< Previous 20 suhu sangat berpengaruh terhadap lama waktu inkubasi telur, contohnya pada ikan bandeng makin tinggi suhu air penetasan, makin cepat waktu inkubasi. Pada suhu 29°C waktu inkubasi 27 – 32 jam dan pada suhu 31,5oC waktu inkubasi 20,5 – 22 jam. Gambar 4. Hubungan antara suhu air dan waktu inkubasi Suhu merupakan salah satu parameter air yang sering diukur, karena kegunaannya dalam mempelajari proses fisika, kimia dan biologi. Suhu air berubah-ubah terhadap keadaan ruang dan waktu. Suhu perairan tropis pada umumnya lebih tinggi daripada suhu perairan sub tropis utamanya pada musim dingin. Penyebaran suhu di perairan terbuka terutama disebabkan oleh gerakan air, seperti arus dan turbulensi. Penyebaran panas secara molekuler dapat dikatakan sangat kecil atau hampir tidak ada (Romimohtarto, 1985). Sifat-sifat panas air ini yang mempengaruhi lingkungan perairan terdiri dari: a) Panas jenis Air termasuk salah satu zat yang mempunyai panas jenis yang tinggi, yang mana sangat baik bagi suatu lingkungan. Panas jenis ini 21 merupakan suatu faktor kapasitas energi panas untuk menaikkan suhu suatu satuan berat pada skala 1ºC. b) Suhu Suhu secara langsung atau tidak langsung sangat dipengaruhi oleh sinar matahari. Panas yang dimiliki oleh air akan mengalami perubahan secara perlahan-lahan antara siang dan malam serta dari musim ke musim. Selain itu, air mempunyai sifat dimana berat jenis maksimum terjadi pada suhu 4ºC dan bukan pada titik beku. Suhu air sangat berpengaruh terhadap jumlah oksigen terlarut di dalam air. Jika suhu tinggi, air akan lebih cepat jenuh dengan oksigen dibanding dengan suhunya rendah. Suhu air pada suatu perairan dapat dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude), ketinggian dari permukaan laut (altitude), waktu dalam satu hari, penutupan awan, aliran dan kedalaman air. Peningkatan suhu air mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi dan volatisasi serta penurunan kelarutan gas dalam air seperti O2, CO2, N2, CH4 dan sebagainya. Kisaran suhu air yang sangat diperlukan agar pertumbuhan ikan-ikan pada perairan tropis dapat berlangsung berkisar antara 25-32°C. Kisaran suhu tersebut biasanya berlaku di Indonesia sebagai salah satu negara tropis sehingga sangat menguntungkan untuk melakukan kegiatan budidaya ikan. Suhu air sangat berpengaruh terhadap proses kimia, fisika dan biologi di dalam perairan,sehingga dengan perubahan suhu pada suatu perairan akan mengakibatkan berubahnya semua proses di dalam perairan. Hal ini dilihat dari peningkatan suhu air, maka kelarutan oksigen akan berkurang. Peningkatan suhu perairan 10°C mengakibatkan meningkatnya konsumsi oksigen oleh organisme 22 akuatik sekitar 2–3 kali lipat, sehingga kebutuhan oksigen oleh organisme akuatik meningkat. Suhu air yang ideal bagi organisme air yang dibudidayakan sebaiknya adalah tidak terjadi perbedaan suhu yang mencolok antara siang dan malam (tidak lebih dari 5°C). Pada perairan yang tergenang yang mempunyai kedalaman air minimal 1,5 meter biasanya akan terjadi pelapisan (stratifikasi) suhu. Pelapisan ini terjadi karena suhu permukaan air lebih tinggi dibanding dengan suhu air di bagian bawahnya. Pada perairan tergenang, berdasarkan perbedaan panas pada setiap kedalaman, perairan dapat dikelompokkan (stratifikasi) menjadi tiga, yaitu : a) lapisan epilimnion, yaitu lapisan sebelah atas perairan yanghangat dengan penurunan suhu relatif kecil, seluruh masa air tercampur dengan baik karena adanya angin dan gelombang b) lapisan termoklin atau metalimnion, yaitu lapisan tengah yang mempunyai penurunansuhu sangat tajam, pada daerah ini setiap penambahan kedalaman 1 m maka suhu juga akan berkurang 1 °C c) lapisan hipolimnion, yaitu lapisan paling bawah dimana padalapisan ini perbedaan suhu sangat kecil dan relatif konstan. pada lapisan ini hampir tidak terjadi pencampuran massa air sehingga suhu relatif dingin 23 Gambar 5. Stratifikasi perairan tergenang berdasarkanperbedaan suhu Stratifikasi suhu ini terjadi karena masuknya panas dari cahaya matahari kedalamkolom air yang mengakibatkan terjadinya gradien suhu secara vertikal. Pada kolam yang kedalaman airnya kurang dari 2 meterbiasanya terjadi stratifikasi suhu yang tidak stabil.Olehkarenaitubagipara pembudidaya ikan yang melakukankegiatan budidayaikan kedalamanair sebaiknya tidak lebihdari2 meter. Selain itu untuk memecah stratifikasi suhu pada wadah budidaya ikan diperlukansuatu alat bantu dengan menggunakan aerator/blower/kincir air. Sifat-sifattersebutmerupakan sifat yang unik dari air dansangat penting dalam penyebaran (dinamika) panas di dalam air. Dengansifat-sifatair yang unik tersebut, maka air mendukung: a) Kehidupan organisme dimusim dingin, karena air hanya membeku pada bagian permukaan. b) Dengan perubahansuhu secara perlahan-lahan, hewan air mampu menyesuaikan diri pada setiap perubahan sifat-sifat air. 24 Sumber panas yang sangat mempengaruhi suhu air terutama dari: a) Pancaran (radiasi) langsung dari sinar matahari. b) Kondensasi (pengembusan) dari uap air. c) Panas dari dasar perairan (pusat bumi). d) Pengaruh panas dari atmosfir. e) Panas dari hasil proses kimia dalam air. Sedang faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan suhu air adalah pada umumnya dari: a) Penguapan (evaporasi). b) Pemantulan/pelepasan panas kembali. c) Pemantulan kembali cahaya matahari dari permukaanair ke atmosfir. 4) Kekeruhan Kekeruhan merupakan gambaran sifat optik air oleh adanya bahan padatan terutama bahan tersuspensi dan sedikit dipengaruhi oleh warna air. Bahan tersuspensi ini berupa partikel tanah liat, lumpur, koloid tanah dan organisme perairan (mikroorganisme). Padatan tersuspensi tidak hanya membahayakan ikan tetapi juga menyebabkan air tidak produktif karena menghalangi masuknya sinar matahari untuk fotosintesa. Kekeruhan air atau sering disebut turbidty adalah salah satu parameter uji fisik dalam analisis air. Tingkat kekeruhan air umumnya akan diketahui dengan besaran NTU (Nephelometer Turbidity Unit) setelah dilakukan uji aplikasi menggunakan alat turbidimeter. 25 Apabila bahan tersuspensi ini berupa padatan organisme, maka pada batas-batas tertentu dapat dijadikan indikator terjadinya pencemaran suatu perairan. Oleh sebab itu kekeruhan dapat mempengaruhi/ menentukan: a) Terjadinya gangguan respirasi, b) Dapat menurunkan kadar oksigen dalam air, c) Terganggunya daya lihat (visual) organisme akuatik d) Terjadinya gangguan terhadap habitat. e) Menghambat penetrasi cahaya ke dalam air f) mengurangi efektifitas desinfeksi pada proses penjernihan air Padatan tersuspensi berkorelasi positif dengan kekeruhan, semakin tinggi padatan tersuspensi yang terkandung dalam suatu perairan maka perairan tersebut senakin keruh. kekeruhan pada perairan yang tergenang (lentik) lebih banyak disebabkan oleh bahan tersuspensi yang berupa koloid dan partikel-partikel halus, sedangkan pada sungai yang sedang banjir disebabkan karena adanya larutan tersuspensi yang terbawa arus air. Gambar 6. Kekeruhan pada kolam budidaya 26 5) Salinitas Salinitas didefinisikan sebagai jumlah bahan padat yang terkandung dalam tiap kilogram air laut, dengan asumsi semua karbonat diubah menjadi bentuk oksida, bromida dan iodin diganti dengan klorida dan Satuan salinitas dinyatakan dalam gram perkilogram, atau sebagai perseribu, yang lazim disebut “ppt”. Air laut juga mengandung butiran-butiran halus dalam suspensi. Sebagian zat ini akan terlarut dan sebagian lagi akan mengendap ke dasar laut dan sisanya diuraikan oleh bakteri laut. Semua zat-zat terlarut inilah yang menyebabkan rasa asin pada air laut. Untuk mengukur tingkat keasinan air laut itulah maka digunakan istilah salinitas. Salinitas juga dapat digunakan di perairan manapun namun memang yang paling mencolok adalah di laut. Salinitas dapat didefinisikan sebagai jumlah total dalam gram bahan-bahan terlarut dalam satu kilogram air. Dalam keadaan stabil di laut kadar salinitasnya berkisar antara 34o/oo sampai 35 o/oo. Tiap daerah memiliki kadar salinitas yang berbeda beda seperti di daerah tropis salinitasnya berkisar antara 30-35 o/oo, tetapi tidak terdapat pertambahan kadar garam. Kadar garam ini tetap dan tidak berubah sepanjang masa. Lalu mengapa kadar salinitas di setiap perairan berbeda, padahal kadar garamnya tetap? Hal ini disebakan karena adanya distribusi salinitas di laut. Distribusi ini terjadi secara vertikal dan horizontal. Distribusi salinitas dipengaruhi oleh beberapa faktor utama, yaitu : a) Pola sirkulasi air : membantu penyebaran salinitas b) Penguapan (evaporasi) : semakin tinggi tingkat penguapan di daerah tersebut, maka salinitasnya pun bertambah atau sebaliknya karena 27 garam-garam tersebut tertinggal di air contohnya di Laut Merah kadar salinitasnya mencapai 400/00. c) Curan hujan (presipitasi) : semakin tinggi tingkat curah hujan di daerah tersebut, maka salinitasnya akan berkurang atau sebaliknya hal ini dikarenakan terjadinya pengenceran oleh air hujan. d) Aliran sungai di sekitar (run off) : semakin banyak aliran sungai yang bermuara pada laut maka salinitasnya akan menurun dan sebaliknya. Berdasarkan perbedaan salinitasnya perairan dapat dibedakan menjadi 4 kelompok, antara lain : a) Perairan tawar (fresh water) yaitu perairan yang memiliki salinitas berkisar antara 0 – 5 ppt. contohnya pada air minum, air sungai, sumur, dsb b) Perairan payau (brakish water) yaitu perairan yang memiliki salinitas berkisar antara 5 – 30 ppt, contohnya pada daerah hutan bakau, muara sungai, dan daerah tambak. c) Perairan laut (saline water), yaitu perairan yang memiliki salinitas berkisar antara 30 – 50 ppt. contohnya laut lepas d) Perairan hipersaline (brine water), yaitu perairan yang memiliki salinitas > 50 ppt. contohnya laut yang dekat kutub Variasi salinitas dalam air laut akan mempengaruhi jasad-jasad hidup akuatik melalui pengendalian berat jenis dan keragaman tekanan osmotik. Jenis-jenis biota akuatik ditakdirkan untuk mempunyai hampir semua jaringan-jaringan lunak yang berat jenisnya mendekati berat jenis air laut biasa, sedangkan jenis-jenis biota yang hidup di dasar laut (bentos) mempunyai berat jenis yang lebih tinggi daripada air laut di atasnya. Salinitas menimbulkan tekanan-tekanan osmotik. 28 Pada umumnya kandungan garam dalam sel-sel biota laut cenderung mendekati kandungan garam dalam kebanyakan air laut. Kalau sel-sel itu berada di lingkungan dengan salinitas lain maka suatu mekanisme osmoregulasi diperlukan untuk menjaga keseimbangan kepekatan antara sel dan lingkungannya. Pada kebanyakan binatang estuaria penurunan salinitas permulaan biasanya dibarengi dengan penurunan salinitas dalam sel, suatu mekanisme osmoregulasi baru terjadi setelah ada penurunan salinitas yang nyata (Romimohtarto, 1985). Cara-cara osmoregulasi meliputi perlindungan luar dari perairan sekitarnya, perlindungan membran sel, mekanisme ekskresi untuk membuang kelebihan air tawar dan sel dari badan. Kemampuan untuk menghadapi fluktuasi yang berasal dari Salinitas terdapat pada kelompok-kelompok bintang beraneka ragam dari protozoa sampai ikan. Biota estuaria biasanya mempunyai toleransi terhadap variasi salinitas yang besar (euryhalin). Contohnya ikan bandeng (Chanos chanos), ikan belanak (Mugil sp.) dan ikan mujair (Oreochromis mossambicus). Salinitas yang tak sesuai dapat menggagalkan pembiakan dan menghambat pertumbuhan. Kerang hijau, kerang darah dan tiram adalah jenis-jenis kerang yang hidup di daerah estuaria. Variasi salinitas alami estuaria di Indonesia berkisar antara 15–32‰. Hasil penelitian pada kerang hijau memberikan petunjuk bahwa salinitas 15‰ dapat menyebabkan kematian kerang tersebut. Keberhasilan benih kerang darah untuk menempel pada kolektor tergantung pada salinitas. Pada salinitas 18‰, keberhasilan menempel lebih tinggi. Tiram dapat hidup dalam perairan dengan salinitas yang lebih rendah daripada salinitas untuk kerang hijau dan kerang darah. Ikan kerapu dan beronang dapat hidup di daerah estuaria maupun daerah terumbu karang. Ikan kakap hidup di perairan pantai dan muara sungai. Rumput laut hidup di 29 daerah terumbu karang. Pada umumnya salinitas alami perairan terumbu karang di Indonesia 31‰. a) Distribusi Salinitas Vertikal Distribusi vertikal dari salinitas erat hubungannya dengan distribusi vertikal dari suhu dan densitas. Pada umumnya permukaan laut mempunyai salinitas yang lebih tinggi daripada lapisan-lapisan yang lebih dalam. Hal ini disebabkan oleh pengaruh distribusi suhu terhadap stabilitas perairan yang lebih besar daripada pengaruh distribusi salinitas. Pada permukaan air laut memiliki salinitas yang lebih rendah dibanding lapisan di bawahnya, hal ini disebabkan karena adanya pergerakan angin, serta curah hujan juga dapat mempengaruhi perbedaan salinitas ini. Pada lapisan troposphere, salinitas mengalami penurunan hingga pada kedalaman 500 meter (34,3-33,9‰). Kemudian terjadi kenaikan salinitas lagi sampai kedalaman 1.600-2.000 meter (34,8-34,9‰). Distribusi salinitas pada lapisan stratospherelebih jelas ke arah horizontal. Gambar 7. Stratifikasi vertikal salinitas berdasarkan kedalaman perairan Next >