< Previous108 Penyelesaiaannya! Ilustrasi dalam celah pandang seperti Gambar 48. Gambar 48. Pembacaan spiegel relaskop bar tak penuh Sumber : Asy’ari dkk. (2012) d = d = d = d = Hasil pembacaannya bar penuh 3F dan bar 0,5Q dengan jarak bidik sejauh 12 m. Kelerengan terbaca sebesar -10o. Tentukan diameternya! 109 Penyelesaiaannya! Ilustrasi dalam celah pandang seperti Gambar 49. Gambar 49. Pembacaan spiegel relaskop bar tak penuh Sumber : Asy’ari dkk. (2012) d = d = d = d = Penggunaan Spiegel pada kegiatan inventarisasi hutan Perhatian utama sebelum menentukan ukuran dimensi pohon adalah apakah pohon yang dibidik termasuk pohon contoh, pohon batas atau bukan termasuk pohon contoh. Pohon batas adalah juga pohon contoh yang letaknya pada batas lingkaran maya. Penampakan pohon dalam lingkaran maya diilustrasikan dalam Gambar 50. 110 Gambar 50. Penampakan pohon dalam lingkaran maya Sumber : Asy’ari dkk. (2012) Keterangan : Pohon contoh = 1, 4, 5, 6 dan 8 Pohon batas = 3 dan 7 Bukan pohon contoh = 2 Sedangkan dalam celah pandang tampak sebagai pohon contoh, pohon batas dan bukan pohon contoh seperti yang tersaji dalam Gambar 51. Gambar 51. Penampakan pohon dalam celah pandang Sumber : Asy’ari dkk. (2012) 111 Dari dua penampakan pohon yang diilustrasikan pada Gambar 50 dan 51 bahwa dinyatakan sebagai : (1) Pohon batas, jika ukuran diameter batang tepat dalam 2 bar. (2) Pohon contoh, jika ukuran diameter batang melebihi 2 bar. (3) Bukan pohon batas, jika ukuran diameter batang kurang dari 2 bar. Ketentuan di atas didasarkan pada BAF4 yang mengacu pada perbandingan tongkat Bitterlich K = 1/50. h. Alat ukur tinggi pohon Setelah mempelajari alat ukur diameter tentunya dibutuhkan materi lain untuk menunjang kompetensi pengukuran pohon berdiri. Materi selanjutnya yang akan dibahas adalah alat ukur tinggi pohon. Di bawah ini terdapat beberapa alat ukur tinggi pohon yang umum digunakan di lapangan, yaitu : Tabel 11. Gambar alat ukur tinggi pohon yang umum digunakan No. Nama Alat Ukur Gambar 1. Tongkat ukur 112 No. Nama Alat Ukur Gambar 2. Christenmeter (Christenmeter hypsometer) 3. Clinometer 4. Abney level 5. Hagameter 113 No. Nama Alat Ukur Gambar 6. Spiegel relaskop Sumber : Asy’ari dkk. (2012) Setelah mengetahui macam dan bentuk alat ukur tinggi pohon berdiri, selanjutnya pertanyaan yang harus dapat dijawab dari alat ukur tinggi pohon adalah : 1) Bagaimana bentuk fisik sebenarnya alat ukur tinggi pohon tersebut? 2) Bagaimana dasar kerja kelima alat ukur tinggi pohon tersebut? Untuk dapat menjawab dua pertanyaan tersebut, mari simak uraian di bawah ini! 1) Tongkat ukur a) Bentuk fisik tongkat ukur Bentuk fisik berupa tongkat dengan bagian ujung agak meruncing (B). Panjang tongkat keseluruhan 90 cm (RS). Dari bagian pangkal (S) dibuat takik sepanjang 9 cm (C). Sehingga diperoleh perbandingan SC : SR = 9 : 90 = 1 : 10 (Gambar 52). 114 Gambar 52. Bentuk fisik tongkat ukur Sumber : Asy’ari dkk. (2012) b) Dasar Kerja Perbandingan garis antara segitiga yang sebangun diperoleh : ∆ MCS ≈ ∆ MC1S1 dan ∆ MRC ≈ ∆ MR1C1 SC ≈ SR = S1C1 ≈ S1R1 = 9 : 90 = 1 : 10 S1R1 = 10 x S1C1 Untuk pohon-pohon yang cukup tinggi perbandingan tersebut dapat diperkecil, misalnya S1C1 ≈ S1R1 = 1 : 20. Cara penggunaan tongkat ukur (Gambar 53), yakni : (1) Arahkan secara bersamaan ujung tongkat R ke batang bagian atas (R1 = ujung batang/tajuk atau tinggi tertentu) dan pangkal tongkat S ke pangkal batang (S1). 115 (2) Perhatikan tanda takik C yang berimpit pada batang (C1). Ukur tinggi C1 dari permukaan tanah yaitu setinggi S1C1. (3) Tinggi pohon (S1R 1) diperoleh dari S1R1 = 10 x S1C1. Gambar 53. Cara pengukuran tinggi pohon menggunakan tongkat ukur Sumber : Asy’ari dkk. (2012) Contoh perhitungan : Setelah tongkat diarahkan ke pohon dimana R berimpit dengan R1 dan S berimpit dengan S1; S1C1 diukur setinggi 1,2 m. Tinggi pohon = 10 x 1,2 m = 12 meter. 2) Christenmeter (Christenmeter hypsometer) a) Bentuk fisik christenmeter Bentuk fisik berupa mistar/penggaris dengan panjang ukuran skala 30 cm (CT). Dalam penggunaannya dibantu dengan galah sepanjang 4 meter. b) Dasar Kerja Perhatikan ∆ MC1T1 (Gambar 54) : (1) TC dan T1C1 terlihat sama-sama tegak pada bidang datar. 116 (2) Garis pandang MG memotong CT pada titik G1, maka TG1 : TC = T1G : T1C1 TG1 : 0,3 = 4 : T1C1 sehingga dengan, TC = panjang skala alat 30 cm. T1G = panjang galah 4 meter TG1 = skala tinggi pada alat yang dibuat berdasarkan simulasi tinggi pohon yang diinginkan (T1C1). Atas dasar persamaan tersebut, angka terbaca pada alat langsung menunjukkan tinggi pohon yang diukur. Gambar 54. Cara pengukuran tinggi pohon menggunakan christenmeter Sumber : Asy’ari dkk. (2012) Cara menentukan skala tinggi pada Christenmeter sebagai berikut : Perhatikan Gambar 54. ∆ MTC sebangun ∆ MT1C1 117 berarti, TC : T1C1 = MT : MT1 dan ∆ MTG1 sebangun ∆ MT1G berarti, TG1 : T1G = MT : MT1 berarti juga, TC : T1C1 = TG1 : T1G sehingga, rumus rumus rumus dengan, TG1 = skala tinggi pohon pada alat atau penggaris (cm). T1C1 = simulasi tinggi pohon (m). Untuk memantapkan pemahaman, mari simak cara perhitungan simulasinya! (1) untuk tinggi 5 meter, maka maka TG1 = maka TG1 = Next >