< Previous 17 Tekstur tanah diatas lokasi yang cocok untuk pembenihan ikan adalah tanah liat atau lempung berpasir. Cara sederhana untuk melihat jenis tanah yang baik untuk usaha budidaya ikan adalah dengan menggenggam tanah. Jika tanah tidak hancur maka tanah tersebut baik sebagai perkolaman. c) Kemiringan Lahan / topografi Pengamatan keadaan topografi lahan berguna dalam menentukan tipe, luas, kedalaman dan banyaknya kolam/bak yang akan dibuat. Pada umumnya tipe lahan yang terlalu miring, dapat dibuat pematang yang lebar dan tinggi. Pematang juga harus dibuat sangat kuat agar dapat menahan massa air yang besar dan terkumpul di bagian terendah. Sedangkan tipe lahan yang terlalu datar, dapat di buat dengan penggalian tanah sampai kedalaman yang diinginkan. Terdapat beberapa tipe topografi (Huet, 1970) yang digunakan sebagai lokasi budidaya ikan, yaitu : (1) Tipe lahan berbentuk huruf V dengan kerucut bawah yang curam. Bentuk lahan yang curam kurang baik untuk lokasi perkolaman karena memerlukan pematang yang tinggi dan kuat untuk menahan massa air Gambar 6. Tipe lahan huruf V yang curam 18 (2) Tipe lahan berbentuk huruf V tetapi tidak terlalu curam. Tipe lahan seperti ini dapat menjadi lokasi perkolaman dengan bentuk kolam yang kecil-kecil karena dasar lahan yang masih sempit. Sistem pengairan kolam dapat dibuat secara paralel sehingga air yang keluar tidak masuk ke kolam lainnya. Gambar 7. Tipe lahan huruf V yang tidak curam (3) Tipe lahan yang dasarnya mendatar di salah satu lerengnya dan sungai mengalir pada dasar lereng yang lainnya. Lahan seperti ini sangat baik untuk pembuatan kolam yang berukuran luas dan sistem pengairan dapat diatur secara paralel dengan membagi antara saluran ke kolam dan aliran sungai. Gambar 8. Tipe lahan yang datar di salah satu lerengnya 19 (4) Tipe lahan yang dasarnya mendatar di kaki-kaki kedia lereng dan aliran sungai berada pada dataran bagian tengah. Tipe lahan demikian sangat ideal untuk membuka perkolaman dalam jumlah banyak dan ukuran kolam yang besar. Saluran sungai yang berada di tengah lahan dapat dimanfaatkan untuk menyumplai air ke seluruh kolam. Gambar 9. Tipe lahan yang datar dengan aliran sungai di tengah. Tekstur tanah perkolaman menjadi faktor utama yang harus diperhatikan terutama dalam membangun kolam-kolam yang pematang dan dasar kolamnya dari tanah. Tekstur tanah yang baik untuk perkolaman adalah tanah liat atau tanah lempung dengan kadar tanah liatnya antara 40% – 60%. Tekstur tanah liat bersifat hidup karena dapat dibentuk dan dapat menahan massa yang besar. Tekstur tanah yang lainnya seperti tanah yang berfraksi kasar atau tanah garapan (beranjangan) dengan kadar tanah liat masih ada 30%. Pada lahan-lahan yang kadar tanah liatnya <30% (tanah beranjangan), pembuatan kolam-kolam ikan menggunakan bahan semen sehingga dikenal kolam semen/beton. 20 d) Iklim Kita lebih beruntung karena negara kita hanya mengenal dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Artinya kita dapat memproduksi benih ikan pada dua musim tersebut dengan kata lain kita dapat memproduksi benih ikan sepanjang tahun. Pada negara-negara yang mengalami empat musim hanya dapat memproduksi benih ikan selama 6-9 bulan. Beberapa jenis ikan dapat berkembang biak dengan baik sepanjang tahun contoh ikan lele, mas, nila, gurame, nilem, tawes dan sebagainya. Beberapa jenis ikan dapat berkembang biak hanya pada musim hujan contoh ikan patin dan ikan bawal. Selain itu suhu salah satu faktor yang berpengaruh pada pertumbuhan ikan. Kegiatan pembenihan ikan khususnya penetasan telur dan perawatan larva membutuhkan suhu yang optimal. e) Teknik Pembenihan yang Diterapkan Teknik pembenihan ikan yang diterapkan memiliki pengertian penguasan dalam mengelola pembenihan ikan sesuai komoditas. Teknisi pembenihan ikan harus memahami teknik-teknik pembenihan ikan sesuai komoditas. Setiap jenis ikan, memiliki pengelolaan yang berbeda beda sesuai dengan karakter jenis ikan. Teknik pembenihan ikan lele dan ikan patin berbeda dalam hal teknis dan pengelolaan produksi benihnya. Sebelum melakukan produksi benih ikan, harus terlebih dahulu memahami teknik pembenihan ikan sesuai dengan komoditas yang akan diproduksi. 21 2) Faktor Sosial dan Budaya Area budidaya harus memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar, antara lain meningkatnya pengetahuan dan keterampilan masyarakat, kesempatan usaha dan penyerapan tenaga kerja, serta memenuhi kebutuhan protein hewani. Dengan pemberdayaan masyarakat di sekitar lokasi dapat menjamin keamanan areal budidaya dan keberhasilan usaha. Faktor sosial dan budaya merupakan perhatian yang utama dalam menentukan lokasi pembenihan ikan. Faktor sosial budaya yang perlu diperhatikan adalah keamanan, ketersediaan tenaga kerja, adat istiadat, perkembangan kota, status tanah dan sebagainya. a) Keamanan Hal pertama yang harus diperhatikan adalah lokasi pembenihan ikan harus aman dari kemungkinan banjir dan gangguan mahluk hidup. Untuk mengetahui lokasi pembenihan bebas dari banjir dapat dilihat dari data curah hujan dan banjir tertinggi selama 5 tahun terakhir. Lokasi pembenihan ikan harus bebas dari banjir. Terjadinya banjir, apalagi yang tidak bisa diperkirakan datangnya, akan menyebabkan usaha yang telah dilakukan berbulan-bulan musnah begitu saja. Kemananan dari gangguan mahluk hidup seperti buaya, biawak, harimau, dan manusia. Sebaiknya lokasi pembenihan jauh dari habitat buaya dan biawak. Gangguan dari manusia umumnya adalah pencurian, dan meracun sungai. Sebaiknya lokasi pembenihan ikan bebas dari pencurian oleh manusia. b) Ketersediaan Tenaga Kerja Ketersediaan tenaga kerja sangat penting untuk keberlangsungan usaha pembenihan ikan. Hal yang perlu diperhatikan dalam memilih 22 tenaga kerja adalah tingkat pendidikan dan upah minimum regional (UMR). Pendidikan tenaga kerja berhubungan dengan keterampilan yang dimiliki calon tenaga kerja tersebut. Tenaga kerja yang akan direkrut sebaiknya memiliki keterampilan bidang budidaya ikan. Tenaga kerja yang digunakan sebaiknya memenuhi kualifikasi sebagai tenaga kerja usaha pembenihan ikan. UMR juga menjadi pertimbangan dalam merekrut tenaga kerja. UMR yang tinggi dapat menyulitkan operasional pembenihan ikan. c) Adat istiadat Keberadaan pembenihan ikan sebaiknya dapat mendukung kebiasaan masyarakat sekitar. Proses atau komoditas benih yang diproduksi tidak bertentangan dengan budaya masyarakat sekitar lokasi pembenihan ikan. Hal yang dapat menjadi bertentangan dengan kebiasaan masyarakat adalah berkaitan agama, kebersihan dan aroma. Komoditas yang akan diproduksi sebaiknya tidak bertentangan dengan agama yang dianut oleh masyarakat misalnya pembenihan kodok. Beberapa kebiasaan masyarakat kodok merupakan hal yang tidak diperbolehkan oleh agama tertentu. d) Perkembangan Kota Sebelum menentukan lokasi pembenihan ikan, sebaiknya terlebih dahulu mengetahui perkembangan kota. Perkembangan kota akan berpengaruh terhadap lingkungan usaha pembenihan ikan. Lingkungan yang berpengaruh adalah pemukiman dan aktvitas masyarakat selanjutnya akan mempengaruhi kualitas air. Selain itu, perkembangan kota juga akan berhubungan dengan ijin usaha pembenihan ikan sehingga terhindar dari penggusuran usaha tersebut. Lokasi pembenihan juga harus terletak jauh dari daerah 23 industry dan tempat pemukiman pencemaran limbah industri dan rumah tangga bisa dihindari. e) Status Tanah Status lahan usaha pembenihan ikan harus jelas, yakni sebagai tanah negara, tanah garapan, tanah sewa, tanah milik, atau tanah adat. Jika tanah yang digunakan untuk pembenihan ikan adalah tahah garapan, tanah sewa atau tanah adat maka surat menyurat harus jelas sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pada surat tersebut harus tertulis status tanah, lama penggunaan, harga sewa dan sebagainya. 3) Faktor Ekonomi Pengamatan dan analisis faktor ekonomi merupakan hal yang penting dalam penentuan lokasi pembenihan ikan. Faktor ekonomi akan berpengaruh terhadap pembangunan, operasional dan pemasaran produksi benih ikan. Faktor ekonomi yang perlu di perhatikan adalah pasar dan transportasi a) Pasar Pasar yang dimaksudkan adalah pasar tempat menjual produksi benih dan pasar untuk mencukupi kebutuhan operasiaonal pembenihan ikan dan kebutuhan sehari hari karyawan. Lokasi pembenihan ikan sebaikanya dekat dengan lokasi pembesaran ikan. Lokasi pembesaran ikan merupakan pemasaran bagi hasil produksi pembenihan ikan. Benih yang dibutuhkan oleh pengusaha pembesaran ikan dapat dengan mudah membeli di pembenihan ikan. Sebaliknya produksi pembenihan akan lebih mudah memasarkan benih ikan ke pengusaha pembesaran ikan. Lokasi yang dekat dengan usaha pembesaran akan 24 Lokasi pembenihan ikan sebaiknya dekat dengan pasar sebagai tempat membeli kebutuhan operasional pembenihan ikan seperti pakan ikan, seser, waring, jaring hormon, obat-obatan dan sebagainya. Lokasi pembenihan ikan yang dekat dengan pasar akan meningkatkan efisiensi operasional. Selain itu, lokasi pembenihan ikan dekat dengan pasar akan memudahkan karyawan mengadakan kebutuhan sehari-hari seperti beras, sayur-sayuran, pakaian dan lain lain. b) Transportasi Lokasi pembenihan ikan sebaiknya dekat dengan jalan sehingga pengelolaan, tamu dan pembeli lebih mudah mengunjungi usaha. Selain itu, jalan juga akan memudahkan pengangkutan produksi benih dan pengangkutan kebutuhan operasional pembenihan ikan. Pembenihan ikan yang dekat dengan jalan akan berpengaruh terhadap kelancaran operasional dan pemasaran produksi benih ikan. 2) Desain dan Tata Letak Wadah Desain dan tata letak wadah pembenihan ikan disesuaikan dengan proses kegiatan dan sifat dan karakter telur/larva ikan. Proses pembenihan ikan khususnya pemijahan, penetasan telur dan perawatan larva setiap komoditas berbeda-beda. Sedangkan tata letak wadah pembenihan ikan disesuaikan dengan luas dan bentuk bangunan pembenihan ikan (hatchery). Desain wadah Desain wadah pembenihan ikan disesuaikan dengan kebiasaan induk ikan memijah, sifat telur ikan, sifat larva dan benih ikan. Setiap komoditas memiliki karakter telur, larva dan benih yang berbeda. 25 Dengan demikian desain wadah pembenihan ikan disesuaikan dengan karakter telur, larva dan benih setiap komoditas. Selain itu, desain wadah juga disesuaikan dengan luas dan bentuk bangunan pembenihan ikan (hatchery). a) Desain Wadah Pemijahan Induk Ikan Beberapa induk ikan berbeda kebiasaan memijah dengan induk ikan yang lain. Sehingga desain wadah pemijahan induk juga disesuaikan dengan kebiasaan pemijahan induk ikan tersebut. Di alam, kebiasaan induk ikan gurame memijah dengan membuat sarang pada dinding sungai atau danau/rawa yang berlubang. Induk gurame membuat sarang terbuat dari rumput, ranting, sampah yang ada di perairan. Umumnya induk gurame membuat sarang di perairan tenang. Selain itu kebiasaan induk gurame adalah induk betina menjaga dan merawat telur dengan cara mengkipas-kipaskan ekornya ke sarang agar telur mendapatkan oksigen dari air. Kebiasaan pemijahan induk ikan gurame dialam tersebut di sesuaikan dengan memodifikasi dengan menyediakan sosok dan ijuk di dalam kolam. Induk gurame tersebut akan mengambil ijuk dan membuat sarang di dalam sosok tersebut. Kolam pemijahan induk ikan gurame dapat segi empat atau segitiga. Hal yang perlu diperhatikan adalah air kolam pemijahan induk gurame adalah jernih dan tenang. Ketinggian air kolam pemijahan induk ikan gurame adalah 0,7-1 m. 26 Gambar 10. Wadah Pemijahan Induk Ikan Gurame (a) Sosok, (b) Ijuk (c) Kolam Pemijahan Kebiasaan pemijahan induk ikan nila adalah membuat sarang berupa lekukan di dasar kolam. Induk jantan membuat lekukan didasar kolam/bak/hapa selanjutnya induk jantan dan betina memijah pada lekukan tersebut. Selanjutnya Induk betina mengeram telur dan merawat larva dalam mulutnya sampai larva tersebut dapat mandiri. Wadah pemijahan induk ikan nila dapat dilakukan di dalam bak, kolam, akuarium atau hapa. Bentuk kolam pemijahan induk ikan nila dapat berbentuk segi empat, bulat atau segitiga. Kolam pemijahan dilengkapi pipa pengeluaran air dengan ketinggian air 0,5 – 1 m c a b Next >