< Previous 81 Gambar 59. Bagian-Bagian Spiegel Relaskop Penentukan tinggi pohon sama dengan hagameter dan hypsometer, yaitu pembidikan dilakukan 2 kali pembidikan ke pangkal dan ke puncak pohon atau tinggi bebas cabang pertama. Tinggi pohon merupakan penambahan atau pengurangan dari hasil 2 kali pembidikan tersebut bergantung posisi pengukur terhadap pohon. Cara menggunakan alat Pengukur berdiri pada jarak tertentu sesuai dengan kondisi lapangan, misalnya jarak 15 m, 20 m, 25 m atau 30 m. Jarak yang digunakan adalah jarak datar. Bidik pohon yang akan diukur tingginya, himpitkan ujung pohon dengan benang skala. Catat skala yang didapat sebagai data 1. Lakukan hal yang sama untuk pangkal pohon. Catat skala yang didapat sebagai data 2. Tinggi pohon adalah jumlah atau selisih dari kedua pembacaan itu bergantung pada apakah pangkal pohon lebih rendah atau lebih tinggi dari mata pengukur. Gambar 60. Prinsip kerja Spiegel relaskop 82 Berikut kelebihan dan kekurangan alat Spiegel Relaskop : Kelebihan o Hasil pengukuran akan lebih teliti dibandingkan dengan alat sederhana. o Tinggi pohon dapat diketahui langsung Kekurangan o Diperlukan koreksi jarak lapang pada daerah lereng untuk mendapatkan jarak datar. o Dibutuhkan jarak tertentu pada saat pengukuran o Dua kali pengukuran o Pengukuran agak sulit pada hutan yang pohonnya rapat 3) Alat Ukur Luas Bidang Dasar Bidang dasar dapat diartikan sebagai penampang lintang batang pohon atau dikenal juga dengan istilah basal area. Penampang lintang ini diukur pada ketinggian tertentu sesuai pengukuran diameter atau keliling pohon. Batang pohon berbentuk silindris, sehingga perhitungan luas bidang dasar dapat ditentukan berdasarkan perhitungan luas pada penampang tabung. Luas bidang dasar ini merupakan luas bidang dasar pohon. Tegakan hutan dapat ditentukan luas bidang dasarnya berdasarkan luas bidang dasar sekumpulan pohon yang ada didalam tegakan tersebut. Luas bidang dasar dinyatakan dalam satuan luas per hektar (m2/ha). Luas bidang dasar tegakan ini dapat digunakan untuk menentukan kerapatan tegakan dalam rangka menentukan voume kayu berdiri. 83 a) Lbds pohon (g) biasanya dinyatakan dalam m² b) d merupakan diameter dinyatakan dalam m c) Total lbds per satuan luas (m²/ha) disebut lbds tegakan (G) digunakan sbg salah satu ukuran kerapatan tegakan, dimana G = ( ∑ gi )/l Luas bidang dasar tegakan dapat ditentukan berdasarkan beberapa cara, yaitu berdasarkan jumlah luas bidang dasar semua pohon dalam tegakan dan bisa juga ditentukan berdasarkan point sampling yang dikalikan dengan faktor bidang dasar alatnya. Alat yang biasa dipergunakan untuk menentukan luas bidang dasar diantaranya : bitterlich stick, spigel relaskop dan prisma baji. Alat Ukur Bidang Dasar Tegakan : a) Bitterlich Stick Bitterlich stick merupakan alat sederhana berupa mistar sepanjang 1 meter, pada salah satu ujungnya terdapat plat berlobang dan satu ujungnya lagi plat berlekuk ukuran 2 cm (Gambar 61). Gambar 61. Bitterlich Stick dan bagian-bagiannya Dimana : a = Lebar plat (2 cm) b = Panjang mistar (1m) d = Diameter pohon r = Jarak Horizontal antara pengukur dan pohon 84 , dimana r di dapat dari Luas Bidang Dasar Pohon = 1/4.π .d ² Luas dengan jari-jari r = π .r ² = = Rasio luas bidang dasar 1 pohon dengan wilayah yang berjari-jari r adalah : = = = Jadi Luas Bidang Dasar per Satuan Luas adalah : = Apabila ada n pohon, maka : Pohon n1 : Lbds/satuan luas = Pohon n2 : Lbds/satuan luas = 85 Pohon n3 : Lbds/satuan luas = Pohon ni : Lbds/satuan luas = = Untuk mendapatkan satuan Luas Bidang Dasar tegakan dalam m/ha, maka : Lbds/ha = Ket : merupakan faktor bidang dasar atau BAF (Based Area Faktor). Dengan demikian rumus luas bidang dasar tegakan per ha adalah : Lbds/ha = Contoh : Tongkat Bitterlich dengan ukuran : a = 2 cm b = 100 cm BAF = = = 1 86 Pada pembidikan, perhitungan N didasarkan pada : Pohon yang lebih besar dari lebar plat dihitung 1 Pohon yang sama dengan lebar plat dihitung ½ Pohon yang lebih kecil dari lebar plat dihitung 0 Pohon yang hasil pembidikannya sama dengan lebar plat seringkali meragukan, untuk itu perlu diperiksa. Tongkat bitterlich dengan BAF = 1, maka perlu diperiksa dengan rumus perbandingan : d : S = 1 : 50 Contoh 1 : Berdasarkan hasil pembidikan dengan tongkat bitterlich, diperoleh data sebagai berikut : Dihitung 1 sebanyak 5 pohon Dihitung ½ sebanyak 8 pohon (d:S>1:50 sebanyak 2 pohon, d:S=1 sebanyak 6 pohon) Dihitung 0 sebanyak 4 pohon, maka perhitungan N adalah : N = 5 + 2 + (1/2x6) + (0 x 4) = 10 Lbds/ha = = = 87 Contoh 2 : Berdasarkan hasil pembidikan dengan tongkat bitterlich, diperoleh data sebagai berikut : Dihitung 1 sebanyak 8 pohon Dihitung ½ sebanyak 8 pohon (d:S>1:50 sebanyak 3 pohon, d:S=1 sebanyak 8 pohon) Dihitung 0 sebanyak 7 pohon maka perhitungan N adalah : N = 8 + 3 + (1/2x8) + (0 x 7) = 15 Lbds/ha = = = Cara Menggunakan Alat : Tentukan titik pusat lingkaran khayal pada areal tegakan hutan yang mau diukur bidang dasarnya. Pengukur berdiri di titik pusat lingkaran khayal yang merupakan titik pusat pembidikan. Pegang alat tegak lurus terhadap mata pengukur dan sasaran bidik, dimana bagian plat berlubang berada dekat mata dan bagian satunya mengarah terhadap objek. Pembidikan diarahkan pada batang setingi 1,3 m, secara melingkar searah jarum jam dan dihitung jumlah pohon yang masuk hitungan dalam areal pembidikan. 88 Khusus pada pohon yang harus diperiksa, diukur diameter dan jarak antara pohon dan titik pusat lingkaran dimana pengukur berdiri. Luas bidang dasar tegakan per hektar diperoleh dengan mengalikan jumlah pohon yang masuk hitungan (N) dengan BAF bitterlich (bila lebar lekukan plat 2 cm dan panjang alat 100 cm, maka BAF=1). 89 Lembar Kerja Siswa Pengukuran Luas Bidang Dasar Tegakan Alat dan Bahan Adapun alat yang digunakan adalah : Pita ukur untuk mengukur diameter pohon beserta kelilingnya. 1) Phiband untuk mengukur diameter pohon. 2) Tongkat Bitterlich untuk mengukur luas bidang dasar 3) Clinometer untuk mengukur tinggi pohon 4) Abney level untuk mengukur tinggi pohon 5) Walking stick untuk mengukur tinggi pohon 6) Galah sebagai alat bantu untuk mengukur tinggi pohon 7) Buku data untuk mencatat data yang telah diperoleh. 8) Alat tulis untuk menulis data dibuku data. 9) Kalkulator untuk menghitung data yang telah diperoleh. Bahan yang digunakan adalah: Pohon yang terdapat di hutan atau di halaman Sekolah anda Langkah Kerja 1) Dipersiapkan alat-alat pengukur diameter yang akan digunakan 2) Diukur diameter pohon dengan menggunakan masing-masing alat seperti pita ukur dan phiband 3) Diukur tinggi pohon dengan menggunakan alat ukur tinggi pohon seperti abney level, clinometer dan walking stick 4) Dihitung LBDS pohon dengan menggunakan alat bitterlich 5) Dilihat kriteria pohon masuk ke dalam in, out, atau border 6) Dihitung nilai LBDS dengan menggunakan rumus LBDS = (∑ in + ∑ border) x BAF 7) Dihitung nilai volume pohon dengan rumus volume = LBDS x h x f 8) Dicatat hasil pengukuran diameter dalam tabulasi data 90 Tabel 8. Form Data Pengukuran LBDS Pohon No.pohon Kriteria Keterangan In Out border LBDS = Jumlah pohon yang masuk x BAF = (∑ in + ∑ border) x BAF Tabel 9. Form Pengukuran Volume Pohon No. pohon Diameter phiband (m) Tinggi clinometer (m) Volume (m3) Tabel 10. Form Pengukuran Volume dengan Pita Ukur dan Walking Stick No. pohon Diameter Pita Ukur (m) Tinggi Walking Stick (m) Volume (m3) Tabel 11. Contoh Pengisian Data Pengukuran LBDS Pohon No.pohon Kriteria Keterangan In Out Border 1 √ Mahoni (Swietenia mahagoni) 2 √ Mahoni (Swietenia mahagoni) 3 √ Mahoni (Swietenia mahagoni) 4 √ Mahoni (Swietenia mahagoni) 5 √ Mahoni (Swietenia mahagoni) 6 √ Mahoni (Swietenia mahagoni) 7 √ Mahoni (Swietenia mahagoni) 8 √ Mahoni (Swietenia mahagoni) 9 √ Mahoni (Swietenia mahagoni) Next >