< Previous 53 5) Nocardia sp Nocardia sp. adalah bakteri yang bentuknya bervariasi yaitu bulat, oval dan batang berfilamen, dengan ukuran diameter 0,5-1,2 µm, bersifat gram positif, bergerak, tidak membentuk kapsul dan bersifat aerob. Bakteri ini tersebar di alam termasuk di air dan tanah. Suhu optimal bagi pertumbuhan nocardia asteroides antara 28-35oC, Sedangkan Nocardia kampachi tidak tumbuh pada suhu 10oC atau 37oC. Nocardia sp. pada ikan cara penularannya belum diketahui dengan pasti Nocardia sp. dilaporkan menyerang berbagai ikan air tawar dan air laut antara lain a) Rainbaow trout (Oncorhynchus mykiss), b) Brook trout (Salvelinus fontinalis), c) Neon tetra, d) Sepat (Trichogaster trichopterus), e) Paradise fish, f) Gurami g) Yellow tail (Seriolla quinquiradiata). Gejala klinis pada ikan yang terserang adalah a) Pembengkakan pada organ yang terserang (seperti tumor), b) Ulser atau luka pada permukaan tubuh, c) Lemah, nafsu makan menurun dan kurus. 6) Edwardsiella tarda dan E. Ictaluri Edwardsiella tarda dan E. Ictaluri adalah bakteri yang berbentuk batang bengkok dengan ukuran 1 x 2-3 µm, bersifat gram negatif bergerak dengan bantuan flagella tidak membentuk spora atau kapsul dan bersifat fakultatif anaerob. Bakteri ini dapat dijumpai di lingkungan air tawar dan air laut, dengan suhu optimal bagi pertumbuhannya sekitar 35oC, 54 sedangkan pada suhu di bawah 10oC atau di atas 45oC tidak dapat tumbuh. Edwardseilla tarda dilaporkan menyerang ikan-ikan air tawar dan laut antara lain : a) Channel catfish (Ictalurus punctatus), b) Chinook salmon (Onchorhynchus tshawyscha). c) Common carp (Cyprinus carpio), d) Crimson seabream (Evynnis japonicus), e) Japanese flounder (Paralichthys olivaceus), f) Japanese eel (Anguilla japonica), g) Largemouth bass (Mycropterus salmoides), h) Mullet (Mugil cephalus), i) Red sea bream (Chrysophrys major), j) Striped bass (Morone saxatilis), k) Tilapia (Tilapia nilotica), l) Yellow tail (Seriolla quinquiradiata), Sedangkan Edwardseilla ictaluri dilaporkan menyerang a) Channel catfish (Ictalurus furcatus), b) Brown bullhead (Ictalurus nebulosus), c) Blus catfish (Ictalurus furcatus), d) Danio (Danio devario), e) Green knifefish (Eigemannia virens), f) Walking catfish (darias batrachus), g) White catfish (Ictalurus catus). Gejala serangan peyakit ini pada ikan adalah a) Pada tahap infeksi ringan hanya menampakkan luka-luka kecil, b) Perkembangan penyakit lebih lanjut, luka bernanah berkembang dalam otot rusuk dan lambung. 55 c) Pada kasus akut, luka bernanah secara cepat bertambah dengan berbagai ukuran, d) Kemudian luka-luka terisi gas dan terlihat bentuk cembung menyebar ke seluruh tubuh. e) Warna tubuh hilang, dan f) luka-luka merata diseluruh tubuh, jika luka digores, akan tercium bau busuk (H2S). 7) Pasteurella piscicida Pasteurella piscicida adalah bakteri yang berbentuk batang pendek, berukuran 0,6-1,2 x 0,8-2,6 µm, bersifat gram negatif, tidak bergerak, tidak membuat kapsul maupun spora dan bersifat fakultatif anaerob. Bakteri ini dapat hidup di lingkungan air laut dengan kisaran suhu untuk pertumbuhannya 10-39oc. Umumnya yang diisolasi dari ikan dapat tumbuh baik pada suhu 25oC. Pasteurella piscicida dilaporkan menyerang ikan-ikan laut antara lain ikan ayu (Plecoglossus altivelis), ikan black seabream (Mylio macrocephalus), ikan red seabrearn (Pagrus major), ikan kerapu merah (Epinephelus akaara), ikan yellow tail (Seriola quinquiradiata) dan ikan menhaden (Brevoortia patronus), sedangkan Aerococcus virridans dilaporkan meyerang lobster Amerika. Gejala yang terlihat akibat serangan pada ikan adalah a) Warna tubuh menjadi gelap, b) Pendarahan pada tutup insang dan sirip, serta c) Luka pada ginjal dan limpa. 56 8) Streptoccocus sp. Streptoccocus sp. Adalah bakteri yang berbentuk bulat atau oval, memanjang seperti rantai, berdiameter 0,7-1,4 µm, bersifat gram positif, tidak bergerak, tidak membentuk spora atau kapsul dan bersifat fakultatif aerob. Bakteri ini dapat hidup di air tawar dan air laut dengan kisaran suhu bagi pertumbuhannya antara 10-45oC. Stireptococcus dilaporkan menyerang jenis-jenis ikan air tawar dan laut antara lain rainbow trout (Onchorhynchusmykiss), sea trout (Cynoscionregalis), silver trout (Cynoscionnothus), golden shiner (Notemigonuscrysoleucas), yellow tail (Seriolaquinquiradiata), menhaden (Brevoortiapatronus), Sea Catfish (Ariusfelis), striped mullet (Mugil cephalus), pinfish (Lagodon rhomboides), Atlantic croaker (Macropogon undulatus), spot (Leiostomus exanthus), Sting ray (Dasyatis sp.), Dolphin air tawar (Iniageoffrensis), Sidat (Angulla japonica), Ayu (Leicoglossus altivelis), Amago salmon (Onchorhynchus rhodurus), Jacopever (Paralichthys olivaceus), Striped bass (Morone saxatilis), Blue fish (Pomatomous saltatic), Siganids (Siganus cahaliculatus), Sea Bream (Pagrus major), tilapia (Oreochromis sp.) dan Channel catfish (Ictalurus punctatus). Ikan yang terserang menunjukkan gejala seperti a) Mata menonjol, b) Pendarahan pada kelopak mata, c) Ginjal membengkak, d) Hati menjadi merah tua dan e) Kerusakan usus. 57 9) Yersinia ruckeri Yersinia ruckeri adalah bakteri berbentuk batang, dengan ukuran 0,5-0,8 x 1,3 µm, bersifat gram positif, tidak membentuk spora atau kapsul, bergerak dengan flagella peritrichous pada suhu di bawah 30oc, sedangkan pada suhu 37oc tidak membentuk flagella. Bakteri ini dapat dijumpai di air dengan suhu optimal pertumbuhannya 22-25oC. Yersinia ruckeri dilaporkan menyerang ikan famili Salmonidae, dan cirri cirri ikan yang terserang adalah : a) Terlihat lamban, b) Warna tubuh menjadi gelap c) Cairan kuning pada usus, d) Perut berisi cairan yang tidak berwarna, e) Pendarahan pada otot dan organ dalam, serta f) Radang pada bagian tertentu seperti mulut, langit-langit, tutup insang dan pangkal sirip. 10) Aerococcus viridans (var.) homari Aerococcus viridans (var.) homari adalah bakteri yang berbentuk bulat, ada yang berpasangan atau seperti rantai, bersifat gram positif, tidak bergerak dan tidak membentuk spora. Bakteri ini dapat ditemukan di air tawar atau juga air laut. Aerococcus viridans cara penularannya melalui ikan yang sakit. Tanda-tanda klinis akibat serangan pada lobster tidak jelas, kadang-kadang terlihat warna merah muda pada perut bagian atas. Serangan penyakit mempunyai dampak negatif yang segera dapat dirasakan, seperti misalnya kerugian ekonomi yang tinggi. Pada akhir tahun 1980, di Indonesia terjadi kematian sebanyak 125 ribu ekor ikan mas dan 30% induk ikan, terjadi di daerah budidaya di Jawa Barat 58 diakibatkan oleh serangan bakteri Aeromonas spp. antara lain A. salmonicida dan menyebabkan penurunan produksi sehingga kerugian mencapai kira-kira 4 milyar rupiah. Pada tahun 1989, di Skotlandia terjadi wabah furunculosis sebanyak 15 kali pada ikan-ikan air tawar dan 127 kali pada ikan-ikan air laut. Pasteurella piscicida dilaporkan telah menyebabkan kematian masal ikan ekor kuning (Seriola sp.) di Jepang dengan kerugian sebesar 10 juta poundsterling atau 30 milyar rupiah. Edwardsiella tarda merupakan penyebab penyakit bakteri yang paling serius pada budidaya ikan sidat di Taiwan dan Jepang, sedangkan E. ictaluri pada akhir tahun 1980 dilaporkan telah menyebabkan kematian masal (lebih dari 50%) anak ikan dan induk ikan lele Amerika di AS. Kerugian yang ditimbulkan mencapai puluhan juta dolar atau puluhan milyar rupiah. Pada tahun 1970 sampai 1980-an, di Jepang tejadi wabah akibat serangan Streptococcus pada ikan ekor kuning, sidat, ayu dan tilapia yang menimbulkan kerugian sejumlah 30 juta poundsterling atau kira-kira 90 milyar rupiah. Pencegahan sebaiknya dilakukan untuk menghindari tejadinya kerugian besar yang dapat ditimbulkan akibat serangan bakteri. Tindak karantina mutlak diperlukan dalam usaha pencegahan masuknya jenis-jenis bakteri bersama ikan impor yang sebelumnya tidak terdapat di Indonesia. Selain itu karantina juga mencegah menyebarnya jenis bakteri yang sudah terdapat di daerah pulau tertentu ke daerah / pulau lainnya di dalam wilayah Indonesia. Dengan meningkatkan system dan tindakan-tindakan karantina ikan di Indonesia maka usaha peningkatan produksi perikanan dan penyelamatan sumberdaya ikan diharapkan semakin berhasil. 59 11) Vibrio sp. Vibrio sp. adalah bakteri yang bersifat gram negatif, bersel tunggal berbentuk batang pendek yang bengkok (koma) atau lurus, berukuran panjang (1,4 – 5,0) µm dan lebar (0,3 – 1,3) µm, motil, dan mempunyai flagella polar. Menurut Pitogo et al., (1990), karakteristik spesies Vibrio berpendar. Sifat biokimia Vibrio adalah oksidase positif, fermentatif terhadap glukosa dan sensisif terhadap uji O/129 (Logan, 1994 cit. Gultom, 2003). Bakteri Vibrio merupakan genus yang dominan pada lingkungan air payau dan estuaria. Umumnya bakteri Vibrio menyebabkan penyakit pada hewan perairan laut dan payau. Sejumlah spesies Vibrio yang dikenal sebagai patogen seperti V. alginolyticus, V. anguillarum, V. carchariae, V. cholerae, V. harveyii, V. ordalii dan V. vulnificus (Irianto, 2003). Menurut Egidius (1987) Vibrio sp. menyerang lebih dari 40 spesies ikan di 16 negara. Vibrio harveyii dapat dilihat pada Gambar 11. dan Bioluminescens dapat dilihat pada Gambar 12. Gambar 11. Vibrio harveyii (Anonim, 2000) 60 Gambar 12. Bioluminescens (Machalek, 2004) Bakteri Vibrio sp. adalah jenis bakteri yang dapat hidup pada salinitas yang relatif tinggi. Menurut Rheinheiner (1985) cit. Herawati (1996), sebagian besar bakteri berpendar bersifat halofil yang tumbuh optimal pada air laut bersalinitas 20-40‰. Bakteri Vibrio berpendar termasuk bakteri anaerobic fakultatif, yaitu dapat hidup baik dengan atau tanpa oksigen. Bakteri Vibrio tumbuh pada pH 4 - 9 dan tumbuh optimal pada pH 6,5 - 8,5 atau kondisi alkali dengan pH 9,0 (Baumann et al., 1984 cit. Herawati, 1996). Genus Vibrio merupakan agen penyebab penyakit vibriosis yang menyerang hewan laut seperti ikan, udang, dan kerang-kerangan. Spesies Vibrio yang berpendar umumnya menyerang larva udang dan penyakitnya disebut penyakit udang berpendar, seperti pada Gambar 13. Bakteri Vibrio menyerang larva udang secara sekunder yaitu pada saat dalam keadaan stress dan lemah, oleh karena itu sering dikatakan bahwa bakteri ini termasuk jenis opportunistic patogen. Pemberian pakan yang tidak terkontrol mengakibatkan akumulasi limbah organik di dasar tambak sehingga menyebabkan terbentuknya lapisan anaerob yang menghasilkan H2S (Anderson et al., 1988 cit. Muliani, 2002). Akibat akumulasi H2S tersebut maka bakteri bersifat patogen oportunistik (dapat bertahan hidup 61 pada kondisi yang kurang baik). Adanya bakteri ini, jamur, parasit, dan virus mudah berkembang dan memungkinkan timbulnya penyakit pada udang (Tompo et al., 1993 cit. Muliani, 2002). Larva udang yang terserang Vibrio sp dapat dilihat pada Gambar 14. Gambar 13. Udang tampak berpedar Gambar 14. Larva udang yang terserang Bioluminescens Udang Windu Vibriosis 62 r. Penyakit Yang Disebabkan Crustacea 1) Argulus sp Argulus atau kutu ikan merupakan parasit ikan dari golongan udang-udangan keluarga Branchira. Parasit ini masuk ke dalam akuarium biasanya melalui pakan hidup. Diketahui ada sekitar 30 spesies Argulus. Dua diantaranya, yang sering ditemukan adalah Argulus foliatus dan Argulus japonicus Sifat parasitik Argulus cenderung temporer. Mereka mancari inangnya secara acak dan dapat berpindah dengan bebas pada tubuh ikan atau bahkan meninggalkannya. Argulus diketahui dapat berahan selama beberapa hari diluar tubuh ikan. Argulus menempel pada ikan dengan menggunakan alat penghisap khusus. Selanjutnya hewan ini akan menancapkan mulut jarumnya pada tubuh ikan untuk menyuntikan anti koagulan darah. Baru kemudian parasit tersebut mengkonsumsi darah dari inangnya. Argulus biasanya kawin dalam air terbuka. Argulus betina dapat menghasilkan 100 butir telur atau lebih yang ditempelkannya pada permukaan benda padat. Telur akan menetas dalam waktu 25 hari. Masing-masing telur pada umumnya menetas pada waktu yang berbeda. Larva Argulus dengan ukuran 0.6 mm bersifat planktonik sebelum akhirnya menyerang ikan. Larva ini akan berganti kulit selama 8 kali sebelum mencapai dewasa dengan ukuran 3 - 3.5 mm. Hal ini berlangsung dalam waktu 5 minggu. Tingkat serangan Argulus sangat tergantung pada ukuran ikan dan jumlah individu parasit yang menyerang. Meskipun demikian, sering tidak menimbulkan ancaman kematian pada ikan yang Next >