< Previous8 II. PEMBELAJARAN Kegiatan Pembelajaran Pengukuran dan Perhitungan Pohon Berdiri A. Deskripsi Keberhasilan dalam melakukan pengelolaan hutan sangat dipengaruhi oleh kemampuan manusia sebagai pengelola hutan itu sendiri. Kemampuan manusia yang dimaksud dalam buku teks bahan ajar ini adalah kemampuan dalam menilai potensi hutan produksi dalam kubikasi (volume kayu). Untuk dapat mengetahui potensi hutan produksi maka dibutuhkan kemampuan penaksiran volume pohon berdiri melalui kemampuan dalam melakukan pengukuran kayu. Oleh sebab itu, materi yang disampaikan dalam buku teks bahan ajar ini mengarahkan siswa untuk dapat memahami dan menerapkan ilmu ukur kayu sehingga siswa dapat melakukan pengukuran dan perhitungan pohon berdiri. B. Kegiatan Belajar 1. Tujuan Pembelajaran a. Menambah keimanan peserta didik dengan menyadari hubungan keteraturan, keindahan alam, dan kompleksitas alam dalam jagad raya terhadap kebesaran Tuhan yang menciptakannya; b. Menyadari kebesaran Tuhan yang menciptakan bumi dan seisinya yang memungkinkan bagi makhluk hidup untuk tumbuh dan berkembang; c. Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti; cermat; tekun; ulet; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap ilmiah dalam melakukan percobaan dan berdiskusi; 9 d. Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi melaksanakan percobaan dan melaporkan hasil percobaan; e. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain; f. Mengembangkan pengalaman menggunakan metode ilmiah untuk merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis; g. Menerapkan prinsip-prinsip pengukuran dan perhitungan pohon berdiri. 2. Uraian Materi Sebelum membahas materi pengukuran lebih dalam, terlebih dahulu mari kita memahami beberapa istilah di dalam pengukuran kayu. Dengan memahami istilah-istilah di dalam pengukuran kayu, diharapkan akan memudahkan pembelajaran yang direncanakan. Terdapat tiga istilah yang umum digunakan untuk menentukan ukuran suatu obyek yang berkaitan dengan pengukuran dalam arti luas, yaitu pengukuran, penafsiran, dan peramalan. Apakah Anda mengetahui perbedaan dari ketiga istilah tersebut? 10 Pengertian ketiga istilah pengukuran seperti yang tertera di bawah ini, yaitu : 1. Pengukuran Pengukuran adalah pengamatan yang dilakukan dengan pengukuran secara langsung menggunakan alat ukur tertentu dan dilakukan terhadap seluruh obyek yang diamati. 2. Penafsiran Penafsiran adalah pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur tertentu tetapi hanya dilakukan terhadap sebagian obyek yang diamati. Obyek yang diamati disebut populasi sedang bagian dari obyek yang diamati disebut sampel (contoh). Jika populasinya adalah pohon-pohon dalam hutan, maka sampelnya berupa kumpulan pohon yang terdapat di dalam petak ukur (PU). Petak ukur dapat berbentuk lingkaran, bujur sangkar, segi empat ataupun jalur. Penafsiran dilakukan dengan beberapa cara, antara lain melalui : a. Metode bilangan bentuk. b. Tarif/tabel lokal. c. Table tegakan. d. Table hasil. e. Table kelas bentuk. 3. Peramalan Peramalan merupakan kegiatan untuk menentukan nilai obyek dengan mencoba mengukur keadaan yang akan datang dengan data yang diperoleh pada masa lalu dalam kurun waktu tertentu. Peramalan umumnya digunakan di bidang meteorology dan geofisika maupun ekonomi makro. 11 Dari ketiga istilah tersebut di atas, pengukuran merupakan topik bahasan dalam buku teks bahan ajar siswa ini. Di dalam pengukuran biasanya selalu ditemui adanya kesalahan (bias). Berdasarkan sumbernya, kesalahan dibedakan menjadi dua yaitu : a. Sampling Error Sampling error merupakan kesalahan yang timbul diakibatkan oleh ukuran sampel, jumlah sampel, maupun bentuk sampel dan metode sampling yang digunakan. Sampling error seringkali terjadi pada penafsiran maupun peramalan. b. Non sampling error Non sampling error merupakan kesalahan yang disebabkan oleh faktor pengukurannya sendiri, antara lain : Orangnya atau peneliti. Alat. Situasi dan kondisi. Tidak jelas cara pengukuran. Adanya keanehan bentuk obyek. Setelah memahami ketiga istilah tersebut di atas, jelaslah sudah bahwa materi yang dibahas dalam buku teks bahan ajar ini adalah pengukuran obyek secara langsung (tidak diwakilkan obyek serupa). Obyek dalam pengukuran secara langsung ini berupa pohon berdiri di dalam hutan. Materi pengukuran pohon berdiri akan dipaparkan sesuai dengan ruang lingkup yang telah dijabarkan dalam deskripsi mata pelajaran Ilmu Ukur 12 Kayu guna mengantarkan peserta didik untuk dapat memahami isi (substansi) buku teks bahan ajar ini. Setelah tuntas pemaparan materi dalam buku teks bahan ajar ini, diharapkan peserta didik memiliki kompetensi yang diharapkan yaitu mampu menerapkan prinsip-prinsip pengukuran dan perhitungan pohon berdiri pada ranah kognitif. Selain itu juga, peserta didik diharapkan mampu melaksanakan pengolahan data tegakan pohon berdasarkan petak dan jenis pohon. a. Pengukuran Kayu Ilmu ukur kayu dikenal secara umum sebagai ilmu ukur hutan. Henri S. Groves (1960) dalam Anonimus (2011) mengartikan ilmu ukur hutan sebagai suatu ilmu yang mempelajari volume kayu (log), pohon dan tegakan serta mempelajari hasil dan pertumbuhan hutan. Setelah perang dunia ke II berkembang penerapan teori statistik menggunakan komputer, sehingga ilmu ukur kayu mengikuti perkembangan tersebut dan para ilmuwan ukur kayu pun mengikutinya dengan mempelajari dasar-dasar matematika seperti kalkulus, analisis system, dan operasi riset untuk mendukung aplikasi dalam ilmu ukur kayu. Ilmu ukur kayu merupakan salah satu kunci keberhasilan pengelolaan hutan. Bagaimana bisa ilmu ukur kayu memegang peranan keberhasilan di dalam pengelolaan hutan? Pengelolaan hutan pada dasarnya mengelola aktivitas tanah hutan yaitu flora dan fauna yang ada di atasnya serta manusia yang memanfatkan tanah hutan tersebut. Dalam pengelolaan hutan, hal penting yang perlu diperhatikan adalah kemampuan untuk memberikan solusi terhadap permasalahan yang timbul selama pelaksanaan pengelolaan hutan, seperti : (1) Apakah perlakuan silvikultur yang dilakukan dapat menghasilkan permudaan dan pertumbuhan yang baik? 13 (2) Apakah spesies yang ditanam untuk reboisasi sesuai dengan ekologi hutannya? (3) Apakah hasil hutan berupa kayu memenuhi standar minimal ekonomi apabila dilakukan pembalakan/penebangan hutan? (4) Apakah hutan yang dikelola memiliki potensi untuk pengembangan ekowisata? Untuk menjawab pertanyaan di atas pengelola hutan memerlukan infomasi yang akurat agar pengelolaan hutan dapat memberikan nilai ekonomis kepada semua pihak yang berada di sekitar hutan (tidak hanya kepada pengelola hutan tetapi masyarakat sekitar hutan dan pemerintah pun dapat menikmati hasil hutan secara ekonomi). Informasi dapat terjamin keakuratannya jika sesuai dengan data lapangan sebenarnya. Melalui ilmu ukur kayu, yang di dalamnya menerapkan prinsip-prinsip pengukuran kayu, dapat diperoleh informasi secara kuantitatif mengenai potensi kayu dalam hutan yang selanjutnya dapat berguna dalam pengambilan keputusan tingkat manajerial. b. Pengukuran Dimensi Asy’ari dkk. (2012) menyebutkan bahwa pengertian dimensi adalah suatu ukuran panjang dengan satuan ukuran tertentu. Suatu ruang atau bangunan tertentu memiliki dimensi panjang, lebar dan tinggi, sehingga dimensi yang diukur ini dapat menghasilkan volume atau isi, yaitu hasil perkalian ketiga dimensi yang dimiliki ruang atau bangunan tersebut. Sejalan dengan pengertian tersebut, maka untuk batang pohon berdiri memiliki dimensi diameter atau keliling, dan tinggi. Sedangkan untuk pohon rebah atau pohon setelah tebang memiliki dimensi diameter atau keliling, dan panjang. Dimensi-14 dimensi tersebut yang kemudian dinyatakan sebagai dimensi pohon yang diukur pada saat pengukuran dilakukan. Volume batang (biasa dinyatakan dalam m3) pada dasarnya adalah hasil perkalian dimensi pohon yang diukur (diameter atau keliling, dan tinggi atau panjang). Dengan demikian, volume batang bukanlah salah satu dimensi dari dimensi pohon yang diukur walaupun volume batang pohon dapat diukur secara langsung dengan menggunakan alat ukur Xylometer. Terdapat dua cara mengukur dimensi pohon, baik pohon berdiri maupun pohon rebah, yaitu secara langsung dan tidak langsung. (1) Pengukuran langsung (direct measurement). Pengukuran secara langsung ini dapat dilakukan terhadap diameter atau keliling batang, baik pohon dalam keadaan berdiri atau rebah. Sedangkan tinggi atau panjang hanya dapat dilakukan terhadap pohon rebah (kayu bulat). (2) Pengukuran tidak langsung (estimate/penaksiran). Pengukuran secara tidak langsung biasanya dilakukan dengan cara menduga dimensi yang diukur. Cara menduga dimensi dilakukan secara kasat mata atau tanpa bantuan alat pengukuran dimensi apapun. Cara ini biasa dilakukan hanya bagi orang-orang yang berpengalaman di lapangan. c. Lawas dan Kegunaan Lawas atau ruang lingkup pengukuran kayu adalah tatacara mengukur dimensi kayu (pohon), termasuk perhitungannya. Oleh sebab itu, ilmu ukur kayu merupakan alat bantu utama dalam mempelajari pelaksanaan kegiatan kehutanan, seperti kegiatan antara lain 15 inventarisasi hutan, budidaya hutan (silvikultur), eksploitasi hutan (pemungutan hasil hutan), pemasaran hasil hutan. Jadi, Asy’ari dkk. (2012) menyatakan bahwa peranan/kegunaan ilmu ukur kayu bila ditinjau dari lawas kegiatannya, adalah : (1) Pengukuran dimensi kayu/pohon berdiri untuk menentukan potensi yang merupakan kegiatan pokok dalam inventarisasi hutan. (2) Pengukuran dimensi kayu/pohon rebah termasuk hasil olahannya berupa sortimen tertentu, guna mengetahui volume produksi yang diperoleh (ekspoitasi hutan, pengukuran & pengujian kayu). (3) Pengukuran pertumbuhan dimensi kayu/pohon dan hasil hutan lainnya untuk pengaturan hasil hutan, termasuk pemeliharaannya (riap, umur tebang, rotasi tebangan, waktu penjarangan pada hutan tanaman). d. Satuan Ukuran (1) Sistem Satuan Ukuran Asy’ari dkk. (2012) membagi sistem satuan ukuran yang digunakan secara umum di dunia ke dalam dua kelompok sistem satuan ukuran, yaitu : (a) Sistem Kerajaan Inggris (British Imperial System). Untuk ukuran panjang dinyatakan dalam satuan yard. Panjang standar 1 yard didasarkan pada mistar dari Brins (Bronzebar) dengan suhu 600 Farenheit. Mistar ini disimpan di Standard Office (London). Untuk ukuran foot (feet) ditetapkan sama dengan 1/3 yard dan sama dengan 12 inches. Untuk ukuran panjang dinyatakan dalam satuan yard. Satuan ukuran yard Inggris oleh Amerika disamakan dengan (3600/3937,0113) meter. 16 Untuk ukuran berat (massa) dinyatakan dalam satuan pound. Standar pound dinyatakan samadengan massa silinder platina iridium dan disimpan di Standard Office (London). Satu pound di Amerika disamakan dengan (1/2,20462234) kilogram. Untuk ukuran waktu dinyatakan dalam detik (second). Waktu standar 1 detik ditetapkan (1/31.556.925,9747) dari waktu bumi mengelilingi marahari pada tahun standar 1900. Berdasarkan perhitungan ini maka satu tahun disamakan dengan 31.556.925,9747 detik. Bila dinyatakan sekarang periode bumi mengelilingi matahari selama 1 tahun adalah 365,25 hari, maka berarti 365,25 x 24 x 60 x 60 detik sama dengan 31.557.600 detik. (b) Sistem Metrik (Metric System). Sistem ini awalnya dikembangkan oleh negara Perancis dan dianut sebagian negara-negara Eropa. Negara Indonesia menganut sistem ini akibat dari penjajahan Belanda. Dasar satuan ini, adalah : Untuk ukuran panjang dinyatakan dalam satuan meter. Satu meter disamakan dengan panjang standar mistar dari irinium yang dikenal sebagai dengan International Phototype Meter yang disimpan di International Bereau of Weight and Measures di Serves (Perancis). Untuk ukuran berat dinyatakan dalam satuan kilogram dan ditetapkan samadengan berat sepotong platina iridium yang disimpan di Serves (Perancis). Untuk ukuran waktu dinyatakan dalam detik (second). 17 Perbedaan dari kedua sistem tersebut disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1. Perbedaan dari kedua sistem pengukuran. No Uraian Sistem Imperial Metrik 1 Panjang Inchi, feat, yard, mile, chains Meter, dm, cm, 2 Luas Sq inchi, sq feat, sq yard, sq mile, sq chains 3 Volume Cu inchi, cu feat, cu yard, galon 4 Berat Grains, pounds, ounces Kg, gr, ton, 5 Kecepatan Inch/s m/detik, km/jam Sumber : Asy’ari dkk. (2012) (2) Konversi Ukuran Konversi satuan ukuran yang erat dengan pengukuran kayu adalah satuan ukuran panjang. Adapun untuk satuan ukuran luas dan volume tetap didasarkan pada satuan ukuran panjang. Satuan ukuran yang umum digunakan seperti yang disajikan dalam Tabel 2. Next >