< Previous118 (2) untuk tinggi 9 meter, maka maka TG1 = maka TG1 = (3) untuk tinggi 13 meter, maka TG1 = (12000)/1300 = 9,2 cm maka maka TG1 = maka TG1 = Berikut disajikan contoh hasil semulasi tinggi (T1C1). Tinggi pohon yang disimulasi (T1C1) dari 5, 6, ..., 40. Selanjutnya akan ditentukan skala tinggi (cm) pada penggaris. Hasil simulasinya seperti dalam Tabel 12. 119 Tabel 12. Hasil simulasi pengukuran tinggi menggunakan christenmeter No. T1C1 (cm) TG1 (cm) No. T1C1 (cm) TG1 (cm) 1. 5 24 11. 15 8 2. 6 12 12. 16 7,5 3. 7 17,1 13. 17 7,1 4. 8 15 14. 18 6,7 5. 9 13,3 15. 19 6,3 6. 10 12 16. 20 6 7. 11 10,9 17. 25 4,8 8. 12 10 18. 30 4 9. 13 9,2 19. 35 3,4 10. 14 8,6 20. 40 3 Sumber : Asy’ari dkk. (2012) Catatan! Nilai T1C1 dapat dirinci lagi. Misalnya untuk tinggi 5 meter, dirinci menjadi 5,1 m; 5,2 m, dst. Cara penggunaan christenmeter. (1) Impitkan galah 4 meter (T1G) pada batang pohon. (2) Arahkan secara bersamaan bagian ujung alat (C) ke ujung batang atau batas bebas cabang (C1) dan bagian pangkal alat (T) ke arah pangkal batang pohon (T1). (3) Saat keduanya berimpit, baca skala tinggi di penggaris. 120 (4) Nilai skala tersebut langsung menunjukkan tinggi pohon dalam satuan meter . Jadi jika terbaca skala G1 (= TG1) adalah : (1) 5,0 ; berarti T1C1 (tinggi pohon) = 5,0 m. (2) 9,0 ; berarti T1C1 = 9,0 m. (3) 13,0 ; berarti T1C1 = 13,0 m. Sejalan dengan rumus di atas akan dapat membuat duplikasi skala christenmeter pada penggaris (Gambar 55), tetapi dalam pembuatannya memerlukan ketelitian yang cukup tinggi, disamping penggaris itu sendiri memiliki skala standar. Belum lagi menambahkan strip skala tinggi yang berbaur dengan skala penggaris itu sendiri. Oleh karena itu untuk memperkecil bias (error) lebih baik peserta didik menggunakan penggaris apa adanya (Gambar 55) tanpa ada penambahan strip skala tinggi (tidak membuat duplikasinya). Rentangan nilai skala pada penggaris yang digunakan antara (>0 – 24 cm) dan ini identik-terbalik dengan (5 – <1200 m). Rentangan idealnya (1,2 – 24 cm) identikterbalik dengan (5 – 100 m). Caranya melalui persamaan di atas, yaitu : TG1 = 121 diubah menjadi, T1C1 = T1C1 = Gambar 55. Penggaris Sumber : Asy’ari dkk. (2012) Contoh perhitungan. Jika terbaca skala pada penggaris G1 (= TG1) adalah : (1) 24 cm berarti T1C1 (tinggi pohon) = . (2) 13,3 cm berarti T1C1 = . (3) 9,2 cm berarti T1C1 = . 122 Perlu diingat! Penggunaan penggaris secara langsung (tanpa duplikasi) jauh lebih praktis dibandingkan jika menggunakan duplikasinya. Disamping itu akurasi nilai skalanya masih terjaga. 3) Clinometer a) Bentuk fisik clinometer Bentuk fisik Clinometer seperti gambar di bawah dengan celah pandang (C). G cincin pengantung tali, P piringan berskala dan T tungkai pemegang piringan P. Clinometer sebenarnya alat untuk mengukur kelerengan, namun dapat pula digunakan untuk mengukur tinggi pohon. Hasil pembacaan sudut berupa sudut (sudut bidik) dengan skala derajat (Sd) dan persen (Sp) yang dihitung dari bidang datar (Gambar 56). Rentangan besaran nilai skala sudut untuk skala derajat dari –90o s.d. +90o, sedangkan untuk skala persen dari –150% s.d. +150%. Kesamaan nilai skala sudut pada rentangan 0o ~ 45o = 0% ~ 100%. 123 Gambar 56. Bentuk fisik clinometer Sumber : Asy’ari dkk. (2012) b) Dasar Kerja Dasar kerja alat berdasarkan Rumus Dasar Tinggi, sehingga rumus tinggi pohon (T), yaitu : T = Jd x (tg α – tg β) T = Jd x ( ) 124 Cara penggunaan. (1) Bidik ke bagian atas batang (ujung batang/tajuk, bebas cabang atau pada tinggi hingga diameter tertentu = C) dan baca skala sudut α (derajat) atau %sudut (sudut dalam persen). (2) Arahkan ke pangkal batang (A) dan baca besaran sudut β (derajat) atau %sudut. (3) Ukur jarak (lapangan) antara pengukur/pembidik terhadap pohon yang dibidik (Jm). (4) Tinggi pohon, T = AC = (t1 + t2). Contoh perhitungan : (1) Pembidikan sejauh 12 meter dengan sudut bidik α = 47o dan β = -1o30’. T = Jd x (tg α - tg β) T = 12 x {tg 47o - tg (-1o30’)} T = 13,2 m (2) Pembidikan sejauh 15 meter dengan sudut bidik %atas = 85% dan %bawah = -11%. T = Jd x ( ) T = 15 x ( ) T = 14,4 m 4) Abney level a) Bentuk fisik abney level Bentuk fisik seperti Gambar 57. 125 Gambar 57. Bentuk fisik abney level Sumber : Asy’ari dkk. (2012) Keterangan : (a) dan (b) adalah celah pandang. Abney Level sebenarnya alat untuk mengukur kelerengan, namun dapat pula digunakan untuk mengukur tinggi pohon. Hasil pembacaan sudut berupa derajat dan persen yang dihitung dari bidang datar. Rentangan besaran skala sudut bidik untuk : i. skala derajat dari –90o s/d +90o. ii. skala persen dari –100% s/d +100%. b) Dasar Kerja Dasar kerja alat berdasarkan Rumus Dasar Tinggi, sehingga rumus tinggi pohon (T), yaitu : T = Jd x (tg α – tg β) T = Jd x ( ) 126 Cara penggunaan. (1) Buka kunci K agar penunjuk skala S dapat bergerak bebas. (2) Bidik bagian atas batang (C) dan ke pangkal pohon (A). Saat sasaran ditemukan; perhatikan apakah gelembung udara apakah masih terletak ditengah-tengah. Jika tidak, maka pembidikan di ulang. (3) Ukur jarak antara si pengukur dan pohon yang dibidik (Jd). (4) Tinggi pohon (T = AC) dihitung dengan rumus di atas. Contoh perhitungan : (1) Pembidikan sejauh 12 meter dengan sudut bidik α = 47o dan β = -1o30’. T = Jd x (tg α - tg β) T = 12 x {tg 47o - tg (-1o30’)} T = 13,2 m (2) Pembidikan sejauh 15 meter dengan sudut bidik %atas = 85% dan %bawah = -11%. T = Jd x ( ) T = 15 x ( ) T = 14,4 m 5) Hagameter a) Bentuk fisik hagameter Bentuk fisik seperti Gambar 58. 127 Gambar 58. Bentuk fisik hagameter Sumber : Asy’ari dkk. (2012) Keterangan : B1 = pembidik dilengkapi dengan prisma. B2 = pembibik yang dilengkapi pisir. B3 = bagian dalam dari B2 yang terlihat dari B1. P = pemutar batangan berskala (S) bersegienam. K = tombol yang membuat jarum J bergerak bebas. L = lubang tempat gantungan tali. Pembacaan skala pada hagameter terdapat di bagian batang segienam (Gambar 59). Batang segienam ini menampilkan 6 sisi untuk pembacaan sudut oleh jarum J. Keenam sisi terdiri dari 5 sisi yaitu sisi (a) hingga (e) untuk menyatakan jarak datar yang diukur sebelum melakukan pembidikan (sudut-derajat) terhadap pohon (bagian atas dan pangkal Next >