< PreviousKelas XI SMA/SMK Kurikulum“13234guru, dan orang yang lebih tua atau dituakan, menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, menjaga kebersihan lingkungan sekitar yang indah dan menarik, dan mendharma-bhaktikan diri kepada umat yang memerlukan. Dengan demikian hidup sejahtra dan bahagia sesuai ajaran bhakti sejati dalam R¢m¢yana dapat diwujudkan. Berikut ini adalah beberapa sloka dalam R¢m¢yana yang bernafaskan spiritual berlandaskan catur purusartha yang berhubungan dengan ajaran bhakti sejati antara lain;Ikana kunang dona mami,Mamalakwa rinàksà dé mahàràja,Hana sanghulun mayajña,Ndanyà lila ràkûasà mighné.Terjemahannya:Inilah yang menjadi tujuan kami, hendak mohon agar dijaga oleh tuanku raja, waktu kami melangsungkan korban; ya, dengan bebas raksasa-raksasa menimbulkan bencana (Kw. R¢m¢yana Sargah I.43).Tatkàla yar téka rikang patapan mahàrûi,Sakwéh nirang wiku tapaswi kabéh manungsung,Airúànti puspa phalamula suggandha dhópa,Lén wwah séréh wway ininum panamuy mahàrûi.Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti235Terjemahannya:Tatkala beliau tiba di pertapaan sang maharsi, segenap wiku pertapa semuanya menyambut, air pujaan, kembang, buah-buahan, akar-akaran, harum-haruman, dupa, dan pinang, sirih serta air minum jamuan sang maharsi (Kw. R¢m¢yana Sargah II.20).Kramakàla siràrahup masandhyà,Majapàngarccana kapwa bhakti satya,Brata sang prabhu mréddhyakén prabhàwa,Saparan sélwana bhakti mukya mólya.Terjemahannya:Tiba saatnya mereka berkemas-kemas mandi dan kemudian mengucapkan Tri Sandhya, beliau bersama-sama mendoakan dan memuja dengan setia bhakti, kewajiban seorang raja adalah mengembangkan wibawanya, kemanapun ikut serta karena ketaatan yang diutamakan (Kw. R¢m¢yana Sargah XXIV.239).Mangkas-mangkas angadég ta siràdan,Dampatì nrépati Ràghawa Sìtà,Úrì Janàrddana katon sira sàkûàt,tulya Kàma Rati ratna nikang ràt.Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13236Terjemahannya:Beliau bergegas berdiri dan berkemas, baginda Raja Ràma dan Dewi Úità sebagai suami istri, bagaikan Dewi Sri dan Hyang Wisnu menampakkan diri, tidak beda dengan Dewa Asmara dan Dewi Ratih laksana permata dunia (Kw. R¢m¢yana Sargah XXIV.240).Tuhu sidda wàkya wiku tan papada,Panda panditàsing aparö ri siraTuwi satwa satya mamicàra kécék,Syung asangghaning pangajaran [n] ajaran.Terjemahannya:Sungguh-sungguh setia ucapan sang wiku terwujud tidak ada yang menyamai, setiap yang mendekat pada beliau menjadi arif, walaupun binatang juga setia melaksanakan ajaran agama, burung tiung berkumpul di asrama untuk mempelajari ilmu pengetahuan (Kw. R¢m¢yana Sargah XXV.16).Kimutang mahàtma tapa tàpa cutul,Úuci céþþa-céþþa ucapan ringa aji,Aji ning héning hana hénéng ginégö,Apawargga màrgga mapagéh ginénéng.Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti237Terjemahannya:Apalagi mereka yang sudah berusia lanjut sengaja menyiapkan diri untuk bertapa, berhati suci dan menghayati ajaran agama, melaksanakan ilmu kesucian dan ada juga tengah melaksanakan yoga pantang bicara, jalan menuju alam gaib yang mereka tekuni (Kw. R¢m¢yana Sargah XXV.17).Tuhu tarkka tang [ng] atatatattwa humung,Macéngil cumodyasijalak agalak,Paða niscayéng aji winiúcaya ya,Kumapak [k] a pakûi nika pakûa nikà.Terjemahannya:Sungguh pantas burung kakaktua itu riuh berceritra, bertengkar mencela burung jalak yang galak, sama-sama meyakini ilmu pengetahuan yang dianutnya, galak sekali ketika ditentang pendapatnya (Kw. R¢m¢yana Sargah XXV.18).Jaya paraméúwaràtiúaya úakti natha nikanang jagattraya kita,Pranata hatingku nitya ri sukunta tàtan alupà lanà matutura,Ikana phalà ni bhakti ni hatingku ràt yata tumóta bhaktya ri kita,Kalawan iking subhàûita kathà sabhàkéna réngön rasa nya subhaga. Terjemahannya:“Tuanku telah berhasil dan berkuasa penuh sebagai pemimpin tiga dunia, hamba senantiasa bersembah sujud kehadapan duli Tuanku yang selalu hamba Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13238ingatkan dan tidak pernah hamba abaikan, padahal sujud sembah hamba itu semoga menjadi panutan rakyat setia bhakti kehadapan Tuanku”, dan ceritra yang engandun ajaran utama dalam bentuk kekawin ini wajar disebar luaskan dan didengarkanlah inti sarinya yang sangat masyhur (Kw. R¢m¢yana Sargah XXVI.49).Bantu-membantu: Rama selalu bersatu dalam membela kebenaran yang sejatiAjaran Bhakti Sejati Bantu-membantu; R¢m¢ selalu mengutamakan kebersamaan dalam membela kebenaran untuk mempertahankan Negara dan membela rakyat yang dipimpinnya selalu mengutamakan kebersamaan sebagai tertulis dalam bait sloka Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13 | 134R¢m¢yana III.XXIV.10 adalah Rama sebagai seorang raja mengutamakan kebersamaan dalam mengadapi musuh-musuhnya yang ingin merusak kerajaannya dengan sifat dan sikap kebersamaan, pantang menyerah di hadapan musuhnya. Sebagai seorang mengutamakan kerja sama Rama tidak pernah mundur dalam menegakkan Dharma negara. Rama rela mengorbankan jiwa dan raganya demi keutuhan wilayah negara yang dipimpinnya. Demikian juga sifat dan sikap kebersamaan sejati tersebut di tunjukkan oleh adiknya, Pangeran Wibhisana, bersama Sang Laksamana. Wibhisana sebagai seorang penolong sejati yang cerdas dan mempuni di bidang perang dan pengobatan dengan lembingnya dengan sangat mudah dapat menggempur musuh-usuhnya ikut bersama Rama mempertahankan negaranya dari rongrongan musuhnya yakni Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti239Rahwana. Rama dan Pangeran Wibhisana, Sang Laksmana adalah putra ayodhya yang cerdas, pintar, cekatan dan trampil dalam bela Negara. Ketiga Pangeran (Rama dan Wibhisana, Laksamana) tampil di medan pertempuran dengan sikap kebersamaan yang sejati abdi kerajaan.Sloka-sloka kitab Ramayana yang berhubungan dengan ajaran bhakti sejati yang tersurat diatas hanya baru sebagian kecil dari jumlahnya sebanyak 24.000 stanza. Selanjutnya masih banyak yang perlu digali lebih jauh untuk pembelajaran pembentukan sifat dan sikap yang berhubungan dengan ajaran bhakti sejati untuk dipedomani oleh umat sedharma.Uji Kompetensi:1. Setelah mengamati dan memahami teks di atas apakah yang Anda ketahui sehubungan dengan sloka-sloka ajaran bhakti sejati dalam Kitab Ramayana? Jelaskanlah.2. Apakah yang Anda ketahui terkait dengan penerapan ajaran bhakti sejati dalam agama Hindu berdasarkan sloka-sloka yang terdapat dalam Kitab Ramayana? Jelaskanlah!3. Amatilah lingkungan sekitar Anda sehubungan dengan orang-orang yang dipandang dalam memuja Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi dengan mengikuti jalan bhakti sejati yang terdapat dalam Kitab Ramayana, buatlah catatan seperlunya dan diskusikanlah dengan orang tua-mu! Apakah yang terjadi? Buatlah narasinya 1-3 halaman diketik dengan huruf Times New Roman-12, spasi 1,5 cm, ukuran kertas kwarto; 4-3-3-4; Lakukanlah!Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13240D. Bentuk Penerapan Bhakti Sejati dalam KehidupanPerenungan:“Satyaý båhad åtam ugra dikûàtapo brahma yajñaá påthiviý dharayanti, sà no bhùtasya bhavyasya patni uruý lokam påthivi naá kånotu.Terjemahan:‘Kebenaran/kejujuran yang agung, hukum-hukum alam yang tidak bisa diubah, pengabdian diri, tapa (pengekangan diri), pengetahuan dan persembahan (yajna) yang menopang bumi, Bumi senantiasa melindungi kita, semoga di (bumi) menyediakan ruangan yang luas untuk kita’ (Atharvaveda XII.1.1).Kesadaran yang dilakukan oleh umat sedharma secara arif dan bijaksana sesuai dengan aturan; keimanan, kebajikan, acara keagamaan dan aturan etika serta moralitas yang berlaku umum kehadapan Tuhan Yang Maha Esa “Sewaka Dharma” ini sangat dibutuhkan dewasa ini. Karena perkembangan dan kemajuan jaman “era global” telah mampu mengubah paradigma seseorang secara cepat. Sangat berbahaya untuk perkembangan moral umat, apabila yang bersangkutan belum mempersiapkan dirinya secara total untuk menghadapi era itu. Tidak sedikit di antara mereka gagal untuk itu, hal ini dapat dipadukan dengan perilaku nekat, jahat, dan anarkis dari mereka yang semakin berkembang belakangan ini. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti241Memberikan pujian dan juga penghargaan kepada mereka yang terkontaminasi oleh pengaruh negatif era globalisasi ini sering gagal, karena orang yang kita puji mungkin merasa “rendah” ketika mereka gagal, tidak melakukan seseuai dengan harapan, atau ketika mereka melakukan hal-hal di luar kekuatan mereka. Dalam hal ini, orang yang kita puji cenderung mempertanyakan nilai kualitas diri mereka. Oleh karena itu, perlu selektif sehingga apa yang dilakukan tepat guna. Bahkan terkadang mereka mungkin mempertanyakan apakah kita akan terus mencintai, mengasihi, menyayangi, bangga, dan sebagainya dengan mereka. Penting bagi kita untuk memvalidasi dan memuji orang dengan kesadaran Sewaka Dharma sehingga pujian yang dilontarkan atau diucapkan penuh dengan pertimbangan atau wiweka dari olah rasa, olah pikir, olah kata, dan olah laku sehingga Sewaka Dharma itu dapat berkontribusi positif terhadap pembentukan tubuh atau fisik dan rohani masyarakat manusia secara utuh dan menyeluruh. Bentuk-bentuk penerapan ajaran Nawa Widha Bhakti yang bagaimana penting dilaksanakan sehingga Sewaka Dharma dalam proses perjalanannya dapat membantu membentuk karakter atau kepribadian anak bangsa ini menjadi berkualitas, berkepribadian, mawas diri, berbesar hati, membuka diri, dan berbagi, santun, ramah, arif dan bijaksana, toleran, memiliki cinta kasih sayang, harmonis.Berikut ini dapat dipaparkan bentuk-bentuk penerapan ajaran bhakti sujati, sebagai berikut;Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“13242a. Mendengarkan Sesuatu dengan Baik “Srawanam”Arah gerak vertikal dari bhakti adalah umat mau dan mampu mendengar.Dalam hal ini masyarakat hendaknya meyakini dan mendengarkan sabda-sabda suci dari Tuhan baik yang tersurat maupun tersirat dalam kitab suci atau aturan-aturan keimanan, aturan kebajikan dan aturan upacara. Tetapi penomena arah gerak vertikal dari bhakti untuk mendengar, yang kita jumpai di tengah-tengah kehidupan dan lingkungan keluarga serta masyarakat tidak sedikit di antara mereka yang tidak mau mendengarkan sabda-sabda suci atau aturan-aturan keimanan, aturan kebajikan dan aturan upacara keberagamaan. Kenyataan ini diperkuat oleh fakta lapangan, seperti; apabila ada orang yang mewartakan tentang ajaran kebajikan, kebenaran, kesucian, dan lain-lain tentang sabda suci Tuhan justru yang terjadi malah ketidak pedulian, pelecehan, atau dengan kata lain respon yang muncul menunjukan ketidak tertarikan dengan pewartaan itu. Contoh kecil saja; di sebagian banyak orang tidak mau mendengar atau bahkan mengantuk apabila ada ceramah-ceramah agama baik itu di tempat-tempat suci atau pewartaan melalui media cetak dan eletronik yang lain. Tetapi kalau ada pewartaan/tayangan sinetron tentang gosip, fitnah, kekerasan, diskriminasi, dan yang lainnya justru menjadi sebuah konsumsi bagaikan seorang pecandu. Sedangkan arah gerak horizontal, bhakti untuk mendengar ini hendaknya masyarakat dalam hidup dan kehidupannya selalu menanamkan rasa bhakti untuk mau belajar mendengarkan nasihat dan menghormati pendapat orang lain serta belajar untuk menyimak atau mendengarkan pewartaan tentang sesamanya dan lingkungannya. Tetapi penomena yang sering terjadi tidak sedikit juga masyarakat kita yang tidak peduli dan tidak belajar serta menghormati nasehat Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti243dan pendapat orang lain, serta tidak peduli dan tidak mau belajar untuk menyimak berita-berita tentang tragedi kemanusiaan dan kerusakan lingkungan. Padahal dalam hidup ini untuk mewujudkan cita-cita atau visi-misi hidup hendaknya dimulai dengan adanya kemauan dan kesadaran untuk mendengar. Pengetahuan, pemahaman dan pendalaman tentang berbagai hal hasil dari mendengar dapat dijadikan konsep dasar untuk menata hidup dan kehidupan di dunia ini yang kemudian ditindaklanjuti dengan berupaya untuk berbuat atau mencari solusi yang terbaik dalam mengambil sebuah tindakan akan kemanusiaan/sesama dan lingkungan. Contoh; di lingkungan keluarga antara anggota keluarga semestinya selalu menanamkan sifat dan rasa bhakti untuk selalu saling mendengar baik antara saodaranya, suami dan istri, antara orang tua dan anak. Mereka hendaknya selalu membangun komunikasi aktif sehingga dapat mengurangi terjadinya miskomunikasi di antara anggota keluarga. Sifat dan sikap ini akan dapat menumbuhkan karakter Ketuhanan di lingkungan keluarga itu, seperti; sifat, sikap dan karakter saling hormat-menghormati, sujud, cinta kasih sayang, pengabdian, pelayanan, berfikir yang baik dan suci, berkata yang baik dan suci, berbuat yang baik dan suci serta teguh dalam melaksanakan disiplin spiritual. Sifat dan sikap individu seperti itu akan dapat dijadikan sebagai modal sosial untuk menciptakan kesalehan dan keharmonisan sosial antara keluarga, antar sesama anggota masyarakat. Sifat, sikap dan karakter individu yang selalu belajar untuk membuka diri mendengar nasihat, pendapat orang lain atau apa yang diwacanakan orang lain adalah sebuah sifat, sikap dan karakter insklusif yaitu sebuah sifat, sikap dan karakter membuka diri secara tulus ikhlas untuk mau mendengarkan kebenaran dari Next >