< Previous 121 Skor 2 : Sistematika penjelasan tidak logis meskipun menggunakan bahasa dan suara cukup jelas Skor 1 : Sistematika penjelasan tidak logis meskipun menggunakan bahasa dan suara cukup jelas b. Pengetahuan Skor 4 : Menguasai materi presentasi dan dapat menjawab pertanyaan dengan baik dan kesimpulan mendukung topik yang dibahas Skor 3 : Menguasai materi presentasi dan dapat menjawab pertanyaan dengan baik dan kesimpulan mendukung topik yang dibahas Skor 2 : Penguasaan materi kurang meskipun bisa menjawab seluruh pertanyaan dan kesimpulan tidak berhubungan dengan topik yang dibahas Skor 1 : Materi kurang dikuasai serta tidak bisa menjawab seluruh pertanyaan dan kesimpulan tidak mendukung topik c. Penampilan Skor 4 : Penampilan menarik, sopan dan rapi, dengan penuh percaya diri serta menggunakan alat bantu Skor 3 : Penampilan cukup menarik, sopan, rapih dan percaya diri menggunakan alat bantu Skor 2 : Penampilan kurang menarik, sopan, rapi tetapi kurang percaya diri serta menggunakan alat bantu Skor 1 : Penampilan kurang menarik, sopan, rapi tetapi tidak percaya diri dan tidak menggunakan alat bantu 122 Penilaian Laporan Observasi : No Aspek Skor 4 3 2 1 1 Sistematika Laporan Sistematika laporan mengandung tujuan, masalah, hipotesis, prosedur, hasil pengamatan dan kesimpulan. Sistematika laporan mengandung tujuan, , masalah, hipotesis prosedur, hasil pengamatan dan kesimpulan Sistematika laporan mengandung tujuan, masalah, prosedur hasil pengamatan Dan kesimpulan Sistematika laporam hanya mengandung tujuan, hasil pengamatan dan kesimpulan 2 Data Pengamatan Data pengamatan ditampilkan dalam bentuk table, grafik dan gambar yang disertai dengan bagian-bagian dari gambar yang lengkap Data pengamatan ditampilkan dalam bentuk table, gambar yang disertai dengan beberapa bagian-bagian dari gambar Data pengamatan ditampilkan dalam bentuk table, gambar yang disertai dengan bagian yang tidak lengkap Data pengamatan ditampilkan dalam bentuk gambar yang tidak disertai dengan bagian-bagian dari gambar 3 Analisis dan kesimpulan Analisis dan kesimpulan tepat dan relevan dengan data-data hasil pengamatan Analisis dan kesimpulan dikembangkan berdasarkan data-data hasil pengamatan Analisis dan kesimpulan dikembangkan berdasarkan data-data hasil pengamatan tetapi tidak relevan Analisis dan kesimpulan tidak dikembangkan berdasarkan data-data hasil pengamatan 4 Kerapihan Laporan Laporan ditulis sangat rapih, mudah dibaca dan disertai dengan data kelompok Laporan ditulis rapih, mudah dibaca dan tidak disertai dengan data kelompok Laporan ditulis rapih, susah dibaca dan tidak disertai dengan data kelompok Laporan ditulis tidak rapih, sukar dibaca dan disertai dengan data kelompok 123 Kegiatan Pembelajaran 2 : Taksiran Volume Kayu per Ha (80 JP) A. Deskripsi Taksiran volume kayu per hektar didapatkan dari data di lapangan berupa data numerik yang diambil dari diameter pohon berdiri. Ketinggian dari suatu pohon resebut dan luasan bidang dasar dari hutan tersebut, B. Kegaiat Pembelajaran 1. Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti pembelajaran, siswa diharapkan dapat; a. Menghitung volume pohon, b. Merekap volume pohon dihitung secara manual dan komputer, dan c. Mengolah data valume pohon. 2. Uraian Materi a. Pengertian Volume pohon Volume (v) merupakan ukuran tiga dimensi dari suatu benda atau obyek yang dinyatakan dalam kubik, yang diperoleh dari hasil perkalian satuan dasar panjang, lebar/tebal serta tinggi. Asumsinya bahwa penampang lintang batang pohon berbentuk lingkaran, maka Volume pohon didefinisikan sebagai ukuran tiga dimensi pohon, yang bergantung dari luas bidang dasar pangkal, tinggi atau panjang batang, dan konstanta/faktor bentuk batang. Bentuk fisik pohon dalam perhitungan volume bisa berbentuk pohon berdiri atau pohon yang sudah berbentuk log/sortimen. 124 Volume pohon berdiri menurut dimensi tingginya dapat dibagi menjadi beberapa kategori volume, yaitu : 1) Volume total, yaitu volume yang dihitung atas dasar tinggi total (sampai puncak) pohon dan ditambah volume cabang dan ranting 2) Volume batang, yaitu volume yang dihitung atas dasar tinggi total (sampai puncak) pohon tanpa volume cabang dan ranting 3) Volume kayu tebal, yaitu volume yang dihitung atas dasar tinggi kayu tebal (biasanya sampai diameter 7 cm atau 10 cm untuk jenis-jenis conifer) tanpa volume cabang dan ranting. Juga merupakan volume kayu pertukangan untuk jenis daun jarum (conifer). 4) Volume bebas cabang, yaitu volume yang dihitung atas dasar tinggi bebas cabang tanpa volume cabang dan ranting, merupakan volume kayu pertukangan untuk jenis daun lebar (hardwood). b. Pengukuran Volume pohon Ada beberapa cara yang bisa dipergunakan apabila akan menghitung volume pohon, yaitu dengan cara langsung dan cara tidak langsung. Penentuan volume dengan cara langsung hanya bisa dilakukan untuk kayu dalam bentuk sortimen (log), dengan menggunakan alat yang disebut xylometer. Berikut cara pengukuran volume atau isi suatu benda, yaitu: 1) Cara analitik; Volume suatu benda ditentukan dengan menggunakan rumus-rumus volume (isi). Cara ini terutama ditujukan pada benda-benda yang berbentuk teratur seperti : a) Benda segi banyak : Prisma, Piramida b) Benda putar : Silinder, Parabola, Kerucut, Neoloid 125 Pohon berbentuk silindris, sehingga perhitungan volume dengan cara analitik hanya cocok untuk kayu gergajian yang bentuknya teratur. Gambar 64. Cara menghitung volume kayu dengan Xylometer 2) Cara Langsung; Volume suatu benda ditentukan tanpa mengukur dimensinya. Pergunakan alat ukur Xylometer, yaitu suatu alat yang berprinsip pada hukum Archimedes, dimana ”volume suatu benda sama dengan volume zat cair yang dipindahkan oleh benda tersebut”. Pengukuran volume dengan cara ini ditujukan pada benda-benda yang bentuknya tidak teratur yang tidak mungkin diukur dimensinya. Xylometer merupakan alat ukur volume berupa bak berbentuk persegi yang diisi air. Cara pengukurannya yaitu sortimen yang akan diukur volumenya dimasukkan ke dalam bak berisi air. Volume kayu adalah pertambahan tinggi air dalam bak dikalikan luas penampang bak. Atau apabila bak diisi penuh air, maka air akan tumpah. Volume pohon/log adalah volume air yang tumpah tersebut. Pengukuran volume dengan cara ini kurang praktis untuk diterapkan, biasanya hanya digunakan pada skala penelitian 3) Cara Grafik Penentuan volume dengan cara tidak langsung dilakukan dengan metode grafis, maka cara ini dimensi suatu benda dipindahkan ke dalam 126 bentuk grafis. Dasar kerjanya adalah angka-angka diameter atau kaudratnya dan panjang atau tinggi diplotkan pada kertas grafis atau salib sumbu. Penentuan volume metode grafis pada dasarnya adalah dengan cara memplotkan pasangan data diameter atau luas bidang dasar dan tinggi atau panjang masing-masing pada sumbu absis dan sumbu ordinat dari diagram cartesius, sehingga dapat dibuat garis yang menghubungkan titik-titik koordinat yang berurutan membentuk sebuah kurva yang menggambarkan pola bentuk batang, kemudian dihitung luas daerah dibawah kurva di atas sumbu absis. Volume batang adalah luas daerah dikalikan dengan sebuah konstanta yang besarnya bergantung faktor skala dan pengaruh satuan pada absis maupun ordinat. Volume benda dihitung berdasarkan rumus : V = c. L; c = A x P dimana : V = Volume c = Faktor konversi L = Luas gambar A = Luas penampang lintang dalam satuan skala dari salib sumbu P = Panjang benda dalam satuan skala dari salib sumbu Contoh : Berikut ini adalah grafik bentuk benda hasil pengeplotan diameter dan panjang. 127 Besar c adalah : c = ¼ d2 x t c = ¼ (20/100)2 m x 1 m = 0,0314 m3 Apabila dalam salib sumbu digunakan dalam satuan sentimeter, maka tiap dot grid luasnya adalah 1 cm2. Besarnya volume tiap dot grid = L x c = 1 x c, jadi volume = jumlah dot grid x c. 4) Penggunaan Rumus Volume Menurut bentuk fisiknya, pohon dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu: a) Pohon yang batang utamanya berbentuk teratur , batang lurus dan mengerucut dari pangkal hingga puncaknya (Excurent Type). Pada umumnya dijumpai pada batang pohon jenis daun jarum. Sering diasumsikan bahwa batang terdiri dari frustum berbentuk neiloid, kerucut, atau parabola. Umumnya batang berbentuk antara kerucut dan parábola. b) Pohon yang batang utamanya berbentuk tidak teratur, pada ketinggian tertentu bercabang-cabang besar (Deliquescent Type). Pada umumnya dijumpai pada batang pohon jenis daun lebar. Sering diasumsikanb bahwa batang (komersial) terdiri dari frustum berbentuk neiloid, kerucut, atau parabola (atau sesekali silinder). Umumnya batang berbentuk antara kerucut dan parábola. Berdasarkan bentuk geometrisnya, batang pohon memiliki bentuk yang mendekati benda-benda putar yang membentuk frustum silinder, frustum parabola, frustum kerucut dan frustum neiloid. Bentuk batang dengan deretan frustum tersebut tersusun seperti gambar dibawah ini : 128 Gambar 65. Volume dertean Frustum Rumus-rumus yang umum digunakan (Husch et al., 2003): NAMA RUMUS BENTUK FRUSTUM Huber V = gm x L Parabola Smalian V= Parabola Newton V= Neiloid, Kerucut, Parabola Keterangan : g1 = ¼ d2 = luas penampang pada diameter pangkal gm = ¼ d2 = luas penampang pada diameter tengah g2 = ¼ d2 = luas penampang pada diameter ujung L = panjang batang/sortimen Penggunaan persamaan diatas adalah sebagai berikut : a) Rumus Smalian seharusnya digunakan pada sortimen pendek (±1m) b) Sortimen yang panjang (± 3 – 6 m), rumus Newton atau Huber akan lebih akurat c) Rumus Newton akan memberikan hasil yang akurat pada semua bagian batang, kecuali pada bagian pangkal yang terlalu menggembung 129 Penentuan volume pohon/tegakan yang masih berdiri dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut : a) Volume seksi batang Batang pohon apabila dilihat mulai dari pangkal hingga ujung memiliki bentuk batang/frustum yang berlainan, mulai dari frustum neiloid, silinder, parabola dan kerucut, sehingga apabila penentuan volume dilakukan secara langsung maka akan diperoleh volume lebih besar melebihi yang sebenarnya. Hal tersebut dapat diatasi yaitu dengan cara batang pohon dibagi menjadi beberapa bagian/seksi dimana setiap seksi diukur dan ditentukan volumenya. Volume pohon merupakan jumlah dari seluruh seksi. Gambar 66. Perhitungan Volume pohon berdasarkan volume seksi Volume pohon dengan mempertimbangkan angka bentuk Penentuan volume pohon dapat digunakan rumus sebagai berikut : V pohon = ¼ d2 x h x f dimana : V = Volume pohon (m3) = 3,141592654 d = Diameter pohon (cm) h = Tinggi pohon bebas cabang (m) f = Faktor angka bentuk 130 Angka bentuk adalah suatu bilangan yang besarnya diperoleh dari perbandingan antara volume batang dan volume tabung yang memiliki tinggi dan bidang dasar sama. Cara menghitung kubikasi kayu log atau gelondong dengan rumus yang biasa digunakan adalah (P x D x D x 0,7854) : 10.000 = nilai kubikasi Keterangan : cara menghitung kubikasi kayu P adalah panjang kayu yang dinyatakan dalam satuan meter D adalah diameter kayu yang dinyatakan dalam satuan cm Gambar 67. Perhitungan Kayu Log Contoh kasus : Jika seseorang akan membeli sebuah kayu yang masih berupa gelondong dengan ukuran diameter 25 cm dan panjangnya 2 meter maka, jika menggunakan rumus di atas, nilai kubikasi yang terdapat pada kayu adalah (2 x 25 x 25 x 0,7854) : 10.000 = 0,098175 M3. Jadi, besarnya nilai kubikasi pada satu gelondong kayu yang akan dibeli oleh orang tersebut sebesar 0,098175 atau hampir sepersepuluh kubik. Next >