< Previous 69 Tabel 21. Hasil pengukuran tahap pelaksanaan. Seksi Tinggi (m) Sdt bidik Bacaan Bar Dia- (cm) Lbds (m2) Vol. (m3) Bdt Td σ° p% nF nQ p/u Rata2 11 11,3 9,9 44,6 99 0 1,8 10 10 8,6 38,7 86 0 2,2 9 9 7,6 34,2 76 0 2,7 8 8 6,6 29,7 66 0 3,1 7 7 5,6 25,2 56 0 3,5 6 6 4,6 20,7 46 1 0,3 5 5 3,6 16,2 36 1 0,4 4 4 2,6 11,7 26 1 0,8 3 3 1,6 7,2 16 1 1 2 2 0,6 2,7 6 1 1,2 Bdm 1,4 0 Dsd* 1,3 -0,1 -0,45 -1 1 1,3 1 1 -0,4 -1,8 -4 1 1,4 Bdt 0 -1,4 -6,3 -14 1 2,1 Sumber : Asy’ari dkk. (2012) 3) Perhitungan a. Diameter (pangkal & ujung) tiap seksi dan D130 Seksi 1 ; Dp1 = [{(1 x 4) + 2,1}/2] x 10 = 30,5 cm Du1 = [{(1 x 4) + 1,4}/2] x 10 = 27,0 cm Pohon : D130 = [{(1 x 4) + 1,3}/2] x 10 = 26,5 cm Seksi 2 ; Dp2 = [{(1 x 4) + 1,4}/2] x 10 = 27,0 cm Du2 = [{(1 x 4) + 1,2}/2] x 10 = 26,0 cm Seksi 3 ; Dp3 = [{(1 x 4) + 1,2}/2] x 10 = 26,0 cm Du3 = [{(1 x 4) + 1,0}/2] x 10 = 25,0 cm ................dst ..................... Seksi 11 ; Dp11 = [{(0 x 4) + 2,2}/2] x 10 = 11,0 cm Du11 = [{(0 x 4) + 1,8}/2] x 10 = 9,0 cm 70 b. Lbds tiap seksi dan Lbds130 Seksi 1 ; Lbds = (11/140000) x {(30,5 + 27)/2}2 = 0,0649 m2 Pohon ; Lbds = (11/140000) x 26,52 = 0,0649 m2 Seksi 2 ; Lbds = (11/140000) x {(27 + 26)/2}2 = 0,0552 m2 …………….dst……………… Seksi 11 ; Lbds = (11/140000) x {(11 + 9)/2}2 = 0,0079 m2 c. Volume pohon Seksi 1 ; Vs1 = 0,0649 x 1 = 0,06 m3 Seksi 2 ; Vs2 = 0,0552 x 1 = 0,06 m3 .................. dst .................. Seksi 11 ; Vs11 = 0,0079 x 1,3 = 0,01 m3 Vpohon = Vss (volume seluruh seksi) = 0,06 + 0,6 + 0,5 + ………+ 0,01 = 0,39 m3 Vpohon = 0,0552 x 11,3 x 0,7 = 0,44 m3 Tabel 22. Hasil perhitungan. Seksi Tinggi (m) Sdt bidik Bacaan Bar Dia- (cm) Lbds (m2) Vol. (m3) Bdt Td σ° p% nF nQ p/u Rata2 11 11,3 9,9 44,6 99 0 1,8 9,0 10,0 0,0079 0,01 10 10 8,6 38,7 86 0 2,2 11,0 12,3 0,0118 0,01 9 9 7,6 34,2 76 0 2,7 13,5 14,5 0,0165 0,02 8 8 6,6 29,7 66 0 3,1 15,5 16,5 0,0214 0,02 7 7 5,6 25,2 56 0 3,5 17,5 19,5 0,0299 0,03 6 6 4,6 20,7 46 1 0,3 21,5 21,8 0,0372 0,04 5 5 3,6 16,2 36 1 0,4 22,0 23,0 0.0416 0,04 4 4 2,6 11,7 26 1 0,8 24,0 24,5 0,0427 0,05 3 3 1,6 7,2 16 1 1 25,0 25,5 0,0511 0,05 2 2 0,6 2,7 6 1 1,2 26,0 26,5 0,0552 0,06 Bdm 1,4 0 Dsd* 1,3 -0,1 -0,45 -1 1 1,3 26,5 0,0649 1 1 -0,4 -1,8 -4 1 1,4 28,8 0.0649 0,06 Bdt 0 -1,4 -6,3 -14 1 2,1 Sumber : Asy’ari dkk. (2012) 71 (4) Cara Grafis. Dasar kerjanya yaitu memindahkan (ploting) gambaran bentuk suatu benda ke dalam kertas milimeter (grafik). Parameter yang menggambarkan bentuk-bentuk benda tersebut berupa angka-angka ukuran diameter sebagai ordinat dan panjang sebagai absis dalam salib sumbu. Angka-angka ukuran diameter dan tinggi dimaksud adalah ukuran diameter berbagai ketinggian dan jarak antara diameter tersebut dibuat sistematik (sama), misal 1 atau 2 meter. Bila angka-angka hasil ukuran diameter dikuadratkan atau dikonversi ke luas penampangnya, kemudian dipindahkan ke atas kertas grafik sesuai dengan ketinggiannya, maka akan menghasilkan grafik yang dinamakan kurva taper. Penyajian dalam bentuk kurva ini berupa salib-sumbu pada kuadran pertama : diameter (d), diameter kuadrat (d2), konversi luas penampangnya sebagai unsur ordinat. tinggi untuk berbagai pengukuran diameter sebagai unsur absis. Hasil perhitungannya (luas di bawah kurva) dapat dilakukan dua cara : menghitung jumlah kotak (dot-grid) yang terdapat dalam grafik. menggunakan metode Planimeter. 72 Penggunaan metode planimeter untuk mengukur luas grafik di bawah kurva, diubah ke dalam besaran volume berdasarkan rumus : V = L . Vdg dengan, V = volume. L = luas grafik di bawah kurva. Vdg = volume dot-grid (1 cm2) Volume dot-grid ditentukan dengan rumus vdg = A . P A = luas penampang lintang dalam satuan skala salib-sumbu (dot-grid) P = tinggi atau panjang batang dalam satuan skala salib-sumbu Penyajian dalam bentuk kurva taper ini dapat pula dilakukan terhadap pohon yang sudah rebah. Contoh penentuan volume pohon berdiri secara grafis. Hasil pengukuran dimensi pohon jenis jabon diperoleh diameter setinggi dada 24 cm dan tinggi 19,4 meter. Penentuan volumenya dengan mengkuadratkan diameter sebagai unsur ordinat dan tinggi sebagai absis. 73 1) Menentukan skala salib-sumbu Tentukan lebih dulu perbandingan skala ukuran diameter kuadrat dengan satuan ukuran pada salib-sumbu : o Misal perbandingan skala salib-sumbu untuk diameter kuadrat yaitu 100 : 1; artinya d2 = 100 cm2 (lapangan) dipindahkan ke dalam grafik menjadi 1 cm. o Perbandingan untuk tinggi yaitu 100 : 1; artinya t = 100 cm (lapangan) dipindahkan ke dalam graf ik menjadi 1 cm. o Sehingga luasan setiap 1 cm2 (dot-grid) dalam grafik ditunjukkan dengan unsur ordinat (d2) = 100 cm2 dan 100 cm unsur absis (t). Dari hasil ukuran diperoleh diameter dan ketinggian letak diameter. Data diameter (d) dikuadratkan menjadi kuadrat diameter (d2). Pindahkan unsur-unsur ordinat (d2) ke dalam graf ik yang disesuai-kan dengan kenaikan letak diameter (t) sepanjang satu meter. Demikian seterusnya dan hubungkan setiap titik temu tersebut sehingga membentuk kurva. 74 Gambar 14. Kurva diameter dan ketinggian letak diameter Sumber : Asy’ari dkk. (2012). 2) Perhitungan volume a. Menghitung jumlah dot-grid Tentukan lebih dulu besaran volume dot-grid seluas 1 cm2 (Vdg). Berdasarkan skala yang telah ditentukan diperoleh volume 1 dot-grid sebagai berikut : Vdg = ð . 1/4 . d2 .t = ð . 1/4 . 100 cm2 . 100 cm = 0,007854 m3 Maka volume luasan 1 cm2 ≈ 0,007854 m3 (1 dot-grid) atau 1 mm2 ≈ 7,854E-05 = 0,00007854 m3 Jumlah dot-grid di bawah kurva = 61,94 (setelah dihitung) ~ volume pohon = 61,94 x 0,007854 m3 = 0,4865 m3 b. Metode planimeter Tentukan lebih dulu luasan 1 cm2 pada grafik (kertas milimeter) yang ditunjukkan pada skala planimeter. Misalkan hasil pembacaan 1 cm2 pada skala planimeter adalah 10. 75 Volume dot-grid : Vdg = A . P = ð .1/4 . d2 .t = ð . 1/4 . 100 cm2 . 100 cm = 0,007854 m3 Luasan grafik di bawah kurva hasil pengukuran planimeter sebesar 61,9. Volume pohon : V = L . Vdg = 61,9 x 0,007854 m3 = 0,4862 m3 Hasil perhitungan rumusan volume pohon diperoleh : V = . D2 . T . ff = . 242 . 19,4 . 0,7 = 0,6146 m3 Bila ingin mengetahui volume batang (kayu bulat), maka ukuran silindernya (diameter dan panjang) dipindahkan dan letakkan berimpitan dengan titik temu antara diameter dan panjang batang tersebut. Perhitungan volumenya (bagian batang yang dianggap silinder) dapat ditentukan dengan salah satu dari kedua cara di atas. d. Penentuan Volume Kayu Rebah. 1. Cara langsung Alat ini mengacu pada hukum Archimedes, yaitu volume suatu benda sama dengan volume zat cair yang dipindahkan oleh 76 benda tersebut. Volume air yang dipindah sebanding dengan naiknya permukaan air pada pipa gelas P. Gambar 15. Xylometer Sumber : Asy’ari dkk. (2012) 2. Cara matematis a. Volume kayu bulat Cara ini menganggap bahwa batang kayu merupakan suatu benda putar sempurna berupa silinder. Sehingga berlaku rumus : V = b . p dengan, b = luas bontos (penampang lintang) rataan. p = panjang batang 77 Luas bontos rataan diperoleh dari hasil ukuran diameter (pangkal dan ujung, kemudian meratakannya), akhirnya diperoleh rumus : b = . d2 Sehingga perhitungan volumenya menjadi : V = . D2 . T Volume benda-benda yang ditentukan dengan cara ini antara lain benda-benda berupa benda putar (silinder, parabola, kerucut, neiloid) dan benda-benda segi banyak yang mempunyai bentuk teratur (prisma, piramida). Berdasarkan letak pengukuran diameter pada batang untuk menduga volume kayu bulat didekati dengan beberapa rumus (Rumus Terapan). Rumus Hubër Gambar 16. Batang kayu Sumber : Asy’ari dkk. (2012) VHd = . (D1 + D2)2 . P m3 (bila yang diukur diameter) VHk = . KT 2 . P m3 (bila yang diukur keliling) 78 Rumus Brereton (modifikasi rumus Hubër) Gambar 17. Batang kayu Sumber : Asy’ari dkk. (2012) V = . (D1 + D2 + d1 + d2)2 . P m3 (disepakati hanya pengukuran diameter) Rumus Smalian Gambar 18. Batang kayu Sumber : Asy’ari dkk. (2012) VSm-d = . {(D1 + D2)2 + (d1 + d2)2} . P m3 (bila yang diukur diameter) VSm-k = . { (K1)2 + (k2)2} . P m3 (bila yang diukur keliling) Next >