< Previous 19 9) Penyaring Ultra Digunakan untuk memisahkan koloid-koloid. Penyaring Ultra menggunakan koloidon dan digunakan untuk memisahkan virus. c) Sterilisasi Secara Kimia Bahan kimia yang sering digunakan adalah: 1) Fenol Fenol dan turunannya (metal fenol dan dimetil fenol) bersifat merobek membrane sel dan mendenaturasikan protein, yang mengakibatkan mikroorganisme menjadi mati. 2) Alkohol Alkohol dapat mendenaturasikan protein dan melarutkan lemak sehingga dinding sel rusak dan plasma membengkak mengakibatkan mikroorganisme mati.Etanol sangat efektif pada konsentrasi 50-70%. 3) Halogen Jenis halogen yang sering digunakan untuk sterilisasi adalah Yodium, dan klor serta senyawanya contoh kaporit (NaOCl). Kepekaan dan Keaktifan zat kimia terhadap Mikroorganisme NO Bahan Konsentrasi Keaktifan 1. Formalin + Alkohol 8 % + (60-70%) Tinggi 2. Formalin 3-8 % Sedang tinggi 3. Yodium tinklor 0,6 – 70 % Sedang 20 NO Bahan Konsentrasi Keaktifan 4. Alkohol 70 – 90 % Sedang 5. Kaporit 4 – 5 % Sedang 6. Fenol 0,5 – 3 % Rendah sedang 1. Filtrasi Kombinasi Untuk mengurangi dan mencegah serangan terhadap hama dan penyakit sering dilakukan dengan menggunakan teknik system filtrasi. System filtrasi banyak macamnya, ada yang air difilter dengan menggunakan bio agen dan ada dengan teknik air diendapkan terlebih dahulu kemudian disaring bertingkat. System filtrasi dibawah ini sering digunakan pada teknik pembesaran ikan indoor dengan menggunakan system resirkulasi air dengan bebrapa komponennya: a. Bak pengendapan air dan Microstainer Microstainer adalah alat yang dipergunakan untuk membuang hasil endapan air kotor disemprotkan keluar. Alat ini diatur disesuiakan dengan kebutuhan (waktu pembentukan endapan). Microstainer diletakkan didalam bak pengendapan. Pengendapan merupakan pembentukan fase padat dengan ukuran tertentu, yang dikarenakan gaya gravitasi maka menjadi mengendap. b. Saringan Pasir mekanik (filter mekanik) Saringan pasir mekanik terbuat dari kerikil dan pasir sebagai substrat. Saringan ini berfungsi mengurangi kekeruhan air dengan menjerat materi pertikulit yang tersuspensi didalam air dan memisahkannya dari air. Ada dua cara penjeratan materi tersuspensi ini: 21 1) Partikel-partikel tersuspensi terperangkap pada/celah-celah butiran pasir. 2) Muatan electrostatic yang ada pada butiran pasir akan mengikat partikel-partikel koloid yang berlawanan muatan elektrostatiknya. Partikel-partikel terkoloid tersebut akan tertinggal menempel/melekat pada permukaan butiran pasir. Saringan pasir ini disamping sebagi saringan fisik juga bisa sebagai saringan biologi. Pasir yang baik sebagi saringan adalah pasir yang berukuran Ø2-5 mm. c. Wadah/Kotak Kapur Wadah kapur ini berisi kapur (salah satu dari calsite: dolomite, calcium hidroksida, calcium oxsid) atau di Indonesia terkenal dengan kapur pertanian. Kapur ini berfungsi untuk meningkatkan pH pada biofilter, karena aktifitas bakteri aeromonas dan microbakter optimum pada pH 7 - 8. Biasanya air sebelum masuk ke biofilter pH <7 akibat kotoran proses dari pemeliharaan ikan, berupa feces dan sisa pakan. Pemberian kapur adalah 1 kg kapur/10 kg pakan ikan, diberikan secara bertahap selama 12 jam (TFRI, 1997). d. Filter Biologi (biofilter) Filter biologi merupakan tempat penyaringan kotoran baik berupa sisa pakan, feces dan urine ikan melalui proses dekomposisi oleh bakteri aeromonas dan nitrobakter (bakteri yang dominan) menjadi senyawa sederhana atau asam nitrat. Pada saat proses dekomposisi oleh bakteri tersebut Oksigen sangat diperlukan , dengan demikian setelah proses dekomposisi selesai kelarutan oksigen akan menurun. Hal ini perlu diwaspadai. 22 Bahan yang dipergunakan untuk biofilter sebagai media tumbuhnya bakteri adalah plastic biofilter atau bahan sejenisnya. Inokulasi bakteri tersebut membutuhkan waktu 40-50 hari. e. Trickling filter Fungsi utama dari trikling filter adalalah menguapkan gas-gas beracun diantaranya CO2 hasil nitrifikasi dan menambah permukaan air agar lebih luas, dengan cara menjatuhkan air tersebut. Substrat yang digunakan tricking filer bisa berupa pasir. f. Kotak lampu Ultraviolet Lampu ultraviolet diperlukan untuk mengurangi/mematikan mikroorganisme penyebab penyakit. Sebelum air masuk dipergunakan untuk media pembesaran ikan, air diusahakan sudah melawati sinar ultraviolet tersebut. Efisiensi penggunaan sinar ultraviolet tersebut diukur dari kemampuan mematikan mikroorganisme tersebut, juga tergantung lamanya kontak dengan ultraviolet tersebut. g. DO Connes/Aerator DO Connes/Aerator berperan meningkatkan kelarutan oksigen dalam air sebelum air masuk ke wadah pemeliharaan ikan. DO Connes menambah kelarutan oksigen dengan cara menyemprotkan oksigen cair (shower) kedalam air, sedangkan aerator berfungsi menambahkan kelarutan oksigen dengan mendifusikan oksigen kedalam air, (bisa pilih salah satu). 23 h. Pompa Air Pompa air sebagai penggerak air berfungsi untuk menaikkan atau menyedot air. Kecepatan aliran air tergantung besar kecilnya debit pompa. Kecepatan aliran air akan mempengaruhi kualitas air. Usahakan kecepatan aliran air berimbang dengan komponen yang lain. Gambar 6. System Filtrasi Kombinasi 2. Bio-Filtrasi Rumput Laut dan Kerang Bio-filter dengan menggunakan Rumput Laut, Kerang/Kijing dan Teripang telah banyak digunakan dibeberapa tempat, contoh di Tambak daerah Kerawang dan beberapa di Tambak Taiwan, dll. Penggunaan ini sangat efektif digunakan. Dalam pengolahan air limbah, terdapat beberapa parameter kualitas yang digunakan. Parameter kualitas air limbah dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu parameter organik, karakteristik fisik, dan kontaminan spesifik. Parameter organik merupakan ukuran jumlah zat organik yang terdapat dalam limbah. Parameter ini terdiri dari total organic carbon (TOC), chemical oxygen demand (COD), biochemical oxygen Wadah pemeliharaan Ikan wadah pemeliharaan Ikan Wadah Pemeliharaan Ikan Pompa/ tandon DO connes UV trickling Filter BiolFilter pasir mekanik 24 demand (BOD), minyak dan lemak (O&G), dan total petrolum hydrocarbons (TPH). Karakteristik fisik dalam air limbah dapat dilihat dari parameter total suspended solids (TSS), pH, temperatur, warna, bau, dan potensial reduksi. Sedangkan kontaminan spesifik dalam air limbah dapat berupa senyawa organik atau inorganik. a) Rumput Laut Salah satu sistem teknologi pengelolaan limbah adalah dengan penggunaan rumput laut yang dijadikan filteran karena kemudahannya dalam penanaman dan kemampuan beradaptasi pada lingkungan yang baik. Dari sisi biologi, banyak pilihan biota lain yang dapat dimanfaatkan dalam biofilter perairan. Dari keunggulan rumput laut yang mudah beradaptasi terhadap perubahan lingkungan ekstrim, baik salinitas, cahaya, dan suhu. Pemanfaatan rumput laut sebagai biofilter tidak terbatas pada pengelolaan pencemaran di kawasan perairan payau, namun dapat pula diintregasikan dengan upaya pengelolaan limbah dari sumber lain, seperti limbah domestik, pertanian, dan industri. Integrasi rumput laut dalam kegiatan budidaya di perairan payau secara sederhana dapat dilakukan dalam satu kolam. Dengan menanam rumput laut bersama dengan ikan yang sedang dibudidayakan. Namun hal ini juga tidak menutup kemungkinan peluang berbagai modifikasi. Dalam gambar di atas merupakan pemanfaatan air yang dilakukan dengan cara terlebih dahulu mengalirkan air kolam/pond ke dalam areal yang ditanami rumput laut sebagai biofilter. Selanjutnya air dialirkan keluar menuju tambak dan masuk ke perairan payau dan dialirkan kembali ke kolam/pond untuk dimanfaatkan kembali. 25 b) Kerang/Kijing Sistem teknologi pengelolaan limbah dengan penggunaan kijing yang dijadikan filteran karena kemampuan kijing yang sangat efektif dalam memanfaatkan plankton yang terkandung dalam perairan (tercemar). Dengan dibuktikannya penemuan kandungan dalam lambung kijing berupa plankton yang telah diubah menjadi bentuk protein, untuk penunjang daya kelangsungan hidup dirinya. Hal ini tentunya dapat menjadi sorotan bahwa penggunaan kijing dalam suatu perairan tercemar mampu meningkkatkan kualitas perairan. Filter biologi atau biofilter memanfaatkan organisme yang dapat mengakumulasi dan mendegradasi bahan tercemar serta tidak menimbulkan dampak baru terhadap lingkungan, sehingga diharapkan menjadi cara yang efektif, efisien, dan aman (Muliani et al. 1998). c) Teripang Pasir Sistem teknologi pengelolaan limbah adalah dengan penggunaan teripang pasir yang dijadikan sebagai biologi filter dalam pencemaran perairan karena kemampuan teripang pasir dalam menurunkan kadar TOM (Total Organik Matter) dalm air dari kandungan bahan bahan organik, serta sejumlah bakteri patogen lainnya. Penerapan teknologi filter biologi pada perairan tercemar menggunakan teripang pasir mampu mengurangi jumlah akumulasi bahan organik, dan penyebab penyebab pencemaran dalam perairan lainnya. 26 Gambar 7. Bio-Filtrasi dengan Rumput Laut dan Kerang Terjadinya peningkatan kandungan oksigen dalam perairan tercemar yang telah dilalui penggunaan biologi filter berupa teripang pasir dikarenakan terjadinya penurunan sejumlah bakteri patogen dalam perairan tercemar tersebut, sehingga menyebabkan kandungan oksigennya naik. Konsentrasi oksigen terlarut dala perairan akan mengalami peningkatan dengan menurunnya aktivitas dan jumlah populasi bakteri (Kordi &Tancung. 2007). 3. Pencegahan penularan Mencegah lebih baik daripada mengobati, selain lebih ekonomis karena terhindar dari kerugian yang besar akibat kematian massal ikan. Paling tidak ada tiga hal yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit. Tambak Nila Tambak NIla/Kerapu Tambak Nila/Kerapu PengendapRumput Tambak Nila/Kerapu Tambak Nila/Kerapu Tambak Nila Kerang/Teripang Rumput Pengendap 27 a. Melakukan persiapan lahan yang benar, yaitu pengeringan dan pemupukan. Pengeringan bertujuan untuk memutus siklus hidup penyakit. Dilakukan kira-kira selama tiga minggu sampai dasar kolam retak-retak. Pengapuran digunakan untuk menstabilkan pH tanah dan air serta dapat membunuh bakteri dan parasit. Pemupukan digunakan untuk menyuburkan kolam dan menumbuhkan fitoplankton sebagai pakan alami. b. Menjaga kualitas air pada saat pemeliharaan. Untuk itu dapat dilakukan treatment probiotik secara teratur 0,3 ppm setiap hari. Probiotik akan mendegradasikan bahan organik, menguraikan gas beracun dan menekan pertumbuhan bakteri merugikan penyebab timbulnya bakteri. c. Meningkatkan ketahanan tubuh ikan melalui kekebalan non spesifik dengan aplikasi imunostimulant secara teratur seperti vitamin, glukan, dan pemberian probiotik. Apabila didalam kolam atau wadah pemeliharaan ikan telah terjangkit penyakit maka sebaiknya segera diisolir wadah tersebut. Jika belum merupakan wabah masih sedikit ikan yang terserang , bisa dilakukan pengobatan secara individual, atau kelompok. Tetapi apabila telah mewabah sebaiknya dicegah dengan cara: a. Wadah diisolir, jangan ada air masuk dan air keluar. b. Kolam ditreatmen untuk dilakukan pengobatan secara masal didalam kolam tersebut. c. JIka sudah tidak bisa dikendalikan maka ikan dipanen dan dimusnahkan, kolam dibiarkan dan dikeringkan. 28 Gambar 8. Usaha Pencegahan Penyebaran Penyakit 4. Karantina a. Prosedur Karantina Ikan Adapun prosedur yang telah ditetapkan oleh PP No.15 tahun 2002 tentang prosedur karantina, setiap media pembawa hama dan penyakit untuk ikan Karantina yang akan diimpor, diekspor, atau antar hama dan penyakit untuk Ikan Karantina. Persyaratan karantina dan prosedur yang diperlukan adalah sebagai berikut: 1) Impor (Pemasukan) Setiap Ikan yang dimasukkan ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia wajib dilengkapi sertifikat kesehatan yang diterbitkan Next >