< PreviousKelas XI SMA/SMK Kurikulum“1364yang ditentukan dalam berbagai sastra yang memuat ajaran agama Hindu. Kesucian itu adalah sifat dari Tuhan Yang Maha Esa. Siapapun orangnya bila berkeinginan mendekatkan diri dan berdoa kehadapan Tuhan Yang Maha Suci, hendaknya menyucikan diri secara lahiriah dan batiniah.Secara alamiah dunia beserta isinya harus bergerak harmonis, selaras, seimbang, dan saling mendukung. Agama Hindu mengajarkan umatnya selalu hidup harmonis, seimbang, selaras, dan saling mendukung. Tidak dibenarkan sama sekali oleh ajaran suci Veda hanya meminta saja dari alam, memberikan kepada alam juga menjadi sebuah kewajiban dalam rangka menjaga keseimbangan alam. Katakanlah dengan bunga, kata orang bijak yang masih relevan dilakukan sepanjang zaman. Ketika memberi, tak boleh mengharapkan pengembalian, itu merupakan ajaran Veda tentang ketulus-ikhlasan. Saling memberi adalah satu-satunya cara untuk menjaga keteraturan sosial. Jangan heran apabila di masyarakat dalam setiap ada upacara keagamaan selalu saling memberikan makanan.Alam semesta ini diciptakan oleh Brahman dengan kekuatan-Nya sebagai Dewa Brahma. Isi alam yang kita nikmati untuk kesehatan lahir dan batin. Makanan yang disediakan oleh alam harus disyukuri dan dinikmati secara seimbang. Kitab suci Veda mengajarkan umat Hindu dalam menyampaikan rasa syukur dengan memakai isi alam, yaitu bunga, daun, cahaya, air, dan buah. Isi alam ini dikemas, ditata dalam aturan tertentu sehingga menjadi sesajen persembahan (banten). Sesajen inilah dipakai sebagai media persembahan kepada Brahman.Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti65Sesajen atau banten bukan makanan para dewa atau Tuhan, melainkan sarana umat dalam menyampaikan dan mewujudkan rasa bakti dan syukur kepada Brahman, Sang Hyang Widhi. Di dalam ajaran suci Veda, Santi Parwa atau Bhagavadgita disebutkan, mereka yang makan sebelum memberikan Yajña, maka orang itu pantas disebut pencuri. Ajaran Veda ini mengajarkan tentang etika sopan santun, mengingat semua yang ada di dunia ini berasal dari Sang Hyang Widhi, maka tentu sangat sopan apabila sebelum makan diwajibkan mengadakan penghormatan dengan persembahan kepada pemilik makanan sesungguhnya, yaitu Sang Hyang Widhi. Dengan demikian, Yajña itu adalah korban suci yang tulus ikhlas untuk menjaga keseimbangan alam dan keteraturan sosial.Yajña berarti persembahan, pemujaan, penghormatan, dan korban suci. Yajña adalah korban suci yang tulus iklhas tanpa pamrih. Berdasarkan sasaran yang akan diberikan Yajña, maka korban suci ini dibedakan menjadi lima jenis, yaitu:a. Dewa Yajña Yajña jenis ini adalah persembahan suci yang dihaturkan kepada Sang Hyang Widhi dengan segala manisfestasi-Nya. Contoh Dewa Yajña dalam kesehariannya, melaksanakan puja Tri Sandya, sedangkan contoh Dewa Yajña pada hari-hari tertentu adalah melaksanakan piodalan/puja wali di pura dan lain sebagainya.Gambar 2.2 Purnama PujaSumber: Dok. Pribadi (5-1-2015)Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“1366“k¢òksanta karmaᒤ¢ᒡ siddhiᒡ yajanta iha devat¢á, kᒲipraᒡ hi m¢nuᒲe loke siddhir bhavati karma-j¢”Terjemahannya:Mereka yang menginginkan keberhasilan yang timbul dari karma, berYajña di dunia untuk para deva, karena keberhasilan manusia segera terjadi dari karma, yang lahir dari pengorbanan (BG. IV.12).b. Rsi YajñaRsi Yajña adalah korban suci yang tulus ikhlas kepada para Rsi. Mengapa Yajña ini dilaksanakan, karena para Rsi sudah berjasa menuntun masyarakat dan melakukan puja surya sewana setiap hari. Para Rsi telah mendoakan keselamatan dunia alam semesta beserta isinya. Bukan itu saja, ajaran suci Veda juga pada mulanya disampaikan oleh para Rsi. Para Rsi dalam hal ini adalah orang yang disucikan oleh masyarakat. Ada yang sudah melakukan upacara dwijati disebut Pandita, dan ada yang melaksanakan upacara ekajati disebut Pinandita atau Pemangku. Umat Hindu memberikan Yajña terutama pada saat mengundang orang suci yang dimaksud untuk menghantarkan upacara Yajña yang dilaksanakan.Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti67c. Pitra YajñaKorban suci jenis ini adalah bentuk rasa hormat dan terima kasih kepada para Pitara atau leluhur karena telah berjasa ketika masih hidup melindungi kita. Kewajiban setiap orang yang telah dibesarkan oleh leluhur untuk memberikan persembahan yang terbaik secara tulus ikhlas. Ini sangat sesuai dengan ajaran suci Veda agar umat Hindu selalu saling memberi demi menjaga keteraturan sosial.d. Manusa Yajña Manusa Yajña adalah pengorbanan untuk manusia, terutama bagi mereka yang memerlukan bantuan. Umpamanya ada musibah banjir dan tanah longsor. Banyak pengungsi yang hidup menderita. Dalam situasi begini, umat Hindu diwajibkan untuk melakukan Manusa Yajña dengan cara memberikan sumbangan makanan, pakaian layak pakai, dan sebagainya. Bila perlu terlibat langsung untuk menjadi relawan yang membantu secara sukarela. Dengan demikian, memahami Manusa Yajña tidak hanya sebatas melakukan serentetan prosesi keagamaan, melainkan juga donor darah dan membantu orang miskin juga Manusa Yajña.Gambar 2.3 Upacara Mepandes (Manusa Yajna)Sumber: Dok. Pribadi (5-10-2014)Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“1368“yeyath¢m¢ᒡ prapadyante t¢ᒡs tathaiva bhaj¢my aham, Mamavartm¢nuvartante manusyaá partha sarvaᒱaá”. Terjemahannya:Bagaimanapun (jalan) manusia mendekati-Ku, Aku terima wahai Arjuna. Manusia mengikuti jalan-Ku pada segala jalan (BG.IV.11).Namun, Manusa Yajña dalam bentuk ritual keagamaan juga penting untuk dilaksanakan. Karena sekecil apapun sebuah Yajña dilakukan, dampaknya sangat luas dan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan. Umpamanya, kalau kita melaksanakan upacara potong gigi, maka semuanya ikut terlibat dan kena dampak. Untuk upacara Manusa Yajña, Agama Hindu mengajarkan agar dilakukan dari sejak dalam kandungan seorang ibu. Ada beberapa perbuatan yang diajarkan oleh Veda sebagai bentuk pelaksanaan dari ajaran Manusa Yajña, antara lain:a. membantu orang tua, wanita atau anak-anak yang menyeberang jalan dalam kondisi lalu lintas sedang ramai;b. menjenguk dan memberikan bantuan teman yang sakit;c. melakukan bakti sosial, donor darah, dan pengobatan gratis;d. memberikan tempat duduk kita kepada orang tua, wanita atau anak-anak ketika berada di dalam kendaraan umum;e. memberikan sumbangan beras kepada orang yang tak mampu;f. membantu memberikan petunjuk jalan kepada orang yang tersesat;g. membantu fakir miskin yang sangat membutuhkan pertolongan;Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti69h. membantu teman atau siapa saja yang sedang terkena musibah bencana alam, kerusuhan atau kecelakaan lalu lintas; dani. memberikan jalan terlebih dahulu kepada mobil ambulan yang sedang membawa orang sakit.Semua perilaku ini wajib dilatih, dibiasakan, dan dikembangkan sebagai bentuk pelaksanaan Manusa Yajña. Dalam konteks ini, Manusa Yajña tidak berarti hanya melakukan upacara saja, tetapi juga termasuk membantu orang. e. Bhuta Yajña Upacara Bhuta Yajña adalah korban suci untuk para bhuta, yaitu roh yang tidak nampak oleh mata tetapi ada di sekitar kita. Para bhuta ini cenderung menjadi kekuatan yang tidak baik, suka mengganggu orang. Contoh upacara bhuta Yajña adalah masegeh, macaru, tawur agung, panca wali krama. Tujuan bhuta Yajña adalah menetralisir kekuatan bhuta kala yang kurang baik menjadi kekuatan bhuta hita yang baik dan mendukung kehidupan umat manusia. Di antara sekian banyak bagian kitab suci Veda, kitab-kitab apa sajakah sebagai sumber pelaksanaan Yajña guna mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan hidup dalam kehidupan ini? Sebelumnya kerjakanlah soal-soal uji kompetensi berikut dengan baik!Gambar 2.4 Upacara Melasti (Bhuta Yajna)Sumber: Dok. Pribadi (5-3-2013)Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“1370Uji Kompetensi:1. Apakah yang dimaksud dengan Yajña dan jelaskanlah salah satu contoh Yajña yang sudah anda lakukan dalam kehidupan sehari- hari!2. Sebutkan bagian-bagian dari Panca Yajña dan berikan masing-masing satu contohnya!3. Coba jelaskan apa yang dimaksud dengan Upakara dan Upacara dalam Yajña? Sebelumnya diskusikanlah dengan orang tua Kamu di rumah.Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti71B. Yajña dalam Mahabharata dan Masa KiniPerenungan:’Svar yanto n¢pekᒲanta, ¢ dyaᒡ rohanti rodasi.yajñam ye vi vatodharam, savidvamso vitenire.Terjemahannya:’Para sarjana yang terkenal yang melaksanakan pengorbanan, mencapai kahyangan (sorga) tanpa suatu bantuan apapun. Mereka membuat jalan masuk mereka dengan mudah ke kahyangan (sorga), yang menyeberangi bumi dan wilayah-pertengahan’ (Yajurveda XXIII.62)Memahami Teks:SarpayajñaPada zaman Mahabharata dikisahkan Panca Pandawa melaksanakan Yajña Sarpa yang sangat besar dan dihadiri oleh seluruh rakyat dan undangan dari raja-raja terhormat dari negeri tetangga. Bukan itu saja, undangan juga datang dari para pertapa suci yang berasal dari hutan atau gunung. Tidak dapat dilukiskan betapa meriahnya pelaksanaan upacara besar yang mengambil tingkatan utamaning utama.Kelas XI SMA/SMK Kurikulum“1372Menjelang puncak pelaksanaan Yajña, datanglah seorang Brahmana suci dari hutan ikut memberikan doa-restu dan menjadi saksi atas pelaksanaan upacara yang besar itu. Seperti biasanya, setiap tamu yang hadir dihidangkan berbagai macam makanan yang lezat-lezat dalam jumlah yang tidak terhingga. Begitu juga Brahmana Utama ini diberikan suguhan makanan yang enak-enak. Setelah melalui perjalanan yang sangat jauh dari gunung ke ibu kota Hastinapura, Brahmana Utama ini sangat lapar dan pakaiannya mulai terlihat kotor. Begitu dihidangkan makanan oleh para dayang kerajaan, Sang Brahmana Utama langsung melahap hidangan tersebut dengan cepat bagaikan orang yang tidak pernah menemukan makanan. Bersamaan dengan itu melintaslah Dewi Drupadi yang tidak lain adalah penyelenggara Yajña besar tersebut. Begitu melihat cara sang Brahmana Utama menyantap makanan secara tergesa-gesa, berkomentarlah Drupadi sambil mencela. “Kasihan Brahmana Utama itu, seperti tidak pernah melihat makanan, cara makannya tergesa-gesa,” kata Drupadi dengan nada mengejek. Walaupun jarak antara Dewi Drupadi mencela Sang Brahmana Utama cukup jauh, karena kesaktian dari Brahmana ini, maka apa yang diucapkan oleh Drupadi didengarkannya secara jelas. Sang Brahmana Utama diam, tetapi batinnya kecewa. Drupadi pun melupakan peristiwa tersebut.Gambar 2.5 D. Drauvadi vs Dusasana (Mahabharata)Sumber: https://www.google.com (22-12-2014)Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti73Di dalam ajaran agama Hindu, diajarkan bahwa apabila kita melakukan tindakan mencela, maka pahalanya akan dicela dan dihinakan. Terlebih lagi apabila mencela seorang Brahmana Utama, pahalanya bisa bertumpuk-tumpuk. Dalam kisah berikutnya, Dewi Drupadi mendapatkan penghinaan yang luar biasa dari saudara iparnya yang tidak lain adalah Duryadana dan adik-adiknya. Di hadapan Maha Raja Drestarata, Rsi Bisma, Begawan Drona, Kripacarya, dan Perdana Menteri Widura serta disaksikan oleh para menteri lainnya, Dewi Drupadi dirobek pakaiannya oleh Dursasana atas perintah Pangeran Duryadana. Perbuatan biadab merendahkan kehormatan wanita dengan melepaskan pakaian di depan umum, berdampak pada kehancuran bagi negerinya para penghina. Terjadinya penghinaan terhadap Drupadi adalah pahala dari perbuatannya yang mencela Brahmana Utama ketika menikmati hidangan.Dewi Drupadi tidak bisa ditelanjangi oleh Dursasana, karena dibantu oleh Krisna dengan memberikan kain secara ajaib yang tidak bisa habis sampai adiknya Duryodana kelelahan lalu jatuh pingsan. Krisna membantu Drupadi karena Drupadi pernah berkarma baik dengan cara membalut jarinya Krisna yang terkena Panah Cakra setelah membunuh Supala. Pesan moral dari cerita ini adalah, kalau melaksanakan Yajña harus tulus ikhlas, tidak boleh mencela dan tidak boleh ragu-ragu. Ketentuan apakah yang patut dipenuhi oleh seseorang untuk dapat melaksanakan yajña guna mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan hidup dalam kehidupan ini? Sebelumnya kerjakanlah soal-soal uji kompetensi berikut dengan baik!Next >