< Previous 124 Direktorat Pembinaan SMK 2013Dekorasi dan Kethok Pembentukan 2 menyebar ke peredaran darah sehingga menyebabkan rasa mual, ingin muntah, Anorexia, gemetaran hebat dan dapat menyebabkan kerusakan pada syaraf otak serta menimbulkan kematian. 18. Lithium Senyawa lithium apabila tertelan dapat menyebabkan kerusakan pada otak 19. Mangaan Debu mangaan yang terhirup dapat menyebabkan rasa kantuk yang hebat dan apabila berlangsung terus menerus dapat menyebabkan kelumpuhan 20. Mika Debu mica apabila terhirup dapat menyebabkan peradangan pada saluran pernafasan. 21. Nikel Senyawa nickel apabila terkena langsung pada kulit dapat menyebabkan penyakit Dematitis (peradangan kulit). 22. Silenium Silenium digunakan sebagai bahan pewarna merah pada suhu 10400C. Apabila tubuh terkontaminasi dapat menyebabkan gejala perasaan tertekan (Depresi) dan radang kulit. 23. Silica Silika sebagai mineral yang berdiri sendiri maupun sebagai Silika bebas dalam Feldspar atau tanah liat lain apabila terhirup atau tertelan dapat menyebabkan penyakit paru-paru yang kronis seperti asma, batuk darah dsb. 24. Stanium Chlorida Bahan yang digunakan untuk pengasapan dalam tungku untuk mendapatkan warna mutiara. Apabila uapnya terkena mata dapat melukai selaput mata dan apabila terhirup dapat melukai selaput saluran pernafasan. 125 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Dekorasi dan Kethok Pembentukan 2 25. Uranium Garam-garam uranium adalah bahan yang sangat beracun. Apabila terhirup atau tertelan dalam waktu lama dapat menyebabkan penyakit memar kulit, kerusakan ginjal, kanker, dan menimbulkan kematian. 26. Vanadium Pentoxide Vanadium pentoxide sebagai sumber warna kuning apabila terhirup dapat menimbulkan radang pada saluran pernafasan dan penyakit radang kulit. 27. Zinc Oxide Zinc oxide dalam bentuk debu atau uap apabila terhirup dapat menyebabkan penyakit pernafasan. Secara lengkap karakter dan tingkat bahaya bahan-bahan tersebut dapat di telusur melalui Material Safety Data Sheets (MSDS). MSDS dapat diakses melalui buku khusus maupun secara online (www.msds.com). 4. Petunjuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja Berikut ini petunjuk Kesehatan dan keselamatan kerja pada kerja finishing logam. Semua pekerjaan mengandung resiko. Besar atau kecilnya sebuah resiko akan dapat kita hindari ketika kita melakukan sesuatu dengan aman. Kita harus mengetahui bagaimana bekerja atau memperlakukan bahan dengan resiko seminal mungkin. Gambar 77. Petunjuk keselamtan kerja Sumber : dokumen Studio Logam 2012 Begitu juga dengan pekerjaan ukir logam. Ada resiko yang mungkin muncul baik cidera secara fisik maupun bahaya karena efek bahan itu sendiri. Tetapi bahaya resiko itu mungkin tidak 126 Direktorat Pembinaan SMK 2013Dekorasi dan Kethok Pembentukan 2 akan terjadi sama sekali apabila kita bekerja sesuai prosedur keamanan yang diterapkan. Karena pekerjaan ukir logam adalah pekerjaan yang memerlukan fisik dan dilakukan berulang maka akan timbul resiko regangan otot, sedera punggung, dll. Gunakan gerak tubuh secara mekanis dan ergonomis yang baik ketika bekerja dengan ukir logam. Misalnya ketika mengangkat beban benda kerja gunakan lutut dan otot paha besar daripada otot punggung. Akan lebih baik jika sebelum bekerja dengan beban, terlebih dahulu lakukan peregangan otot selama 2 menit. Resiko dari bahan. Pada dasarnya ada tiga cara bahan kimia masuk ke dalam tubuh: Proses menelan Inhalasi/pernafasan Penyerapan melalui kulit - biasanya melalui luka atau lecet Setelah mengetahui tiga jalur tersebut, maka kita menjadi lebih mudah untuk merencanakan ke depan dalam mengurangi risiko. Jauhkan makanan dan minuman ketika bekerja di studio dari bahan kimia, tidak memegang alat di mulut, dan jangan memasukkan jari tangan ke mulut. Ketika bekerja dengan debu masker. Ketika bekerja dengan bahan kimia, gunakan lateks atau sarung tangan karet. Dan jangan lupa mencuci tangan Anda secara menyeluruh ketika selesai bekerja. 127 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Dekorasi dan Kethok Pembentukan 2 Patuhi petunjuk berikut! 1. Kenakan pakaian kerja, sarung tangan, dan masker karena bahan-bahan kimia sangat berbahaya apabila terhirup. 2. Simpan bahan-bahan kimia pada botol tertutup dan beri label sesuai dengan nama bahan kimia 3. Periksalah kondisi peralatan sebelum dan sesudah digunakan. 4. Gunakan peralatan sesuai fungsinya dan ikuti petunjuk pengoperasian peralatan sesuai prosedur. 5. Gunakan bahan sesuai kebutuhan. 6. Bersihkan peralatan dan ruangan setelah selesai digunakan. 7. Simpan kembali peralatan dan sisa bahan praktek pada tempatnya. 8. Perhatikan pengelolaan limbah. 9. Bekerjalah dengan teliti dan hati-hati. a. Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (PPPK/P3K) Pada setiap lokasi pekerjaan praktek di bengkel/laboratorium perlu disiapkan kemampuan untuk dapat melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan (PPPK) serta tindak lanjutnya. Untuk dapat melakukan PPPK dan tindak lanjutnya di bengkel, perlu adanya orang yang dapat melakukan PPPK, alat dan bahan PPPK, daftar nama, alamat, nomor telepon dari orang, instansi yang harus dihubungi apabila terjadi kecelakaan atau musibah, seperti klinik, rumah sakit, pemadam kebakaran, dan lain-lain. Di bengkel perlu disediakan petunjuk pertolongan, bila terjadi kecelakaan atau musibah, sehingga diperlukan petugas yang dapat melakukan PPPK, Petugas ini harus dapat berperan sebagai petugas khusus tentang PPPK ataupun mereka yang pernah mengikuti latihan PPPK. Mereka itu boleh staf maupun para teknisi bengkel yang pernah mengikuti kursus PPPK. Bila dipandang perlu dapat mengutus salah satu petugas bengkel untuk mengikuti kursus. Alat, bahan PPPK dilokasi bengkel/laboratorium harus disediakan oleh pihak bengkel. Setidak-tidaknya tersedia kotak PPPK beserta isi yang lengkap. Kotak PPPK harus dikontrol setiap saat, jangan sampai terjadi pada saat yang diperlukan, isi kotak PPPK kurang atau jumlahnya tinggal sedikit. 128 Direktorat Pembinaan SMK 2013Dekorasi dan Kethok Pembentukan 2 Pada bengkel/laboratorium juga harus tersedia daftar nama, alamat, nomor kantor, nomor instansi yang harus dihubungi bila terjadi keadaan darurat yang perlu bantuan pihak lain. Selanjutnya ada petunjuk yang jelas, berupa poster ataupun papan-papan petunjuk yang dipasang dibengkel atau di tempat-tempat yang strategis. Ini harus dilakukan dalam jumlah yang memadai. Petunjuk mengingatkan kepada semua pihak untuk berhati-hati. Petunjuk yang ditempelkan pada papan yang menghalangi sering sangat membantu mengingatkan bahwa sekitar tempat tersebut berbahaya b. Pengertian limbah laboratorium Pada proses ukir logam tentu tidak akan terpisah dengan limbah. Modul ini juga akan membahas pengetahuan limbah, jenis limbah dan cara pengolahan limbah. Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik industri, laboratorium, maupun domestik (rumah tangga), yang lebih dikenal sebagai sampah. Kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Menurut Recycling and Waste Management Act limbah didefinisikan sebagai benda bergerak yang diinginkan oleh pemiliknya untuk dibuang atau pembuangannya dengan cara yang sesuai, yang aman untuk kesejahteraan umum dan untuk melindungi lingkungan. Limbah laboratorium adalah limbah yang berasal dari kegiatan laboratorium. Sumber limbah laboratorium dapat berasal diantaranya dari : 1) Bahan baku yang telah kadaluarsa 2) Bahan habis pakai (misal medium biakan/ perbenihan yang tidak terpakai) 3) Produk proses di laboratorium (misal sisa limbah sisa finishing benda kerja ukir logam, pewarna Sn, dll.) c. Jenis limbah laboratorium Berdasarkan jenisnya, maka klasifikasi pengumpulan limbah laboratorium adalah berdasarkan sifatnya. Limbah dibedakan menjadi: 129 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Dekorasi dan Kethok Pembentukan 2 1) Limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun) Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung bahan berbahaya atau beracun yang sifat dan konsentrasinya, baik langsung maupun tidak langsung, dapat merusak atau mencemarkan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan manusia. Limbah beracun dibagi menjadi: a) Limbah mudah meledak b) Limbah mudah terbakar. c) Limbah reaktif d) Limbah beracun e) Limbah yang menyebabkan infeksi f) Limbah yang bersifat korosif 2) Limbah infeksius Limbah infeksius meliputi limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular serta limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik, ruang perawatan dan ruang isolasi penyakit menular. 3) Limbah radioaktif Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radionucleida. 4) Limbah umum Berdasarkan bentuk limbah yang dihasilkan, dibedakan menjadi: a) Limbah padat Limbah padat di laboratorium relatif kecil, biasanya berupa endapan atau kertas saring terpakai, sehingga masih dapat diatasi. b) Limbah gas Limbah yang berupa gas umumnya dalam jumlah kecil, sehingga relatif masih aman untuk dibuang langsung di udara, contohnya limbah yang dihasilkan dari penggunaan generator, sterilisasi dengan etilen oksida atau dari thermometer yang pecah (uap air raksa). 130 Direktorat Pembinaan SMK 2013Dekorasi dan Kethok Pembentukan 2 c) Limbah cair Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan yang berwujud cair (PP No.82 Thn 2001). Umumnya laboratorium berlokasi di sekitar kawasan hunian, sehingga akumulasi limbah cair yang meresap ke dalam air tanah dapat membahayakan lingkungan sekitar. Limbah cair terbagi atas: 1) Limbah cair infeksius 2) Limbah cair domestik 3) Limbah cair kimia Berdasarkan atas dasar asalnya, dikelompokkan menjadi 2 yaitu : 1) Limbah organik Limbah ini terdiri atas bahan-bahan yang besifat organik seperti dari kegiatan rumah tangga, kegiatan industri. Limbah ini juga bisa dengan mudah diuraikan melalui proses yang alami. 2) Limbah anorganik Limbah anorganik berasal dari sumber daya alam yang tidak dapat di uraikan dan tidak dapat diperbaharui. 5. Pengelolaan Limbah Tujuan pengelolaan limbah adalah untuk mengurangi resiko pemaparan limbah terhadap kuman yang menimbulkan penyakit (patogen) yang mungkin berada dalam limbah tersebut. Penanganan limbah antara lain ditentukan oleh sifat limbah, yaitu : Pengelolaan limbah berbahaya dan beracun, dengan cara : a. Netralisasi Limbah yang bersifat asam dinetralkan dengan basa seperti kapur tohor, CaO atau Ca(OH)2 Sebaliknya, limbah yang bersifat basa dinetralkan dengan asam seperti H2SO4 atau HCI. b. Pengendapan/sedimentasi, koagulasi dan flokulasi Kontaminan logam berat dalam ciaran diendapkan dengan tawas/FeC13, Ca(OH)2/CaO karena dapat mengikat As, Zn, Ni. Mn dan Hg. 131 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Dekorasi dan Kethok Pembentukan 2 c. Reduksi-Oksidasi Terhadap zat organik toksik dalam limbah dapat dilakukan reaksi reduksi oksidasi (redoks) sehingga terbentuk zat yang kurang/tidak toksik. d. Penukaran ion Ion pada logam berat seperti nikel, Ni dapat diserap oleh kation, sedangkan anion beracun dapat diserap oleh resin anion. Berikut ini tentang pengelolaan limbah infeksius. Ada beberapa metode penanganan limbah cair/padat yang bersifat infeksius, yaitu : a. Metode desinfeksi Metode desinfeksi adalah penanganan limbah (terutama cair) dengan cara penambahan bahan-bahan kimia yang dapat mematikan atau membuat kuman-kuman penyakit menjadi tidak aktif. b. Metode pengenceran (dilution) Metode pengenceran (dilution) adalah metode dengan cara mengencerkan air limbah sampai mencapai konsentrasi yang cukup rendah, kemudian baru dibuang ke badan-badan air. Kerugiannya ialah bahan kontaminasi terhadap badan-badan air masih tetap ada. Selain itu pengendapan yang terjadi dapat menimbulkan pendangkalan terhadap badan-badan air seperti selokan, sungai dan sebagainya sehingga dapat menimbulkan banjir. c. Metode proses biologis Metode proses biologis adalah suatu metode dengan menggunakan bakteri-bakteri pengurai. Bakteri-bakteri tersebut akan menimbulkan dekomposisi zat-zat organik yang terdapat dalam limbah. d. Metode ditanam (landfill) Metode ditanam (landfill) yaitu penanganan limbah dengan menimbunnya di dalam tanah. 132 Direktorat Pembinaan SMK 2013Dekorasi dan Kethok Pembentukan 2 e. Metode insinerasi (pembakaran) Metode Insinerasi (pembakaran) adalah suatu metode pemusnahan limbah dengan cara memasukkan ke dalam insinerator. Dalam insinerator senyawa kimia karbon yang ada dibebaskan ke atmosfir sebagai CO2 dan H2O. Bahan-bahan seperti mineral, logam dan bahan organik lainnya (kuman penyakit, jaringan tubuh, hewan, darah, bahan kimia, kertas, plastik) yang tidak terbakar tersisa dalam bentuk abu yang beratnya 10-30% dari berat aslinya ini tergantung dari jenis limbah. Berikut ini disajikan tentang penanganan limbah radioaktif Masalah penanganan limbah radioaktif dapat diperkecil dengan memakai radioaktif sekecil mungkin, menciptakan disiplin kerja yang ketat dan menggunakan alat yang mudah didekontaminasi. Penanganan limbah radioaktif dibedakan berdasarkan: a. Bentuk : cair, padat dan gas b. Tinggi-rendahnya tingkat radiasi sinar gamma (γ), c. Tinggi-rendahnya aktifitas d. Panjang-pendeknya waktu paruh e. Sifat : dapat dibakar atau tidak. Ada 2 sistem penanganan limbah radioaktif : a. Dilaksanakan oleh pemakai secara perorangan dengan memakai proses peluruhan, peguburan dan pembuangan. b. Dilaksanakan secara kolektif oleh instansi pengolahan limbah radioaktif, seperti Badan Tanaga Atom Nasional (BATAN). Limbah umum Limbah umum non infeksius setelah dikumpulkan dalam wadah kantong plastik diikat kuat dan dibakar di incinerator Upaya Penanggulangan a. Penggunaan kembali limbah laboratorium berupa bahan kimia yang telah digunakan, setelah melalui prosedur daur ulang yang sesuai. Sebagai contoh: (hal ini paling sesuai untuk pelarut yang telah digunakan) Pelarut organik seperti etanol, aseton, kloroform, dan dietil eter dikumpulkan di dalam laboratorium secara terpisah dan dilakukan destilasi. 133 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Dekorasi dan Kethok Pembentukan 2 b. Sebelum melakukan reaksi kimia, dilakukan perhitungan mol dari reaktan-reaktan yang bereaksi secara tepat sehingga tidak menimbulkan residu berupa sisa bahan kimia. Selain menghemat bahan yang ada, hal ini juga akan mengurangi limbah yang dihasilkan. c. Pembuangan langsung dari laboratorium. Metoda pembuangan langsung ini dapat diterapkan untuk bahan-bahan kimia yang dapat larut dalam air. Bahan-bahan kimia yang dapat larut dalam air dibuang langsung melalui bak pembuangan limbah laboratorium. Untuk bahan kimia sisa yang mengandung asam atau basa harus dilakukan penetralan, selanjutnya baru bisa dibuang. Untuk bahan kimia sisa yang mengandung logam-logam berat dan beracun seperti Pb, Hg, Cd, dan sebagainya, endapannya harus dipisahkan terlebih dahulu. Kemudian cairannya dinetralkan dan dibuang. d. Dengan pembakaran terbuka. Metoda pembakaran terbuka dapat dterapkan untuk bahan-bahan organik yang kadar racunnya rendah dan tidak terlalu berbahaya. Bahan-bahan organik tersebut dibakar ditempat yang aman dan jauh dari pemukiman penduduk. e. Pembakaran dalan insenerator. Metoda pembakaran dalam insenerator dapat diterapkan untuk bahan-bahan toksik yang jika dibakar ditempat terbuka akan menghasilkan senyawa-senyawa yang bersifat toksik. f. Dikubur didalam tanah dengan perlindungan tertentu agar tidak merembes ke badan air. Metoda ini dapat diterapkan untuk zat-zat padat yang reaktif dan beracun g. Proses pengolahan kimia digunakan dalam instalasi air bersih dan IPAL. Pengolahan secara kimia pada IPAL biasanya digunakan untuk netralisasi limbah asam maupun basa, memperbaiki proses pemisahan lumpur, memisahkan padatan yang tak terlarut, mengurangi konsentrasi minyak dan lemak, meningkatkan efisiensi instalasi flotasi dan filtrasi, serta mengoksidasi warna dan racun. Next >