< PreviousKelas XI SMA/SMK Kurikulum“13224Terjemahannya:“Wahai, Sang Ràma turunan Raghu, jangan berbuat kejam kepada hamba, hamba adalah Jatayu, tiada lain. Hamba mengetahui Tuanku pasti mencari Dewi Sita” (Kw. R¢m¢yana Sargah VI.67).Nã ling nirang mahãpaksi,Manémbah Sang Raghóttama,Sirang Jatãyu kãrunya,Mitra kãsih nirang bapa.Terjemahannya:Demikianlah penjelasan Sang Jatayu, menghormatlah Sang Ràma, beliau sangat kasihan melihat Sang Jatayu, Jatayu adalah sahabat kesayangan ayahnya (Kw. R¢m¢yana Sargah VI.68).L¢wan j¢ti nikang wyamoha tumémung bhog¢ wéro y¢lupaTan weruh ring manganugrahé ya mahiwang sakténg nginak kéwala,Ndan lotatya naréndra ri nghulun apan módati mód¢dharma,Sangké pét naran¢tha hétu ni tutur ning móda yékin téka.Terjemahannya:Dan sesungguhnya si bodoh waktu memperoleh kenikmatan pasti ia mabuk dan lupa, tidak ingat lagi kepada yang memberikan kenikmatan berbuat salah sangat lengket kepada kenikmatan semata, tetapi Tuanku harap bersabar terhadap Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti225perbuatan hamba yang teramat bodoh dan hina dina, dari usaha Tuankulah yang menyebabkan si bodoh baru ingat dan kini ia dating menghadap (Kw. R¢m¢yana Sargah VII.46).Demikianlah penjelasan Sang Sugriwa, sembari memohon ampun kehadapan Úri R¢ma sebagai jungjungannya. Sebagai sahabat yang sejati Úri R¢ma dapat menerima dan gembira mendengar permohonan maaf dan kesediannya sebagai sahabat yang sejati.Kepahlawanan; Úri R¢ma sebagai putra Raghu, kesatria pemberani selalu tampil dalam membela kebenaran yang sejati. Dalam mengadapi musuh-musuhnya yang ingin merusak kedamaian negara dan kerajaannya, Ia selalu tampil dengan sifat dan sikap gagah berani, pantang menyerah di hadapan musuhnya. Sebagai seorang kesatrya sejati Úri R¢ma tidak pernah mundur dalam menegakan Dharma negara. Beliau rela mengorbankan jiwa dan raganya demi keutuhan wilayah negaranya. Demikian juga sifat dan sikap kesatrya sejati tersebut di tunjukkan oleh adiknya, Pangeran Laksamana dan Wibhisana. Wibhisana sebagai seorang kesatrya sejati yang cerdas dan mempuni di bidang perang dengan anak panahnya dengan sangat mudah dapat menggempur Gambar : 4.4 Ràma Sita – Laksamana - WibhisanaSumber ; http://unikahidha.ub.ac.id (11-7-2012)Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13226musuh-musuhnya ikut bersama R¢m¢ mempertahankan negara dari rongrongan musuhnya yakni Ràwana. Úri R¢ma dan Pangeran Laksamana dan Wibhisana adalah putra ayodhya yang cerdas, pintar, cekatan dan trampil dalam bela negara. Ketiga Pangeran (Úri R¢ma, Laksamana dan Wibhisana) tampil dimedan pertempuran dengan sikap kesatrya sejati abdi kerajaan. Berikut ini adalah sloka ajaran bhakti sejati dalam kekawin R¢m¢yana:Ikanang dhanurdhana kabéh,kapwa ya bhakti ri sira pranata matwang,kadi mawwata yasã lanã,rópa nya nagÛng ta kîrttinira.Terjemahannya:Prajurit panah itu semua, semuanya bakti, tunduk, hormat kepada Baginda, seperti akan mempersembahkan jasa selalu, tampaklah besar jasa-jasa mereka itu (Kw. R¢m¢yana Sargah I.8).Tatk¢l¢n kadi k¢lamrétyu sakal¢tyanteng galak yar pamuk,Yek¢ngsÛ nira sang raghóttama tumót sang laksman¢ngimbangi,lawan Sang Gunaw¢n Wibh¢sana pad¢ méntang laras nirbhaya,rangkép ring guna agra ning kekawihan agréng kawìran sira.Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti227Terjemahannya:Tatkala Sang R¢wana bagaikan Dewa Maut, mengamuk dengan perkasa, pada saat itu Sang R¢ma dan Sang Laksamana maju ke depan menandingi, dan Sang Wibis¢na yang arif-bijaksana turut membidikkan panah tidak merasa gentar, sempurna dalam hal kesaktian serta keperkasaan sangat utama (Kw. R¢m¢yana, XXIV.1).Wulatta rikanang manéwita kabéh waték séwaka,Guna nya kalawan asih nya matuhan ik¢ tinghali,Suúìla asgunabhakti yadi tan sujanm¢ tuwi,Sayogya pahayun nik¢ nguni-nguni sujanm¢lapén.Terjemahannya:Perhatikanlah semua yang mengabdi terutama hamba sahaya! Kebajikan dan kasih sayangnya bertuan perhatikanlah! Susila, baik budhi, amat bhakti meski bukan orang bangsawan sekalipun, haruslah dihormati apalagi orang bangsawan patut dimanfaatkan (Kw. R¢m¢yana Sargah III.72).Demikianlah R¢ma memimpin negara (kerajaannya) sebagai kesatrya yang tangguh selalu mengupayakan keamanan, kesejahtraan, dan kedamaian negara dan bangsanya. Semuanya itu dilaksanakan sebagai kesatrya sejati guna mewujudkan bhakti sejatinya untuk negara dan bangsa yang dipimpinnya.Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13228Persatuan: Rama selalu bersatu dalam membela kebenaran yang sejatiAjaran Bhakti Sejati Persatuan; R¢m¢ selalu mengutamakan persatuan dalam membela kebenaran untuk mempertahankan Negera dan membela rakyat yang dipimpinnya selalu mengutamakan persatuan sebagai tertulis dalam bait sloka R¢m¢yanaIII.XXIV.2 adalah Rama sebagai seorang raja gagah berani dalam mengadapi musuh-musuhnya yang ingin merusak kerajaannya dengan sifat dan sikap bersatu, pantang menyerah dihadapan musuhnya. Sebagai seorang pemersatu sejati Rama tidak pernah mundur dalam menegakan Dharma negara. Rama rela mengorbankan jiwa dan raganya demi keutuhan wilayah negara yang dipimpinnya. Demikian juga sifat dan sikap persatuan sejati tersebut di tunjukkan oleh adiknya, Pangeran Wibhisana. Wibhisana sebagai seorang kesatrya sejati yang cerdas dan mempuni di bidang perang dengan anak panahnya dengan sangat mudah dapat menggempur musuh-musuhnya ikut bersama Rama mempertahankan negaranya dari rongrongan musuhnya yakni Rahwana. Rama dan Pangeran Wibhisana adalah putra Ayodhya yang cerdas, pintar, cekatan dan terampil dalam bela negara. Kedua Pangeran (Rama dan Wibhisana) tampil di medan pertempuran dengan sikap persatuan yang sejati abdi kerajaan.N¢ tojar nira niscayanglépasakén tékang lipung tan luput, limpad pyah nirang¢ryya Laksmana tib¢ tibr¢nangis tang kaka, as¢só sira sang kapindra kapégan [n] ambék nikang wré kabéh, n-ton Sang Laksmana mórcitangésah asih sang siddha mungguwing langit. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti229Terjemahannya:Demikianlah Sang Ràwana menantang sangat yakin lalu melepaskan senjata konta tepat mengenai sasaran. Tembus lambung Sang Laksamana lalu jatuh menderita luka parah, Sang Ràma akhirnya menangis, Sang Sugriwa menjerit kesedihan dan pasukan kera itu terperenyak kesedihan (Kw. R¢m¢yana, XXIV.9). Melaksanaan ajaran Dharma; Manusia mempunyai tujuan hidup yang sama yakni untuk menciptakan keamanan, ketenangan, dan kedamaian. Apabila seseorang selalu ingin memperlihatkan kemewahan dan memamerkan harta kekayaannya, berarti mereka berbuat yang tidak sesuai dengan ajaran agama. Dharma mengajarkan hidup sederhana, artinya kita tidak membenarkan bersikap berlebihan, kita harus menghormati dan mensyukuri apa adanya. Melaksanakan Dharma berarti orang yang bersangkutan dituntut untuk mampu menyerasikan hidup dengan masyarakat sekitarnya. Dalam kehidupan berkeluarga hendaknya selalu menumbuhkan keinginan untuk hidup serasi, selaras, dan seimbang sehingga tercapai kebahagiaan. Oleh karena itu, dalam menggunakan sesuatu yang menjadi milik kita, kita harus benar-benar menerapkan azas tepat guna dan bermanfaat serta tidak menimbulkan gejolak bagi orang lain.Manusia memiliki hak untuk dihormati dan berkewajiban menghormati sesamanya. Dalam mempertahankan kehidupannya manusia senantiasa berusaha untuk memenuhi kebutuhannya. Pemenuhan kebutuhan yang dimaksud adalah kebutuhan yang bersifat jasmani dan yang bersifat rohani. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut hendaknya kita berusaha memenuhinya secara bersama-sama sehingga tercipta keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hidup Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13230dengan masyarakat sekitarnya. Sikap dan perilaku seperti ini sangat menunjang tercapainya suatu kebahagiaan hidup. Pemenuhan kebutuhan hidup hendaknya menyesuaikan diri dengan kemampuan materiil maupun spiritual yang dimiliki. Meskipun demikian, bukan berarti kita harus berserah diri kepada keadaan, namun hendaknya selalu berusaha dan berupaya untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai kehidupan yang lebih baik sebagai wujud bhakti sejati. Berikut ini adalah beberapa sloka dalam R¢m¢yana yang bernafaskan ajaran Dharma sebagai wujud bhakti sejati dengan sesamanya;Úéûa mahàrûi mamuja,purnnahuti dibya pathyagandharasa,ya ta pinangan kinabéhan,dé nira déwì mahàràja.Terjemahannya:Sisa sang maharsi memuja; sajen-sajen yang lengkap, utama, enak, harum dan lezat, itulah yang disantap bersama-sama, oleh Permaisuri Baginda Raja (Kw. R¢m¢yana Sargah I.31).Hé n¢tha sang nrépati sura mah¢prabh¢wa,Dharm¢rtha k¢ma gawayén tuwi dé naréndra,Mitra Hyang Indra kita déwata tulya s¢ks¢t,Bh¢gyan témén kami daténg naran¢tha mangké.Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti231Terjemahannya:Wahai Raja yang pemberani dan amat perkasa, dharma, artha, kama itulah telah Tuan laksanakan, sahabat Hyang Indra Tuanku, nyata-nyata Tuanku sebagai dewata, bahagia sekali kami, Tuanku telah datang kemari (Kw. R¢m¢yana Sargah II.62).Nahan ta guna sang rum¢kûéng jagat,Ginorawa lanà ginoûþiniwö,Ya tótana ya tó maóik tékana,ulah maséséran ya sésran magöng.Terjemahannya:Demikian keutamaan seorang raja yang mengendalikan negara, selalu dimusyawarahkan dan dipatuhi penerapannya, patut diturut karena merupakan kalung permata, perilaku Adinda rajin memperhatikan keadaan masyarakat bagaikan cincin utama (Kw. R¢m¢yana, XXIV.61).Tingkah laku yang baik selalu diupayakan oleh Úri R¢ma beserta keluarganya selama memimpin negara (kerajaannya) sebagai wujud melaksanakan ajaran Dharma sejati dalam mengupayakan keamanan, kesejahteraan, dan kedamaian negara dan bangsanya. Semuanya itu dilaksanakan sebagai pengamalan dharma sejati guna mewujudkan bhakti sejatinya untuk negara dan bangsa yang dipimpinnya.Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13232Kasih sayang: Rama selalu bersikap kasih sayang dalam membela kebenaran yang sejati.Ajaran Bhakti Sejati Kasih sayang; R¢m¢ selalu mengutamakan Kasih sayang dalam membela kebenaran untuk mempertahankan negara dan membela rakyat yang dipimpinnya selalu mengutamakan Kasih sayang sebagai tertulis dalam bait sloka R¢m¢yana III.XXIV.9 adalah adalah Rama sebagai seorang raja gagah berani dalam mengadapi musuh-musuhnya yang ingin merusak kerajaannya dengan sifat dan sikap bersatu, pantang menyerah di hadapan musuhnya. Sebagai seorang bersikap kasih sayang sejati Rama tidak pernah mundur dalam menegakan Dharma negara. Rama rela mengorbankan jiwa dan raganya demi keutuhan wilayah Negara yang dipimpinnya. Demikian juga sifat dan sikap Kasih sayang sejati tersebut di tunjukkan oleh adiknya, Pangeran Wibhisana, Sang Laksamana, Sang Sugriwa, dan Para Sidha. Wibhisana sebagai seorang kesatryasejati yang cerdas dan mempuni dibidang perang dengan anak panahnya dengan sangat mudah dapat menggempur musuh-usuhnya ikut bersama Rama mempertahankan egaranya dari rongrongan musuhnya yakni Rahwana. Rama dan Pangeran Wibhisana adalah putra ayodhya yang cerdas, pintar, cekatan dan terampil dalam bela negara. Kedua Pangeran (Rama dan Wibhisana) tampil di medan pertempuran dengan sikap kasih sayang yang sejati abdi kerajaan.Prajñ¢ sang kinawih Wibhisana wawang pundut ta sang Laksmana, mundur mór sakaréng waték ta ikanang konta r-alap ng osadhi, pöh ikang kani nirwik¢ra mabangun Sang l¢ksman¢nganjali, sakwéh sang manangis mingis mari maruk manghruk waték ¢nara. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti233Terjemahaannya:Sang Wibhisana sangat arif bijaksana segera mengusung Sang Laksmana, mundur menjauh sejenak dicabut senjata lembing yang tertancap lalu mengembil obat, ditetesi luka beliau sembuh tanpa bekas Sang Laksamana bangkit lalu bersujud, semua yang tadinya sedih lalu tersenyum hilang sedihnya lalu pasukan kera itu bersorak (Kw. R¢m¢yana, XXIV.10).Perjalanan spiritual berlandaskan catur purus¢rtha; Sebagai manusia beragama wajib hukumnya memiliki sifat, sikap, dan penampilan yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Menampilkan diri yang baik sebagai umat beragama yang percaya dengan adanya Ida Sang Hyang Widhi/Tuhan Yang Maha Esa dalam kehidupan sehari-hari dapat dilakukan dengan bersyukhur, bersikap sederhana, cerdas, arif, bijaksana, dan kreatif.Umat manusia tidak dapat menghitung secara pasti berapa banyak anugrah dan nikmat yang dilimpahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa terhadap dirinya. Oleh karena itu, kita wajib mensyukhurinya. Penampilan mensyukhuri anugrah-Nya dalam kehidupan sehari-hari dapat kita dilakukan dengan cara; menjunjung tinggi kejujuran, kebenaran dan keadilan, melaksanakan amanat Tuhan Yang Maha Esa dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, menjauhi larangan–Nya seperti; angkuh, sombong, mabuk, mempitnah, menipu, menyiksa, bermusuhan, berkelahi, menghina dan lain-lain sikap yang tak terpuji.Menjadi insan yang religius hendaknya senantiasa mau dan mampu menampilkan diri untuk selalu; membiasakan diri bersikap, berucap, dan berbuat yang baik sesuai kaidah-kaidah agama, berbhakti dan taat kepada orang tua, Next >