< Previous78 Gambar 31. Dasar pembacaan persen sudut Sumber : Asy’ari dkk. (2012) Mengingat bidang datar berada setinggi mata (bukan pada permukaan tanah) berarti pula pembacaan ke atas dari bidang datar setinggi mata bernilai positif (+) dan pembacaan ke bawah dari bidang datar setinggi mata bernilai negatif (-), maka rumus di atas berubah menjadi : T = Jd x {MC% + (-MA%)} atau T = Jd x (MC% – MA%) Selanjutnya, bila kita uraikan rumus tersebut akan menjadi : ( ) atau ( ) 79 Hal yang perlu diingat! Untuk mengatasi kesalahan saat memasukkan (input) data MC dan MA dalam %, maka data MC dan MA dinyatakan tanpa persen dengan notasi %MC dan %MA. Selanjutnya pembacaan sudut cukup memperhatikan besaran nilai sudut dan arah bidik, sedangkan persennya sendiri telah berupa penyebut yaitu pembagi 100. Sehingga bentuk rumus perhitungan tinggi dalam persen adalah : ( ) Keterangan : %MC = pembidikan ke bagian atas batang (ujung batang/tajuk, bebas cabang atau tinggi hingga diameter tertentu. %MA = pembidikan ke pangkal batang. Sejalan dengan dasar penentuan tinggi dengan sudut-derajat, maka rumus tinggi pada kondisi lereng menjadi : ( ) Keterangan : 0,45 = konstanta. p = persen-sudut (%lereng), dimana nilai p bisa positif atau bisa juga negatif. 80 g. Alat ukur diameter Terdapat beberapa alat ukur diameter yang umum digunakan di lapangan, diantaranya seperti yang terlihat dalam tabel di bawah ini. Tabel 8. Gambar alat ukur diameter yang umum digunakan No. Nama Alat Ukur Gambar 1. Pita ukur 2. Apit pohon (Kaliper) 3. Garpu pohon 4. Mistar Biltmore 81 No. Nama Alat Ukur Gambar 5. Spiegel Relaskop Sumber : Asy’ari dkk. (2012) Setelah mengetahui macam dan bentuk alat ukur diameter batang pohon berdiri, selanjutnya pertanyaan yang harus dapat dijawab dari alat ukur diameter adalah : 1) Bagaimana bentuk fisik sebenarnya alat ukur diameter tersebut? 2) Bagaimana dasar kerja kelima alat ukur diameter tersebut? 3) Kapan dapat terjadi kesalahan pengukuran dari kelima alat ukur diameter tersebut? Untuk dapat menjawab dua pertanyaan tersebut, mari simak uraian di bawah ini! 1) Pita ukur a) Bentuk fisik pita ukur Bentuk fisik pita ukur berupa pita yang mempunyai skala (satuan ukur). Satuan ukur yang digunakan adalah cm dengan satuan ukur terkecil dalam mm. Pita ukur dapat berupa pita keliling atau pita diameter (phi band). 82 b) Dasar Kerja Pita ukur dililitkan ke batang pohon setinggi 1,30 m (Gambar 32). Hasil ukurannya adalah keliling jika menggunakan pita keliling dan jika menggunakan pita diameter maka hasil ukurannya adalah diameter. Skala ukuran pita diameter adalah . Gambar 32. Cara penggunaan pita ukur Sumber : Asy’ari dkk. (2012) Contoh perhitungan : (a) Pengukuran dengan pita keliling Hasil pengukuran diperoleh keliling batang pohon sebesar 125 cm. Berapa diameter batang pohon tersebut? 83 Jawab! Perhitungan diameter batang menggunakan rumus konversi : d = d = d = d = d = 39,77 cm Di lapangan, seringkali perhitungan dilakukan konvensional yaitu dengan cara membagi 3 dari hasil pengukuran keliling. d = d = 41,67 cm Dari kedua hasil perhitungan di atas, apa yang dapat diambil sebagai pelajaran? Cara konvensional akan menghasilkan ukuran diameter lebih besar dibandingkan rumus konversi, yaitu sebesar 1,89 cm. Nilai tersebut diperoleh dari pengurangan diameter hasil perhitungan konvensional terhadap diameter hasil perhitungan konversi, yakni 41,67 cm - 39,77 cm. Selain itu, hal yang dapat disimpulkan adalah kesalahan pengukuran diameter hasil perhitungan konvensional akan membesar jika keliling batang yang diukur semakin besar pula. Sebaliknya kesalahan akan mengecil, jika keliling batang yang diukur semakin kecil. (b) Pengukuran dengan pita diameter (phi band) Hasil pengukuran dengan phi-ban diperoleh diameter sebesar 75 cm. Dengan demikian, diameter batang pohon yang diukur adalah sebesar 75 cm. 84 (c) Kesalahan ukur diameter atau keliling batang pohon Kesalahan ukur karena kedudukan pita melingkar batang tidak sejajar dengan atau tidak sama tinggi terhadap bidang datar. Sehingga lilitan pita tidak membentuk lingkaran, tetapi akan membentuk elips. Di bawah ini diberikan rumus kesalahan ukur diameter atau keliling batang pohon. Untuk pengukuran keliling (Gambar 33). Gambar 33. Kesalahan ukur dengan pita keliling Sumber : Asy’ari dkk. (2012) Rumus keliling : k = π x d akan menjadi k1 = x π x (d1 + d). Hal ini menyebabkan k1 – k, sehingga kesalahan ukur keliling sebesar : Ek = k1 – k. 85 dengan , k = keliling. d = diameter. π = Ek = error keliling. Setelah k1 dan k dikonversi ke d1 dan d, maka akan diperoleh : Ek = k1 – k Ek = x π x (d1 + d) – (π x d) Ek = x π x (d1 - d). Karena, cos α = d = d1 cos α maka, Ek = x π x (d1 - d) Ek = x π x (d1 - d1 cos α) Ek = x π x d1 (1- cos α). 86 Untuk pengukuran diameter (Gambar 34). Gambar 34. Kesalahan ukur dengan diameter Sumber : Asy’ari dkk. (2012) Dengan memperhatikan gambar tersebut, maka : Ed = d1 – d karena, cos α = d = d1 cos α sehingga, Ed = d1 – d1 cos α Ed = d1 (1 - cos α). dengan Ed adalah error diameter. 2) Apit pohon (Kaliper) a) Bentuk fisik kaliper Bentuk fisik kaliper berupa mistar yang mempunyai skala (satuan ukur) yang dilengkapi dengan lengan geser. Lengan geser ini memiliki fungsi sebagai pembaca skala pada mistar. Satuan ukur yang digunakan adalah cm dengan satuan ukur terkecil dalam mm. 87 b) Dasar Kerja Karena lengan geser dapat digeser-geser pada mistar yang berskala, maka lengan geser akan langsung menunjukkan besaran diameter batang yang diukur dengan membaca skala pada mistar. Bagaimana cara menggunakan kaliper ini? Untuk jelasnya lihat Gambar 35 dan 36. Gambar 35. Pengukuran diameter pohon menggunakan kaliper Sumber : Lorimer (1982) Next >