< Previous 33 11) BMN (Baculoviral Midgutgland Necrosis) 12) LPV (Lymphoidal Parvo-like Virus) 13) LOVV (Lymphoid Organ Vaccuolization Virus) 14) LOSV (Lymphoid Organ Spheroid Virus) 15) REO (REO III dan REO IV) 16) RPS (Rhabdovirus of Penaid Shrimp) 17) MoV (Moyrillyan Virus) 18) BP (Baculovirus Penaid) 19) IRDO (Shrimp Iridovirus) Kegagalan pada budidaya ikan Mas dan Koi dapat disebabkan infeksi virus KHV. Infeksi virus KHV dapat menyebabkan kematian massal pada ikan Mas maupun Koi. Akan tetapi pengetahuan tentang patogenisitas KHV masih sangat terbatas namun petunjuk pengendaliannya sangat dibutuhkan. Beberapa gejala klinis ikan yang terserang KHV adalah a) Gerakannya tidak terkontrol, b) Megap-megap, c) Nafsu makan menurun, d) Kulit melepuh, e) Kadang-kadang disertai pendarahan pada sirip/badan, f) Insang geripis pada ujung lamella dan akhirnya membusuk. g) Terjadi kematian massal dalam waktu singkat (1-5 hari). Pada budidaya udang juga dapat menyebabkan kegagalan dalam produksi bila udang terinfeksi virus. Penyakit yang paling berbahaya ini dan banyak menimbulkan kerugian bagi petambak adalah karena terinfeksinya virus (WSSV, TSV, YHD, IMNV, IHHNV). Penyakit virus pada udang yang banyak menimbulkan kerugian bagi petambak di Indonesia antara lain: 34 Tahun 1989 : serangan MBV (Monodon Baculovirus), Tahun 1994 : serangan WSSV(White Spot Syndrome virus) Tahun 2003 : serangan TSV(Taura Syndrome Virus) Tahun 2006 : serangan IMNV(Infectious Myonecrosis Virus) 1) Penyakit virus IHHNV(Infectious Hypodermal and Hematopoitic Necrosis Virus), dapat menyebabkan : a) Pertumbuhan terhambat, sehingga terjadi perbedaan ukuran yang nyata dalam satu populasi. b) Serangan dapat mencapai lebih 30% populasi. c) Multi infeksi dengan virus jenis lain. Banyak terjadi pada tambak yang menggunakan benur non SPF (Spesific Pathogen Free) yaitu induk lokal. Inang penyakit virus ini antara lain : Penaeus stylirostris, P. vannamei, P. occidentalis, P. californiensis, P. monodon, P. semisulcatus, and P. japonicus. 2) Penyakit virus TSV (Taura Syndrome Virus) dapat menyebabkan a) Udang vaname pada ujung ekor berwarna merah (merah ganda) b) Adanya bercak hitam pada kulit, c) Kulit lembek (lunak/keropos) d) Kematian secara bertahap atau massal. Virus taura (TSV) mempunyai inang antara lain : P.monodon, P. aztecus, P. duoderum, P. merguiensis, L.setiferus,L.stylirostris, L.vannamei. Virus ini berasal dari negara asal udang vaname dikembangkan. Apabila udang terinfeksi virus ini dapat sembuh, maka udang akan bersifat pembawa dan akan menularkan pada udang lain yang lemah. 35 3) Penyakit virus WSSV (White Spots Syndrome Virus) dan Invectious Hypodermal Haematopoetic Necrosis (IHHNV) Gejala penyakit ini antara lain : a) Diawali dengan nafsu makan yang tinggi (saat awal menyerang Tahun 1994), selanjutnya tidak mau makan. b) Udang selalu kepermukaan air sepanjang pematang tambak. c) Ada kematian di dasar, dalam waktu 3 - 7 hari udang habis d) Adanya bintik-bintik putih di carapace. e) Histopatologis Inclussion body intranuclear pada organ stomach Di alam WSSV dapat menyerang P. monodon, P. japponicus, P. chinensis, P. indicus, P. merquensis, dan P. setiferus. Pada P. Monodon. WSSVmenyerang stadia post-larva (PL), calon induk/ukuran konsumsi (subadult) dan induk udang (adult). Kejadian infeksi terjadi setiap bulan tidak mengenal musim (kemarau maupun penghujan). Virus WSSV stabil pada suhu dan pH yang ekstrim dan kestabilannya akan bertambah di dalam lingkungan eksternal karena adanya perlekatan virion pada kristal pelindung protein virus (polyhedrin, granulin,s pheroidin). Kristal pelindung ini akan melindungi virus dari pH yang tinggi di dalam saluran pencernaan udang (Walker, 1999). Infeksi yang terjadi pada stadia PL, calon induk dan induk terlihat gejala seperti nafsu makan menurun, udang tampak lemah (lethargy), sering kali terlihat malas berenang, udang yang di pelihara di tambak terlihat berenang di tepi tambak. Karapas udang yang sakit terlihat bercak putih, dan menjadi lunak, badan induk udang warnanya menjadi merah. Gejala seperti ini sama dengan yang dikemukakan oleh Momoyama et al. (1997); Lo & 36 Kou (1998); Sudha et al. (1998) bahwa udang yang terinfeksi WSSV mengalami perubahan pada pola tingkah laku yaitu menurunnya aktivitas renang, berenang tidak terarah dan seringkali berenang pada salah satu sisi saja. Selain itu, udang cenderung bergerombol di tepi tambak dan berenang ke permukaan. Pada infeksi akut terdapat bercak-bercak putih pada karapas dengan diameter 0,5-3,0 mm. Bercak putih ini pertama kali muncul pada cephalothorax, segmen ke-5 dan ke-6 dari abdominal dan terakhir menyebar ke seluruh kutikula badannya (Kasornchandra & Boonyaratpalin, 1996; Wang et al., 1997a; Lo & Kou, 1998). Sedangkan Koesharyani et al. (2001) mengatakan bahwa induk udang yang berwarna kemerahan termasuk jugai nsang dan hepatopankreas, sewaktu diperiksa dengan metode PCR dari organ pencernaan, lymphoid, dan kaki renang menunjukkan positif terinfeksi WSSV. Kejadian ini dapat menimbulkan kematianudang lebih dari 80% dalam rentang waktu satu minggu. Penelitian yang dilakukan oleh Peng et al.(1998) menyebutkan infeksi WSSV sangat patogenik pada kondisi udang yang diberikan stessor, hal ini karena mekanisme pertahanan tubuh pada udang tidak tidak dapat mencegah atau menahan perbanyakan WSSV di bawah kondisi stres. WSSV dapat menyebar dengan cepat ke berbagai organ seperti jantung, insang, epidermis, otot, maupun sistem pencernaan meski dalam jumlah yang kecil. Gejala klinis infeksi WSSV bintik putih pada karapas dapat dilihat pada Gambar 5. Virus juga dapat ditemukan dalam hemolymph pada udang yang menunjukkan gejala klinis, hal ini diduga WSSV menyebar melalui sistem sirkulasi (Momoyama et al., 1995). Gejala klinis infeksi 37 WSSV pada tubuh udang dengan gejala berwarna kemerahan dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 5. Gejala klinis infeksi WSSV bintik putih pada karapas Gambar 6. Gejala klinis infeksi WSSV pada tubuh udang dengan gejala berwarna kemerahan IHHNV tergolong dalam double-standed DNA dan merupakan virus berukuran terkecil yang menyerang udang. Diameter virion 22 mm, non-envelope, termasuk dalam Parvoviridae (Bonami etal., 1990; Bonami & Lightner, 1991; Mari et al., 1993; Nunan et al., 38 2000; Shike et al., 2000). Selain menyerang P. monodon, virus IHHN juga menyerang Litopenaeus stylirostris dan L. vannamei. Brock &Lightner (1990) melaporkan bahwa IHHNV menyerang udang L. stylirostris di Hawai dan mengakibatkan kematian massal (>90%) pada udang usia PL dan calon induk. Infeksi IHHNV bersifat epizootik dan penularan penyakit dapat melalui infeksi vertikal maupun horisontal, udang yang telah sembuh dapat menjadi carier penyakit sepanjang hidupnya (Morales-covarrubias &Chavez-Sanchez, 1999;Mothe et al., 2003). Lightner et al. (1983b) dan Bell & Lightner (1984) menyebutkan bahwa infeksi IHHNV pada L. vannamei dan P. monodon tidak menimbulkan kematian yang besar tetapi menyebabkan udang menjadi kerdil/udang berukuran kecil atau dikenal dengan RDS (runt deformity syndrom). Halini mengakibatkan kerugian ekonomi di mana udang berukuran lebih kecil pada masa panen. Flegel (1997), Primavera & Quinito (2000) dan Tang et al. (2003) menyebutkan bahwa infeksi IHHNV dibeberapa negara di Asia Timur dan Asia Tenggara menyerang udang liar maupun udang budidaya, serangan pada P. monodon tidak menyebabkan kerugian yang besar. Gejala klinis infeksi IHHNV udang terlihat kerdil/RDS (runt deformity syndrom) seperti diperlihtkan pada Gambar 7 . Gambar 7. Gejala klinis infeksi IHHNV udang terlihat kerdil/RDS (runt deformity syndrom) 39 4) Penyakit virus BP (Baculovirus Penaid) dapat menyebabkan antara lain : a) Kematian tinggi pada tingkat larva. b) Pada pembesaran akan bersifat subakut atau kronis. c) Udang yang terserang nafsu makannya turun dan pertumbuhannya lambat. Organ yang diserang hepatopancreas.Udang yang sering terinfeksi antra lain: P. duorarum, P. aztecus, Trachypeanaeus similis, P. marginatus, P. vannamei, P. penicillatus, P. schmitti, P. paulensis, P. subtilis dan P. setiferus 5) Penyakit virus HPV (Hepatopancreatic Parvovirus) dan MBV (Monodon Baculovirus) Pada Tahun 1988-1990 merupakan penyakit yang sangat mematikan untuk udang windu yang dapat menyebabkan pertumbuhan udang lambat. Organ yang diserang adalah hepatopancreas. Pada serangan yang serius,Hepatopancreas akan terlihat pucat, menyusut dan memadat. 6) Penyakit virus YHD (Yellow Head Disease) Gejala penyakit ini antara lain : a) Bagian kepala berwarna kuning, b) Hepatopancreas kuning, c) Usus kosong karena tidak makan. d) Dalam 3 hari kematian mencapai 100%. Virus YHD sering menginfeksi : P. monodon; Palaemon styliferus dan Acetes (kerier); P. merguiensis dan Metapenaeus ensis, P. vannamei, P. setiferus, P. aztecus, dan P. duodarum (experimental). Organ sasaran: lymphoid organ, hemolimph 40 7) Penyakit virus IMNV (Infectious Myonecrosis Virus) Virus IMNV ditemukan di Brazil pada tahun 2002. Gejala yang ditimbulkan pada udang antara lain : a) Jaringan otot berwarna putih opaque b) Bagian ekor disertai warna kemerahan seperti udang rebus c) Kematian akut 40-60% Di Indonesia diketemukan pada akhir Mei 2006 di daerah Situbondo, Jawa Timur. Penyakit menyerang pada udang besar berumur 60 – 80 hari. Umumnya nafsu makan tetap tinggi, ada kematian secara bertahap. Sehingga pakan pada anco selalu habis. Tetapi lama kelamaan cenderung menurun karena ada pengurangan populasi. Myo sering kali tidak terdeteksi ketika masih benur. Hingga saat ini, belum pernah ditemukan sample benur positif terserang Myo. 8) White Spot Baculovirus (WSBV) Virus ini menyerang udang windu P.monodon dan P.merguiensis di Jawa, Bali, Lampung, Sumatera Utara, Aceh dan Sulawesi Selatan dari tahun 1994 sampai sekarang dan menyerang udang yang berumur 50-60 hari yang berukuran 5-15 gram. Mortalitas mencapai 100 persen dalam waktu 3-5 hari. Penyakit ini menyebabkan kerugian yang besar didalam industri udang nasional, sehingga menurunkan secara drastis produksi udang. Morfologi WSBV strain Indonesia adalah berbentuk batang, ada perpanjangan tail-like projection pada satu bagian ujung. Ukuran normal nucleocapsid WSBV adalah diantara 78-90nm (diameter) dan 330-350 nm (panjang) dan diketemukan melimpah di pembengkakan inti dan sitoplasma. Virus tidak tahan terhadap panas, lemak dan pH yang rendah. 41 Penyakit viral telah mengakibatkan kerugian yang cukup besar di kalangan petambak. Penyebaran penyakit terjadi secara cepat dan melanda satu kawasan dalam waktu yang sangat singkat. h. Penyebaran Virus di Indonesia Jenis MBV dan SEMBV telah dideteksi meluas di seluruh tambak di Indonesia. Penyakit ini menyerang udang berumur 1 - 2 bulan telah tebar. Serangan MBV ditandai dengan perubahan hepatopankreas yang menjadi kekuningan karena mengalami kerusakan. Kasus ini melanda sejak tahun 1998 dengan tingkat kematian lebih dari 90% dalam waktu 2 minggu sejak gejala serangan dijumpai. Sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh SEMBV ditandai dengan timbulnya bercak putih berukuran 0,5 - 2,0 mm pada bagian karapas hingga menjalar ke ujung ekor. Bercak putih yang timbul adalah sebagai akibat abnormal depasit garam kalsium oleh lapisan epidermis kutikular. Tanda serangan YHV di tambak kepala udang berwarna kekuningan. Jenis virus, kisaran inang dan tanda klinis umum yang ditimbulkannya dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jenis virus, kisaran inang dan tanda klinis umum yang ditimbulkannya. Virus Kisaran inang Tanda klinis dan Mortalitas IHHNV P. Stylirastris, P. Vannamei, P. Occidentalis Kronis, kematian pada PL 35 HPV P. Merguiensis, P. Semisulcatus, P. Chinensis, P. Esculenstus, P. Monodon, P. Japonicus, P. Penicillatus, P. Idicus, dan P. Stylirastris Kronis, kematian bertahap antara 50-100% dalam waktu 4 minggu setelah gejala klinis teramati MBV P. Monodon, P. Merguiensis, P. Semisulcatus, P. Indicus, P. Pleejus, P. Penicillatus, P. Escuenstus, dan P. Kerathurus, kemungkinan P. Vannamei Sub akut atau kronis YHV P. Monodon, P. Vannamei, P. Akut, mortalitas masal terjadi 3- 42 Virus Kisaran inang Tanda klinis dan Mortalitas Stylirastris, P. Aztecus, dan P.Cluadarum 5 hari setelah gejala klinis teramati WSBV atau SEMBV P. Monodon, P. Japonicus, P. Chinensis, P. Indicus, P. Merguiensis, dan P. Setiferus Akut, mortalitas masal dalam waktu 3-10 hari setelah gejala klinis teramati i. Diagnosis Laboratoris Dilakukan dengan bermacam cara. Dimulai dengan isolasi virus dilanjutkan dengan identifikasi melalui bioassay, histopatologi, mikroskop elektro, dan Polymerase Chain Reaction (PCR). Namun metoda diagnosis yang umum dilakukan di beberapa laboratorium adalah bioassay dan PCR. Pada teknik bioassay selain dapat mengetahui patogen utama, juga dapat diperoleh informasi beberapa sifat biologis patogen seperti : 1) Mekanisme transmisi secara horizontal 2) Virulensi dan masa inkubasi 3) Inang spesifik dan non spesifik Teknik umum yang dilakukan adalah Uji Postulat River yaitu melalui teknik kohabitasi dengan Mencampur ikan sumber infeksi dengan ikan sehat dalam kurun waktu tertentu dan Teknik infeksi buatan melalui penyuntikan partikel virus khv. Pada teknik Kohabitasi, rasio ikan sumber infeksi dan ikan sehat adalah; 1 : (4 – 8) dalam waktu 7 - 10 hari. j. Teknik Pengambilan Sampel Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengambil sampel adalah : Next >