijau. Percayalah kepada TUHAN dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakulah setia, dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu. Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak”. Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 71Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 71Orang percaya diminta untuk hidup menurut apa yang diperintahkan oleh Tuhan dan menyerahkan hidupnya pada kedaulatan Tuhan serta tidak iri kepada mereka yang melakukan kejahatan. Mengapa? Karena kejahatan membawa mereka menuju pada kebinasaan.Yesus menjawab tantangan Petrus dengan satu kata: “Kemarilah.” Jika Petrus berusaha berjalan di atas air sebelum perkataan itu, ia pasti langsung tenggelam, karena ia tak punya janji sebagai dasar imannya. Ia mungkin melangkah dengan praduga bukannya dengan iman. Demikian juga, bahkan setelah Yesus melontarkan ucapan -Nya, bila murid lainnya mungkin mencoba berjalan di atas air, ia juga pasti segera tenggelam, ketika Yesus memberikan janji -Nya hanya kepada Petrus. Tak satu pun dari mereka bisa memenuhi syarat dari janji tersebut, karena tak satupun dari mereka adalah Petrus. Demikian juga, sebelum kita mempercayai salah satu janji Allah, yakinlah bahwa janji itu berlaku bagi kita dan kita memenuhi syarat janji itu.Petrus keluar dari perahu dan berjalan di atas air. Saat itulah ia percaya, walaupun dia berteriak karena takut melihat hantu beberapa detik sebelumnya, juga dia ragu-ragu ketika ia mengambil langkah pertama. Tetapi, untuk menerima mujizat, ia harus bertindak dengan imannya. Seandainya ia memegang tiang perahu dan menurunkan ujung kakinya ke samping perahu untuk mengetahui apakah air dapat menahan berat tubuhnya, ia tak akan pernah mengalami mujizat. Demikian juga, sebelum kita menerima mujizat, kita harus benar-benar percaya kepada janji Allah, lalu bertindak atas apa yang kita yakini. Ada saatnya iman kita diuji. Terkadang waktu itu singkat, terkadang lama. Tetapi akan ada saatnya ketika kita harus mengesampingkan akal pikiran kita dan bertindak sesuai dengan Firman Tuhan. Petrus gagal karena ia menjadi takut dan kehilangan imannya. Itu faktanya. Yesus tidak mengecamnya, tetapi segera mengulurkan tangan -Nya untuk memberi pegangan yang teguh. Dan Ia segera bertanya kepada Petrus mengapa ia ragu. Petrus tak punya alasan untuk ragu, karena Firman Allah lebih pasti dari apapun. Kita tak pernah punya alasan yang tepat untuk meragukan Firman Allah ataupun merasa takut dan kuatir.Alkitab penuh dengan contoh kemenangan sebagai hasil dari iman dan kegagalan sebagai hasil dari keraguan. Yosua dan Kaleb menduduki Tanah Perjanjian oleh karena iman mereka, sedangkan sebagian besar orang sezaman mereka mati di padang gurun oleh karena keraguan terhadap Allah (lihat Bilangan 14:26-30). Murid-murid Yesus mendapat pasokan kebutuhan ketika mereka pergi berdua-dua untuk memberitakan Injil (lihat Lukas 22:35). Mereka pernah gagal mengusir roh jahat karena tak yakin (lihat Next >