< PreviousKelas XI SMA/SMK Kurikulum“1334menjadi orang yang baik, menjadi orang yang harmonis dan damai. Berbicara tentang Yoga sebenarnya sama dengan kita menapak suatu jalan yang sangat panjang, secara garis besar Yoga itu dibagi menjadi empat fase, antara lain:1. Bhakti Yoga: berpangkal pada rasa cinta kasih.Ida Sang Hyang Widhi menciptakan manusia lengkap dengan unsur rasa yang dimilikinya. Rasa juga tidak kalah pentingnya dalam kehidupan ini, terutama karena manusia hidup diantara manusia dan mahluk hidup lainnya. Untuk menjaga keharmonisan hubungan inilah rasa cinta kasih menjadi tali pengikat, menjadi benang merah yang merajut dan membentuk sebuah rajutan kehidupan yang indah dan mempesona. Rasa membuat kehidupan ini berdenyut dan rasa membuat manusia mampu menikmati kehidupan ini. Jalan Bhakti Yoga menekankan para pengikut ajaran bhakti memuja Ida Sang Hyang Widhi dengan tulus ikhlas dan bersahabat dengan sesama ciptaan-Nya dengan rasa cinta kasih yang mendalam.2. Karma Yoga: berpangkal pada karma/kerja.Ciri kehidupan ini adalah adanya aktivitas atau kerja. Bila seseorang ingin hidup yang bersangkutan mesti bekerja untuk mendapatkan makanan, minuman, tempat tinggal, pakaian, uang dan segala kebutuhan hidup lainnya. Bekerja dapat menjadi jalan untuk mencapai pencerahan diri, bilamana seseorang mampu mewujudkan kerja tanpa pamrih, ihklas dan tulus. Jalan kerja tanpa pamrih inilah inti dari Karma Yoga.Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti353. Jnana Yoga: berpangkal pada logika dan atau pengetahuan.Kewajiban kita hidup adalah selalu belajar untuk meningkatkan pengetahuan guna menyempurnakan hidup. Adakah aktivitas di dunia ini tanpa membutuhkan pengetahuan? Pengetahuan membuat orang yang kegelapan menjadi terang. Setiap pekerjaan sebenarnya membutuhkan pengetahuan tersendiri yang mesti dipahami dengan baik. Menjadi profesional di salah satu bidang pekerjaan menuntut kita untuk memahami pengetahuan di bidang tersebut. Oleh karenanya, pengetahuan itu sangat penting dalam kehidupan ini. Bila kita ingin mengembangkan diri meningkatkan anugerah Tuhan/Ida Sang Hyang Widhi yang dimiliki oleh manusia berupa pikiran dan kecerdasan harus selalu belajar. Jnana Yoga menekankan pada pengetahuan yang suci dan yang bermanfaat untuk hidup dan kehidupan ini.4. Raja Yoga: berpangkal pada Pengendalian diri dan konsentrasi.Untuk mendapatkan hasil yang optimal pada kerja logika, rasa dan aktivitas atau karma, diperlukan pengendalian diri dan konsentrasi yang tinggi. Manusia juga terlahir membawa sifat-sifat marah, keinginan, iri hati, mabuk, bingung dan loba. Ke-enam unsur ini (sad ripu) dapat mengacaukan sistem kerja manusia. Panca Indra, sex, dan pikiran manusia yang tak terkendali seringkali bisa menjadi tembok penghalang kesuksesannya.Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“1336Renungkanlah sloka berikut ini:Na karmaᒤ¢m an¢rambh¢n naiᒲkarmyaᒡ puruᒲo ’ᒱnute,na ca saᒡnyasan¢d eva siddhiᒡ samadhigacchati.terjemahannya:Tanpa kerja orang tak akan mencapai kebebasan, demikian juga ia tak akan mencapai kesempurnaan karena menghindari kegiatan kerja (BG. III.4).Secara umum, konsep etika dalam Yoga termasuk dalam latihan yama dan niyama, yaitu disiplin moral dan disiplin diri. Aturan-aturan yang ada dalam yama dan niyama, juga berfungsi sebagai kontrol sosial dalam mengatur moral manusia. Dalam buku Tattwa Darsana, menjelaskan bahwa etika dalam Yoga adalah sebagai berikut; dalam Samadhi, seorang Yogi memasuki ketenangan tertinggi yang tidak tersentuh oleh suara-suara yang tak henti-hentinya, yang berasal dari luar dan pikiran kehilangan fungsinya, di mana indera-indera terserap ke dalam pikiran. Apabila semua perubahan pikiran terkendalikan, si pengamat atau Purusa, terhenti dalam dirinya sendiri. Keadaan semacam ini di dalam Yoga-Sutra Patanjali disebut sebagai Svarupa Avasthanam (kedudukan dalam diri seseorang yang sesungguhnya). Dalam filsafat Yoga, dijelaskan bahwa Yoga berarti penghentian kegoncangan-kegoncangan pikiran. Ada lima keadaan pikiran itu. Keadaaan Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti37pikiran itu dipengaruhi oleh intensitas sattwa, rajas dan tamas. Kelima keadaaan pikiran itu adalah: 1. Ksipta artinya tidak diam-diam. Dalam keadaan pikiran itu diombang-ambingkan oleh rajas dan tamas, dan ditarik-tarik oleh objek indriya dan sarana-sarana untuk mencapainya, pikiran melompat-lompat dari satu objek ke objek yang lain tanpa terhenti pada satu objek.2. Mudha artinya lamban dan malas. Gerak lamban dan malas ini disebabkan oleh pengaruh tamas yang menguasai alam pikiran. Akibatnya orang yang alam pikirannya demikian cenderung bodoh, senang tidur dan sebagainya.3. Wiksipta artinya bingung, kacau. Hal ini disebabkan oleh pengaruh rajas. Karena pengaruh ini, pikiran mampu mewujudkan semua objek dan mengarahkannya pada kebajikan, pengetahuan, dan sebagainya. Ini merupakan tahap pemusatan pikiran pada suatu objek, namun sifatnya sementara, sebab akan disusul lagi oleh kekuatan pikiran.4. Ekarga artinya terpusat. Di sini, Citta terhapus dari cemarnya rajas sehingga sattva-lah yang menguasai pikiran. Ini merupakan awal pemusatan pikiran pada suatu objek yang memungkinkan ia mengetahui alamnya yang sejati sebagai persiapan untuk menghentikan perubahan-perubahan pikiran.5. Niruddha artinya terkendali. Dalam tahap ini, berhentilah semua kegiatan pikiran, hanya ketenanganlah yang ada. Ekagra dan Niruddha merupakan persiapan dan bantuan untuk mencapai tujuan akhir, yaitu kelepasan. Ekagra bila dapat berlangsung terus-menerus, maka disebut samprajna-Yoga atau meditasi yang dalam, yang padanya ada perenungan kesadaran akan suatu objek yang terang. Tingkatan Niruddha juga disebut asaniprajnata-Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“1338Yoga, karena semua perubahan dan kegoncangan pikiran terhenti, tiada satu pun diketahui oleh pikiran lagi. Dalam keadaan demikian, tidak ada riak-riak gelombang kecil sekali pun dalam permukaan alam pikiran atau Citta itu. Inilah yang dinamakan orang Samadhi Yoga. Ada empat macam samparJnana-Yoga menurut jenis objek renungannya. Keempat jenis itu adalah:a. Sawitarka ialah apabila pikiran dipusatkan pada suatu objek benda kasar seperti arca dewa atau dewi.b. Sawicara ialah bila pikiran dipusatkan pada objek yang halus yang tidak nyata seperti tanmantra.c. Sananda ialah bila pikiran dipusatkan pada suatu objek yang halus seperti rasa indriya.d. Sasmita ialah bila pikiran dipusatkan pada asmita, yaitu anasir rasa aku yang biasanya roh menyamakan dirinya dengan ini.Dengan tahapan-tahapan pemusatan pikiran seperti yang disebut di atas, maka ia akan mengalami bermacam-macam phenomena alam, objek dengan atau tanpa jasmani yang meninggalkannya satu persatu hingga akhirnya Citta meninggalkannya sama sekali dan seseorang mencapai tingkat asamprajnata dalam Yoganya. Untuk mencapai tingkat ini orang harus melaksanakan praktik Yoga dengan cermat dan dalam waktu yang lama melalui tahap-tahap yang disebut Astangga Yoga. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti39Berikut ini adalah Sistematika Astangga Yoga dalam bentuk diagram:No.Astangga YogaJenis TahapannyaEtika Yoga1.YamaAhimsaHantha YogaSatyaAsteyaBrahmacharyaAparigraha2.NiyamaSaucaHantha YogaSentosaTapaKriya YogaSvadhayayaIsvara-pranidhana3.Asana4.PranayamaPranaApanaSamanaUdanaVyana5.Pratyahara6.DharanaSamyana7.Dhyana8.SamadhiKelas XI SMA/SMK Kurikulum“1340Dalam melaksanakan Yoga ada tahap-tahap yang harus ditempuh yang disebut dengan Astangga Yoga. Astangga Yoga adalah delapan tahapan-tahapan yang ditempuh dalam melaksanakan Yoga. Adapun bagian-bagian dari Astangga Yoga yaitu Yama (pengendalian diri unsur jasmani), Nyama (pengendalian diri unsur-unsur rohani), Asana (sikap tubuh), Pranayama (latihan pernafasan), Pratyahara (menarik semua indrinya kedalam), Dharana (telah memutuskan untuk memusatkan diri dengan Tuhan), Dhyana (mulai meditasi dan merenungkan diri serta nama Sang Hyang Widhi Wasa), dan Samadhi (telah mendekatkan diri, menyatu atau kesendirian yang sempurna atau merealisasikan diri). Berikut dapat disebutkan bagian-bagian dari Astangga Yoga yang patut dijadikan landasan hidup beretika dalam keseharian, antara lain:1. Yama (Panca Yama Brata)Panca yama Brata adalah lima pengendalian diri tingkat jasmani yang harus dilakukan tanpa kecuali. Gagal melakukan pantangan dasar ini, maka seseorang tidak akan pernah bisa mencapai tingkatan berikutnya. Penjabaran kelima Yama Bratha ini diuraikan dengan jelas dalam Patanjali Yoga Sótra II.35 – 39.a. Ahimsa atau tanpa kekerasan. Jangan melukai makhluk lain manapun dalam pikiran, perbuatan atau perkataan. (Patanjali Yoga Sótra II.35)b. Satya atau kejujuran/kebenaran dalam pikiran, perkataan dan perbuatan, atau pantangan akan kecurangan, penipuan dan kepalsuan. (Patanjali Yoga Sótra II.36)c. Astya atau pantang menginginkan segala sesuatu yang bukan miliknya sendiri. Atau dengan kata lain pantang melakukan pencurian baik hanya dalam pikiran, perkataan apa lagi dalam perbuatan. (Patanjali Yoga Sótra II.37)Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti41d. Brahmacarya atau berpantang kenikmatan seksual. (Patanjali Yoga Sótra II.38)e. Aparigraha atau pantang akan kemewahan; seorang praktisi Yoga (Yogi) harus hidup sederhana. (Patanjali Yoga Sótra II.38). 2. Niyama (Panca Niyama Bratha)Panca Nyama Brata adalah lima jenis penengendalian diri tingkat rohani dan sebagai penyokong dari pantangan dasar sebelumnya diuraikan dalam Patanjali Yoga Sótra II.40-45.a. Sauca, kebersihan lahir batin. Lambat laun seseorang yang menekuni prinsip ini akan mulai mengesampingkan kontak fisik dengan badan orang lain dan membunuh nafsu yang mengakibatkan kekotoran dari kontak fisik tersebut (Patanjali Yoga Sótra II.40). Sauca juga menganjurkan kebajikan Sattvasuddi atau pembersihan kecerdasan untuk membedakan:1. Saumanasya atau keriangan hati, 2. Ekagrata atau pemusatan pikiran, 3. Indriajaya atau pengawsan nafsu-nafsu, 4. Atmadarsana atau realisasi diri (Patanjali Yoga Sótra II.41). b. Santosa atau kepuasan. Hal ini dapat membawa praktisi Yoga kedalam kesenangan yang tidak terkatakan. Dikatakan dalam kepuasan terdapat tingkat kesenangan transendental (Patanjali Yoga Sótra II.42). c. Tapa atau mengekang. Melalui pantangan tubuh dan pikiran akan menjadi kuat dan terbebas dari noda dalam aspek spiritual (Patanjali Yoga Sótra II.43).Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“1342 d. Svadhyaya atau mempelajari kitab-kitab suci, melakukan japa (pengulangan pengucapan nama-nama suci Tuhan) dan penilaian diri sehingga memudahkan tercapainya “istadevata-sampraYogah, persatuan dengan apa yang dicita-citakannya (Patanjali Yoga Sótra II.44).e. Isvarapranidhana atau penyerahan dan pengabdian kepada Sang Hyang Widhi yang akan mengantarkan seseorang kepada tingkatan Samadhi (Patanjali Yoga Sótra II.45).Dengan menempuh jalan kebaikan bukan berarti seseorang dengan sendirinya dilindungi terhadap kesalahan yang bertentangan. Jangan menyakiti orang lain belum tentu berarti perlakukan orang lain dengan baik. Kita harus melakukan keduanya, tidak menyakiti orang lain dan sekaligus melakukan keramah-tamahan. 3. AsanaAsana adalah sikap duduk pada waktu melaksanakan Yoga. Buku Yogasutra tidak mengharuskan sikap duduk tertentu, tetapi menyerahkan sepenuhnya kepada siswa sikap duduk yang paling disenangi dan relaks, asalkan dapat menguatkan konsentrasi dan pikiran dan tidak terganggu karena badan merasakan sakit akibat sikap duduk yang dipaksakan. Selain itu sikap duduk yang dipilih agar dapat berlangsung lama, serta mampu mengendalikan sistem saraf sehingga terhindar dari goncangan-goncangan pikiran. Sikap duduk yang rileks antara lain: silasana (bersila) bagi laki-laki dan bajrasana (bersimpuh, menduduki Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti43tumit) bagi wanita, dengan punggung yang lurus dan tangan berada diatas kedua paha, telapak tangan menghadap ke atas. 4. Pranayama Pranayama adalah pengaturan nafas keluar masuk paru-paru melalui lubang hidung dengan tujuan menyebarkan prana (energi) keseluruh tubuh. Pada saat manusia menarik nafas mengeluarkan suara So, dan saat mengeluarkan nafas berbunyi Ham. Dalam bahasa Sansekerta So berarti energi kosmik, dan Ham berarti diri sendiri (saya). Ini berarti setiap detik manusia mengingat diri dan energi kosmik. Pranayama terdiri dari: Puraka yaitu memasukkan nafas, Kumbhaka yaitu menahan nafas, dan Recaka yaitu mengeluarkan nafas. Puraka, kumbhaka dan recaka dilaksanakan pelan-pelan bertahap masing-masing dalam tujuh detik. Hitungan tujuh detik ini dimaksudkan untuk menguatkan kedudukan ketujuh cakra yang ada dalam tubuh manusia yaitu: muladhara yang terletak di pangkal tulang punggung di antara dubur dan kemaluan, svadishthana yang terletak di atas kemaluan, manipura yang terletak di pusar, anahata yang terletak di jantung, vishuddha yang terletak di leher, ajna yang terletak di tengah-tengah kedua mata, dan sahasrara yang terletak di ubun-ubun.Gambar 1.5 Yoga - PranayamaSumber:https://www.facebook.com(3-10-2014)Next >