< Previous72 Untuk pembuatan taksidermi diperlukan perlengkapan dan bahan sebagai berikut: a) Bak bedah b) Alat-alat seperti gunting dan pinset c) Alat-alat dan bahan pembius misal kloroform dan sungkup d) Kawat, benang, kapas, dan jarum jahit e) Zat pengawet seperti boraks atau tepung tawas dan formalin f) Air Untuk pembuatan insectarium diperlukan perlengkapan dan bahan sebagai berikut a) Jaring serangga b) Kantong plastik / toples c) Kapas d) Kloroform e) Suntikan f) Chitosan (pengganti formalin) g) Kuas h) Jarum pentul i) Karet busa j) Kotak karton/kayu k) Kapur barus / kamper l) Label 2) Pembuatan spesimen fauna Ada 2 (dua) cara yang digunakan untuk membuat spesimen fauna yaitu: a) Cara kering Insectarium, biasanya untuk membuat specimen jenis Insecta Cara pembuatan insectarium sebagai berikut: 73 o Tangkaplah serangga dengan menggunakan jaring serangga. “Hati-hati “ terhadap serangga yang berbahaya. o Matikan serangga dengan jalan memasukkannya ke dalam kantong plastik yang telah berisi kapas yang dibasahi kloroform. o Serangga yang sudah mati dimasukkan ke dalam kantong atau stoples tersendiri. Kupu-kupu dan capung dimasukkan ke dalam amplop dengan hati-hati agar sayapnya tidak patah/rusak. o Suntiklah badan bagian belakang serangga dengan formalin 5%., lalu sapulah (dengan kuas) bagian tubuh luar dengan formalin 5%. o Sebelum mengering, tusuk bagian dada serangga dengan jarum pentul dan tancapkan pada karet busa. Untuk jenis yang bersayap , rentangkan sayapnya pada tatakan berupa karet busa atau steoroform agar sayap tidak terlipat. Pengeringan cukup dilakukan di dalam ruangan pada suhu kamar. o Setelah kering, serangga dimasukkan ke dalam kotak insektarium (dari karton atau kayu), yang telah diberi kapur barus (kamper). o Beri label (di sisi luar kotak) yang memuat catatan waktu , lokasi dan nama kolektor o Penulisan data pada Label : 10.Aug.1977 m 10.VIII> 1977, atau VIII.10.1977. Label ditempatkan pada pin serangga. Nama kolektor ditempatkan pada label kedua dibawah label waktu dan lokasi yang ditemukan. 74 Taxidermi, adalah pembuatan specimen fauna jenis Vertebrata ( Aves, Reptilia, mamalia dan Pisces) Cara pembuatan taksidermi adalah sebagai berikut : o Potong otot-otot paha dan pisahkan tulang paha dari persendian dan pangkal paha, keluarkan bagian ini. o Potonglah otot-otot pada tumit, keluarkan jaringan lunak pada telapak kaki dengan jalan mengirisnya. Keluarkan semua bagian kaki lainnya yang masih tertinggal di dalam kulit. o Ulangi langkah pertama dan kedua di atas untuk bagian tangan, dan ekor. o Untuk bagian kepala, lepaskan kulit secara hati-hati, sertakan telinga, kelopak mata pada kulit. Jaga jangan sampai robek. Potonglah tulang rawan hidung dan biarkan melekat pada kulit. o Potonglah bagian kepala dan leher, bersihkan bekas-bekas otak dengan cara menyemprotkan air. o Balikkan kulit dan bersihkan dari sisa daging dan lemak. o Basuh bagian permukaan dalam kulit tubuh dengan boraks, demikian pula untuk ekor, kaki, tangan dan tengkorak kepala. o Sebagai pengganti mata, gunakan bola mata tiruan. Bentuk tubuh hewan kembali dengan menggunakan kapuk dan kawat, lalu jahit dengan rapi. o Atur posisi hewan sebagaimana kebiasan hewan sewaktu masih hidup. o Pajang taksidermi pada tempat-tempat yang aman dan terhindar dari serangan serangga, bersih dan kering. Insektisida, atau kamper (naftalen) dapat ditambahkan untuk mencegah serangan jamur. Ada baiknya taksidermi disimpan dalam boks kaca. 75 b) Cara Basah Cara ini biasanya untuk jenis Pisces, tetapi juga dapat digunakan untuk jenis yang lainnya. Berikut tahapan pembuatan spesiemen fauna dengan cara basah : Siapkan spesimen yang akan diawetkan. Sediakan formalin yang telah diencerkan sesuai dengan keinginan. Masukkan spesimen pada larutan formalin yang telah ada dalam botol jam dan telah diencerkan. Tutup rapat botol dan kemudian diberi label yang berisi nama spesimen tersebut . i. Penyimpanan dan Pemeliharaan Spesimen Fauna Pembuatan spesimen insectarium maupun taksidermi untuk jenis fauna yang dilindungi bertujuan selain untuk keperluan identifikasi juga untuk dokumentasi. Nilai suatu koleksi spesimen insectarium maupun taksidermi akan semakin tinggi apabila penyimpanan dan pemeliharaannya semakin sempurna. Tempat penyimpanan koleksi spesimen insectarium atau taksidermi harus diatur sedemikian rupa sehingga keadaan ruangan tidak pengap, terang dan menyenangkan bagi petugas atau bagi para ahli botani yang bekerja dengan spesimen tersebut. Di museum banyak koleksi insectarium yang ditempatkan di lemari kayu atau besi yang dilapisi kaca. Tiap-tiap laci memiliki suatu baki untuk mempermudah spesimen yang telah dikoleksi dimasukkan dan atau dikeluarkan sebanyak yang diperlukan. Tiap baki terdiri dari 1 (satu) spesies dan disusun secara alfabet berdasarkan spesies dalam suatu genus, genus dalam suatu famili dan begitu seterusnya. Diperlukan pengasapan dan repellent agar koleksi tidak rusak. Selain itu pemeriksaan secara rutin perlu dilakukan untuk melihat kalau ada kerusakan koleksi. 76 Perawatan awetan serangga secara rutin dilakukan agar koleksi tidak cepat rusak. Perawatannya cukup mudah yaitu dengan cara membersihkan kotoran yang menempel pada serangga dan pada tempat penyimpanannya dengan menggunakan kapas atau tisu kering. Selain itu, tempat penyimpanan harus dijaga supaya tidak lembab karena apabila lembab akan memicu tumbuhnya jamur yang dapat merusak awetan serangga. Untuk spesimen dari jenis vertebrata (taksidermi ) spesimen dipajang pada tempat yang aman dan terhindar dari serangan serangga, bersih dan kering. Insektisida atau kamper (naftalen) dapat ditambahkan untuk mencegah serangan jamur. Ada baiknya taksidermi disimpan dalam boks kaca. j. Pengertian Metode Inventarisasi Fauna Inventarisasi satwa adalah suatu kegiatan pengumpulan data dan informasi untuk mengetahui kondisi populasi suatu jenis satwa dan termasuk habitatnya. Sebelum lebih jauh membahas kegiatan inventarisasi satwa, masih ingatkah Anda apa itu pengertian populasi? Populasi adalah kumpulan spesies yang sama yang mendiami tempat tertentu pada waktu tertentu. Kegiatan dalam inventarisasi fauna/satwa ini dapat digolongkan dalam 4 kategori, yaitu : 1) Pengumpulan data populasi jenis satwa Populasi merupakan kumpulan sepesies yang sama yang mendiami tempat tertentu pada waktu tertentu. Mempelajari populasi artinya mempelajari hal-hal berkaitan dengan kerapatan, distribusi, natalitas, mortalitas, umur, sex ratio, perilaku dan habitat. Informasi ini penting untuk mempelajari pengelolaan hubungan pemangsaan dalam rantai makanan, penelitian tentang penggunaan habitat sebagai daya dukung bagi satwa liar dan upaya penanggulangan gangguan satwa liar terhadap gangguannya. 77 2) Ukuran dan struktur populasi (status biologis) Kegiatan ini dilakukan secara berkesinambungan dalam setiap periode waktu tertentu untuk mengetahui fluktuasi populasi, kondisi umur dan jenis kelamin (perbandingan jantan dan betina, perbandingan antara jumlah anak dan dewasa, dan sebagainya). 3) Penyebaran dan pergerakan Data mengenai pergerakan satwa liar secara musiman dan tipe penggunaan habitat penting untuk diidentifikasi, termasuk tempat satwa bermain, mencari makan, minum, berteduh, dan beristirahat. Informasi ini sangat diperlukan untuk pengembangan fungsi kawasan sebagai sarana kegiatan wisata alam terbatas, penelitian dan pengembangan dan sebagainya. 4) Keadaan habitatnya Keadaan dari habitat jenis satwa penting juga dipelajari dan diambil datanya. Selain itu adanya tanda-tanda khas satwa di lapangan perlu dipelajari secara seksama, karena dapat dipergunakan sebagai indikator ada atau tidaknya satwa liar yang bersangkutan. Banyak metode yang bisa digunakan dalam kegiatan inventarisasi fauna. Penggunaan metode ini tergantung tujuan, waktu yang tersedia, tingkat keahlian pengamat, serta ketersediaan sarana dan prasarana. Pengertian metode inventarisasi itu sendiri adalah suatu metode yang digunakan untuk menentukan perkiraan jumlah/ populasi jenis fauna/satwa liar baik yang berada di luar maupun yang berada di dalam kawasan konservasi serta untuk menentukan upaya pembinaan dan kuota satwa/fauna tertentu di suatu daerah yang boleh ditangkap/diambil untuk dimanfaatkan secara aman dan lestari/terkendali di alam. 78 k. Prinsip-prinsip Inventarisasi Fauna Kegiatan inventarisasi fauna perlu memperhatikan beberapa prinsip dasar untuk mendukung keberhasilan kegiatan inventarisasi, agar didapatkan hasil yang optimal. Prinsip-prinsip inventarisasi fauna yang dimaksud sebagai berikut : 1) Waktu aktif Fauna/satwa ada yang aktif pada malam hari (nokturnal) dan ada yang aktif siang hari ( diurnal). Jenis rusa timor (Cervus timorensis) merupakan satwa yang dapat aktif di siang hari (diurnal) maupun di malam hari (nokturnal), tergantung pada kondisi lingkungannya (Anonim, 1978). 2) Aktivitas fauna/satwa Sangat penting mengetahui aktivitas dari setiap fauna, untuk mempermudah dalam pelaksanaan kegiatan inventarisasi fauna. Sebagai contoh rusa memiliki aktivitas pergerakan dan penjelajahan yang dipengaruhi oleh 2 (dua) aspek, yaitu rutinitas harian yang berkaitan dengan mencari makanan, air, dan tempat istirahat yang sesuai, dan aspek musiman yang berkaitan dengan iklim setempat (Trippensee, 1948). 3) Lokasi Pengetahuan lokasi yang selalu dilewati fauna atau lokasi yang sering disinggahi fauna, dapat membantu dalam melakukan kegiatan inventarisasi. Sebagai contoh katak air habitat hidupnya di air dan ada kalanya di darat, maka lokasi yang tepat untuk melakukan inventarisasi satwa sebaiknya di lokasi perairan. 4) Musim Pengetahuan musim sangat membantu dalam kegiatan inventarisasi fauna. Sebagai contoh untuk katak banyak ditemukan pada musim 79 penghujan dari pada musim kemarau, atau bahkan tidak ditemukan sama sekali 5) Peralatan yang digunakan Peralatan yang digunakan dalam kegiatan inventarisasi, seperti pada penangkapan fauna sebaiknya digunakan peralatan yang tidak merusak organ/ bagian dari fauna itu sendiri, sehingga tidak melukai faunanya 6) Metode yang digunakan Metode inventarisasi yang digunakan harus disesuaikan dengan fauna yang akan diinventarisir. Hal ini sangat membantu dalam mendapatkan data hasil kegiatan yang baik. Sebagai contoh untuk inventariasi burung, metode yang digunakan adalah metode IPA (Index Point of Aboundance) 7) Cara penangkapan Cara penangkapan yang tepat akan membantu dalam proses pembuatan spesimen fauna sehingga prosesnya berjalan lebih lancar. l. Ketentuan Metode Inventarisasi Fauna Kegiatan inventarisasi fauna dapat dilakukan secara langsung dan secara tidak langsung. Hal ini terkait dengan penerapan metode inventarisasi fauna. Metode inventarisasi fauna bisa dilakukan secara sensus dan secara sampling. 1) Metode Inventarisasi Fauna secara Sensus Beberapa hal yang perlu dipersiapkan dan dipertimbangkan dalam pelaksanaan metode tersebut antara lain : (1) cost and budget ( biaya dan anggaran), (2) area dan ukuran populasi, (3) waktu dan personil, (4), fasilitas dan peralatan, (5) struktur vegetasi, (6) topografi, dan (7) distribusi ruang. 80 Berdasarkan obyeknya, maka cara sensus dapat dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu : (1) sensus langsung, (2) sensus tidak langsung, (3) kombinasi antara sensus langsung dan sensus tidak langsung. Cara sensus tersebut diperlukan pengetahuan pengenalan jenis satwa dari tanda-tanda fisik, baik bentuk, ukuran dan warna. Sensus tidak langsung diperlukan tanda-tanda yang ditinggalkan atau bagian-bagian satwa yang ditinggalkan pada tempat tinggalnya, tempat mencari minum, tempat mencari makan, dan sarang yang ditinggalkan. Sensus langsung a) Metode penghalauan (drive count) Syarat-syarat sebelum melakukan sensus tersebut antara lain : area yang digunakan sebagai tempat kegiatan biasanya merupakan area hutan luas dan terbuka, misal savana, penyensus harus memperhatikan medan penghalauan, memperhatikan kondisi iklim, memperhatikan waktu aktifitas satwa, penyensus jangan memakai pakaian yang mencolok dan memakai wangi-wangian, memperhatikan juga mengenai arah angin, pelaksanaan sensus sebaiknya dilakukan pada waktu memulai aktifitas cuacanya tidak hujan Penggunaan personel Teknik pelaksanaannya secara lengkap tersaji pada Gambar 1. 81 Gambar 7. Metode Pengahalauan b) Metode persimpangn (cruising methode) Metode persimpangan dilakukan berdasarkan unit contoh dengan luas minimal 6.4 km2. Dalam unit contoh dibuat jalur-jalur dengan jarak antar jalur 0,4-0,8 km. Penyensus antar jalur satu dengan jalur berikutnya dibuat saling bersimpangan, dan waktu pemberangkatan secara serempak. Gambar pelaksanaan metode cruising. Gambar 8. Metode Persimpangan Next >