< PreviousKelas XI SMA/SMK Kurikulum“1384Daksina dan Pemimpin YajñaMendengar kata daksina, dalam benak orang Hindu “Bali” yang awam maka terbayang dengan salah satu bentuk jejahitan yang berbentuk serobong (silinder) terbuat dari daun kelapa yang sudah tua, dan isinya berupa beras, uang, kelapa, telur itik dan perlengkapan lainnya. Daksina adalah sesajen yang dibuat untuk tujuan kesaksian spiritual. Daksina adalah lambang Hyang Guru (Dewa Siwa) dan karena itu digunakan sebagai saksi Dewata. Makna kata daksina secara umum adalah suatu penghormatan dalam bentuk upacara dan harta benda atau uang kepada pendeta/pemimpin upacara. Penghormatan ini haruslah dihaturkan secara tulus ikhlas. Persembahan ini sangat penting dan bahkan merupakan salah satu syarat mutlak agar Yajña yang diselenggarakan berkualitas (satwika yadnya). Selanjutnya tentang pentingnya daksina dalam Yajña, dikisahkan sebagai berikut: Setelah perang Bharatayuda usai, Sri Krishna menganjurkan kepada Pandawa untuk menyelenggarakan upacara Yajña yang disebut Aswamedha yadnya. Upacara korban kuda itu berfungsi untuk menyucikan secara ritual dan spiritual negara Hastinapura dan Indraprastha karena dipandang leteh (kotor) akibat perang besar berkecamuk. Di samping itu juga bertujuan agar rakyat Pandawa tidak diliputi rasa angkuh dan sombong akibat menang perang.Gambar 2.8 Persembahan AswamedhaSumber: Dok. https://www.facebook.com (3-5-2013)Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti85Atas anjuran Sri Krishna, di bawah pimpinan Raja Dharmawangsa, Pandawa melaksanakan Aswamedha Yajña itu. Sri Krishna berpesan agar Yajña yang besar itu tidak perlu dipimpin oleh pendeta agung kerajaan tetapi cukup dipimpin oleh seorang pendeta pertapa dari keturunan warna sudra yang tinggal di hutan. Pandawa begitu taat kepada segala nasihat Sri Krishna, Dharmawangsa mengutus patihnya ke tengah hutan untuk mencari pendeta pertapa keturunan warna sudra. Setelah menemui pertapa yang dicari, patih itu menghaturkan sembahnya, “Sudilah kiranya Anda memimpin upacara agama yang benama Aswamedha Yajña, wahai pendeta yang suci”. Mendengar permohonan patih itu, sang pendeta yang sangat sederhana lalu menjawab, “Atas pilihan Prabhu Yudhistira kepada saya seorang pertapa untuk memimpin Yajña itu saya ucapkan terima kasih. Namun kali ini saya tidak bersedia untuk memimpin upacara tersebut. Nanti andaikata kita panjang umur, saya bersedia memimpin upacara Aswamedha Yajña yang diselenggarakan oleh Prabhu Yudistira yang keseratus kali. Mendengar jawaban itu, sang utusan terperanjat kaget luar biasa. Ia langsung mohon pamit dan segera melaporkan segala sesuatunya kepada Raja. Kejadian ini kemudian diteruskan kepada Sri Krishna. Setelah mendengar laporan itu, Sri Krishna bertanya, siapa yang disuruh untuk menghadap pendeta, Dharmawangsa menjawab “Yang saya tugaskan menghadap pendeta adalah patih kerajaan”. Sri Krishna menjelaskan, upacara yang dapat dilangsungkan bukanlah atas nama sang Patih, tetapi atas nama sang Raja. Karena itu tidaklah pantas kalau orang lain yang memohon kepada Pendeta. Setidak-tidaknya Permaisuri Raja yang harus datang kepada pendeta. Kalau permaisuri yang datang, sangatlah tepat Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“1386karena dalam pelaksanaan upacara agama, peranan wanita lebih menonjol dibandingkan laki-laki. Upacara agama bertujuan untuk membangkitkan prema atau kasih sayang, dalam hal ini yang paling tepat adalah wanita.Nasihat Awatara Wisnu itu selalu dituruti oleh Pandawa. Dharmawangsa lalu memohon sang permaisuri untuk mengemban tugas menghadap pendeta di tengah hutan. Tanpa mengenakan busana mewah, Dewi Drupadi dengan beberapa iringan menghadap sang pendeta. Dengan penuh hormat memakai bahasa yang lemah lembut Drupadi menyampaikan maksudnya kepada pendeta. Di luar dugaan, pendeta itu bersedia untuk memimpin upacara yang agung itu. Pendeta itu kemudian dijemput sebagaimana tatakrama yang berlaku. Drupadi menyuguhkan makanan dan minuman ala kota kepada pendeta. Karena tidak perah hidup dan bergaul di kota, sang Pendeta menikmati hidangan tersebut menurut kebiasaan di hutan yang jauh dengan etika di kota. Pendeta kemudian segera memimpin upacara. Ciri-ciri upacara itu sukses menurut Sri Krishna adalah apabila turun hujan bunga dan terdengar suara genta dari langit. Nah, ternyata setelah upacara dilangsungkan tidak ada suara genta maupun hujan bunga dari langit. Terhadap pertanyaan Darmawangsa, Sri Krishna menjelaskan bahwa tampaknya tidak ada “daksina” untuk dipersembahkan kepada pendeta. Kalau upacara agama tidak disertai dengan daksina untuk pendeta, berarti upacara Gambar 2.9 Sikap Tulus Umatdi Pura BesakihSumber: Dok. https://www.facebook.com (3-4-2013)Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti87itu menjadi milik pendeta. Dengan demikian yang menyelenggarakan upacara berarti gagal melangsungkan Yajña. Gagal atau suksesnya Yajña ditentukan pula oleh sikap yang beryajña. Kalau sikapnya tidak baik atau tidak tulus menerima pendeta sebagai pemimpin upacara, maka gagalah upacara itu. Sikap dan perlakuan kepada pendeta yang penuh hormat dan bhakti merupakan salah satu syarat yang menyebabkan upacara sukses.Setelah mendengar wejangan itu, Drupadi segera menyiapkan Daksina untuk pendeta. Setelah pendeta mendapat persembahan Daksina, tidak ada juga suara genta dan hujan bunga dari langit. Melihat kejadian itu, Sri Krishna memastikan bahwa di antara penyelenggara yajna ada yang bersikap tidak baik kepada pendeta. Atas wejangan Sri Krishna itu, Drupadi secara jujur mengakui bahwa ia telah mentertawakan Sang Pendeta pemimpin yajñanya walaupun dalam hati, yaitu pada saat pendeta menikmati hidangan tadi. Memang dalam agama Hindu, Pendeta mendapat kedudukan yang paling terhormat bahkan dipandang sebagai perwujudan Dewa. Karena itu akan sangat fatal akibatnya kalau ada yang bersikap tidak sopan kepada pendeta. Beberapa saat kemudian setelah Drupadi berdatang sembah dan mohon maaf kepada pendeta, jatuhlah hujan bunga dari langit dan disertai suara genta yang nyaring membahana. lni pertanda Yajña Aswamedha itu sukses. Demikianlah, betapa pentingnya kehadiran “Daksina” yang dipersembahkan oleh yang berYajña kepada pendeta pemimpin Yajña dalam upacara Yajña. Bagaimana Yajña yang dipersembahkan oleh umat sedharma dapat meningkatkan kesejahtraan (Jagadhita) dan kebahagiaan hidup (Moksha) dalam kehidupan ini? Sebelumnya kerjakanlah soal-soal uji kompetensi berikut dengan baik!Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“1388Uji kompetensi:1. Bagaimanakah praktik pelaksanaan Yajña menurut kitab Mahabharata bila dikaitkan dengan kehidupan beragama Hindu di tanah air kita? Jelaskanlah!2. Apakah yang ketahui tentang “daksina” terkait dengan kehidupan beragama Hindu di lingkungan sekitar Kamu? Jelaskanlah!3. Buatlah rangkuman untuk masing-masing pokok bahasan berdasarkan sumber teks yang terdapat pada Bab II (Yajña dalam Mahabharata) materi pembelajaran ini sesuai petunjuk khusus dari Bapak/Ibu guru yang mengajar! Sebelumnya diskusikanlah dengan orang tua Kamu di rumah.4. Amatilah gambar berikut ini, buatlah deskripsinya!Gambar 2.10 Puja YajñaSumber: Dok. Pribadi (15-4-2012)Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti89BABIIIMoksha Brahma-bhźtaá prasann¢tm¢, na úocati na k¢nkûati, samaá sarveûu bhóteûu, mad-bhaktiý labhate paràý.Terjemahannya:Setelah menjadi satu dengan Brahman jiwanya tentram, tiada duka tiada nafsu-birahi, memandang semua makhluk-insani sama, ia mencapai pengabdian kepada-Ku yang tertinggi (Bhagawadgita, XVIII.54).Gambar : 3.1 Perjalanan Hidup ManusiaSumber ; http://unikahidha.ub.ac.id (11-7-2013)Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“1390Banyak orang yang lahir dan hidup di dunia ini me-rindukan agar dapat hidup sejahtera dan bahagia (Moksha), apa dan bagaimanakah semuanya itu dapat diwujudkan? Renungkanlah bait sloka tersebut di atas!A. Ajaran MokshaPerenungan:“Semua yang ada ini berasal dari yang satu, setelah banyak menurut waktu, keadaan, dan tempatnya kembali menuju yang satu”.Apakah yang perlu diketahui oleh seseorang untuk dapat mewujudkan Moksha dalam hidup ini? Diskusikanlah dengan teman sekitar, dan atau orang tuamu masing-masing di saat sedang berkumpul di rumah. Buatlah catatan dari hasil diskusi yang anda lakukan, untuk dapat dipakai bahan diskusi di kelas, lakukanlah!Dalam agama Hindu, kita diajarkan Lima prinsip keyakinan yang disebut Panca Sraddha yaitu meliputi keyakinan tentang adanya Brahman, Atman, Karma Pala, Punarbhawa, dan Moksha.Gunada (2013:25) menjelaskan bahwa Panca Sraddha adalah dasar untuk mencapai tujuan kehidupan tertinggi. Kepercayaan terhadap Moksha yang menjadi tujuan puncak (paramartha) agama Hindu Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti91menegaskan bahwa Hindu senantiasa menyelaraskan antara dasar dan tujuan. Agama Hindu merumuskan empat tujuan hidup yang disebut Catur Purushàrtha, yaitu dharma (kebenaran), artha (kesejahteraan), kama (keinginan/kenikmatan duniawi), dan Moksha (kebebasan sejati). Moksha berasal dari bahasa Sanskerta, dari akar kata muc yang berarti membebaskan atau melepaskan. Moksha berarti kelepasan, kebebasan (Semadi Astra, dkk, 1982:1983). Dari pemahaman istilah, kata Moksha dapat disamakan dengan nirwana, nisreyasa atau keparamarthan. Moksha adalah alamnya Brahman yang sangat gaib dan berada di luar batas pikiran manusia. Moksha bisa disamakan dengan Nirguna Brahman. Tidak ada bahasa manusia yang dapat menjelaskan bagaimana sesungguhnya alam Moksha itu. Moksha hanya dapat dirasakan oleh orang yang dapat mencapainya. Alam Moksha bukan sesuatu yang bersifat khayal, tetapi suatu yang benar-benar ada, karena demikian dikatakan oleh ajaran kebenaran (agama). Moksha adalah kepercayaan tentang adanya kebebasan yaitu bersatunya antara Atman dengan Brahman. Moksha dapat juga disebut dengan Mukti artinya mencapai kebebasan jiwatman atau kebahagian rohani yang langgeng. Bila seseorang sudah mengalami Moksha dia akan bebas dari ikatan keduniawian, bebas dari hukum karma dan bebas dari penjelmaan kembali (reinkarnasi) serta dapat mengalami atau mewujudkan Sat, Cit, Ananda (kebenaran, kesadaran, kebahagian). Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan, Moksha: tingkatan hidup lepas dari ikatan keduniawian; kelepasan; bebas dari penjelmaan kembali (Tim, 2001:752).Adapun yang dimaksud dengan kebebasan dalam pengertian Moksha ialah terlepasnya Atman dari ikatan maya, sehingga menyatu dengan Brahman. Bagi Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“1392orang yang telah mencapai Moksha berarti mereka telah mencapai alam Sat cit ananda. Sat cit ananda berarti kebahagiaan yang tertinggi. Setiap orang pada hakikatnya dapat mencapai Moksha, asal mereka mengikuti dengan tekun jalan yang ditunjuk oleh agama. Moksha itu dapat dicapai di dunia ini artinya semasih kita hidup, dan dapat pula dicapai setelah hidup ini berakhir. Seseorang yang menyadari akan hal itu, maka yang bersangkutan akan berupaya untuk menumbuh-kembangkan dalam dirinya usaha untuk melepaskan diri yang sejati dari keterikatan itu. Upaya dan usaha melepaskan diri secara sadar inilah dapat mengantarkan manusia menuju Moksha. Ketidak-sadaran dengan keterikatan dapat menumbuhkan penderitaan yang berkepanjangan. Agama mengajarkan ada banyak usaha yang dapat ditempuh untuk mewujudkan semuanya itu. Di antara usaha-usaha itu antara lain; dengan berperilaku yang baik, berdana-punya, berYajña, dan tirthayatra. Usaha itu dapat dilakukan secara bertahap dan didasari dengan niat yang baik dan suci. Dengan demikian seseorang dapat terlepaskan dari keterikatan duniawi. Umat Hindu percaya akan dapat membebaskan dirinya (pikiran dan perasaannya) dari ikatan keduniawian, pengaruh suka dan duka yang muncul dari tri guna serta dapat mencapai kelepasan itu.Kitab suci Bhagavadgita menjelaskan sebagai berikut:“Yad¢ sattve pravåddhe tu, pralayaý y¢ti deha-bhåit, tadottama-vid¢ý lokàn, amal¢n pratipadyate”.Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti93Terjemahan:Apabila sattva berkuasa di kala penghuni-badan bertemu dengan kematian, maka ia mencapai dunia suci tempat mereka, para yang mengetahui (Bhagavadgita XIV. 14).Renungkanlah Makna sloka di atas bila ingin mencapai alam Moksha,Buatlah narasinya sesuai petunjuk Bapak/Ibu guru yang mengajar di kelasmu!Membebaskan diri dari pengaruh tri guna adalah usaha yang sangat berat, tetapi pasti dapat dilakukan dengan mendasarkan diri pada disiplin. Penghayatan dan pengamalan semua bentuk ajaran agama dalam hidup ini merupakan wujud kongkret dari pengamalan sabda Tuhan yang ada dalam pustaka suci.Lakukan pemujaan dan kerja sebagaimana mestinya guna mewujudkan bhakti kita kepada Tuhan. Tanamkanlah keyakinan pada diri kita bahwa segala sesuatu berawal dan berakhir pada Tuhan. Segala sesuatu tidak mungkin akan terjadi tanpa Beliau berperan di dalamnya. Setiap makhluk akan dapat mencapai Moksha, hanya saja proses yang dilalui satu sama lain berbeda. Ada yang cepat dan ada pula yang lambat dan sebagainya. Bila seseorang dapat mengurangi sifat egoisnya terhadap sesuatu dan mengarahkan pikiran dan perasaannya pada Tuhan/Ida Sang Hyang Widhi, maka secara perlahan-lahan dan pasti dapat menyatu dengan Brahman. Renungkan dan laksanakanlah makna sloka berikut ini dengan baik.Sattvaý sukhe sañjayati, rajaá karmani bh¢rata, Next >