< Previous 11 2. Uraian Materi Gambar 1. Peta Penataan Hutan Perhatikan Gambar 1. Apa yang anda ketahui tentang gambar peta diatas? Secara visual apa yang anda lihat pada gambar? Gambar 2. Penyebaran Tajuk Hutan Bagaimana anda mendapatkan data ketinggian tajuk, pada gambar yang anda lihat?, alat-alat bantu apa yang dapat digunakan untuk mengukur keringgian tajuk tersebut! Begitu pula alat yang digunakan untuk mengukur dimeter! 12 Sebelum memulai kegiatan pembelajaran yang lebih mendalam, sebaiknya anda mempelajari terlebih dahulu tentang komponen apa saja yang perlu diukur dalam pengukuran kayu berdiri dan alat-alat apa saja yang digunakan dalam mengambil data pengukuran pohon. Perhatikan penjelasan dibawah ini a. Dasar-dasar Pengukuran Batang Pengukuran batang pada dasarnya diarahkan pada pengukuran diameter dan panjang batang, sedangkan besarnya volume bukan hasil langsung dari suatu pengukuran tetapi merupakan hasil perhitungan. Pengukuran tersebut dengan tujuan untuk memperkenalkan alat ukur sebagai berikut : 1) Alat ukur panjang, seperti meteran atau gala (tongkat ukur) yang diberi skala atau notasi-notasi ukuran. 2) Alat ukur diameter, yang terdiri dari meteran, pita ukur (pita pi atau pita diameter), garpu ukur dan kaliper. Berhubung karena bentuk batang umumnya tidak selindris, maka untuk perhitungan volume batang biasanya diperlukan pengukuran diameter pada beberapa tempat atau paling tidak pada tiga tempat, yaitu pada pangkal (dp), tengah (dt) dan ujung (du). Sehingga dapat diperoleh tiga nilai bidang dasar diantaranya bidang dasar pangkal (Bp), bidang dasar tengah (Bt) dan bidang dasar ujung (Bu). Selanjutnya, volume pohon diperoleh dari hasil perkalian antara rata-rata bidang dasar pada penampang yang diukur dengan panjang batang ( l ). Lebih jelasnya, ukuran-ukuran batang secara skematis diperlihatkan pada Gambar 3. Gambar 3. Dimensi Batang 13 Berdasarkan nilai-nilai hasil pengukuran yang telah disebutkan di atas maka dapat dihitung bolume batang antara lain dengan menggunakan tiga rumus pendekatan seperti dibawah ini : 1) Rumus Smallian : V = 2) Rumus Huber : V = Bt l 3) Rumus Newton : V = 1/6 (Bp + 4Bt + Bu) l b. Dasar-Dasar Pengukuran Pohon Berdiri Besaran volume pohon merupakan hasil perhitungan yang didasarkan atas hasil pengukuran diameter dan tinggi pohon (sebagai pengganti panjang pada batang), sehingga, yang dimaksudkan dengan pengukuran volume pohon adalah pengukuran komponen-komponen penyusun volume, yaitu diameter dan tinggi. Pengukuran diameter pohon dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang sama dengan alat ukur diameter batang. Namun pengukuran tinggi umumnya tidak dilakukan dengan pengukuran langsung seperti halnya pada pengukuran panjang batang, tetapi dilakukan dengan pengukuran tidak langsung, yaitu melalui penggunaan bantuan "prinsip-prinsip ilmu ukur sudut". Sebelum membahas lebih jauh tentang metode pengukuran tinggi, maka terlebih dahulu akan dipaparkan tentang pengukuran / perhitungan volume pohon. Pengukuran diameter batang dengan mudah dapat dilakukan pada beberapa tempat, maka pengukuran diameter pohon (yang masih berdiri) cukup sulit dilakukan, kecuali jika pohon-pohon yang diukur tersebut dipanjat satu per satu. Mudah dipahami bahwa pengukuran melalui pemanjatan tersebut akan memerlukan waktu dan tenaga yang tidak sedikit, sehingga pelaksanaan kegiatan pengukuran menjadi tidak efisien. Sehubungan dengan itu maka pengukuran volume pohon umumnya hanya 14 dilakukan melalui pengukuran diameter pada ketinggian setinggi dada (disingkat : diameter setinggi dada) dan tinggi. Pengukuran diameter setinggi dada (diameter breast height) ini didasarkan pada alasan teknis semata, dan untuk standardisasi pengukuran tersebut ditetapkan pada ketinggian 1,3 meter. Beberapa negara (diantaranya Jepang) menetapkan bahwa ketinggian setinggi dada adalah identik dengan ketinggian 1,2 meter, sebagai pengganti ketinggian 1,3 meter. Pengukuran diameter atas (diameter ujung), biasanya tidak dilakukan. Sehubungan dengan hal tersebut maka 'angka bentuk' hanya dapat ditentukan melalui penaksiran atau berdasarkan pengalaman yang ada. Selanjutnya, perhitungan volume pohon dilakukan dengan menggunakan suatu faktor pengali, yang dikenal dengan faktor bentuk atau angka bentuk. Faktor bentuk yang dimaksudkan adalah suatu nilai yang digunakan untuk mengoreksi volume selinder (yang berdiameter sama dengan diameter pohon pada ketinggian setinggi dada) menjadi volume pohon yang sebenarnya. dimana : f = Angka bentuk atau faktor bentuk, yang biasanya bernilai lebih kecil dari 1. Vs = Volume selinder (yang berdiameter sama dengan diameter pohon pada ketinggian setinggi dada) Lebih jelasnya, ukuran-ukuran pohon secara skematis diperlihatkan pada Gambar 4. 15 Gambar 4. Dimensi Pohon Keterangan : da = diameter atas db = diiameter bawah (diameter setinggi dada) t = tinggi pohon f = Vp/Vs Vp = Vs = π/4 ()t f = Penaksiran angka bentuk dilakukan melalui pengukuran sejumlah pohon contoh yang sengaja ditebang untuk memungkinkan pengukuran volume aktual atau volume pohon yang sebenarnya. Pada tujuan penelitian, pengukuran dapat pula dilakukan dengan jalan memanjat pohon-pohon contoh. Pengukuran (khususnya diameter atas atau diameter ujung) dapat pula dilakukan dengan pengukuran tidak langsung dari suatu jarak tertentu, dengan menggunakan peralatan optik. Dalam banyak kesempatan, 16 nilai angka bentuk hanya ditetapkan berdasarkan pengalaman cruiser (surveyor atau pelaksana inventarisasi atau pengukur) terdahulu. Nilai angka bentuk yang lazim digunakan, khususnya untuk pohon-pohon hutan alam, adalah sebesar 0,7 meskipun tidak tertutup kemungkinan bahwa pohon-pohon hutan alam tersebut banyak diantaranya yang mempunyai angka bentuk yang Iebih besar dari 0,7. Namun, tetap ada kemungkinan bahwa sebagian dari pohon-pohon tersebut akan mempunyai angka bentuk yang Iebih kecil dari 0,7. Pada hutan-hutan tanaman yang dikelola secara intensif, khususnya pada tanaman yang dipangkas, nilai angka bentuk dapat mencapai 0,8 atau Iebih, sebagai akibat dari semakin selindrisnya pohon sehingga ukuran diameter ujung (diameter atas) semakin mendekati ukuran diameter pangkal (diameter bawah) pohon. c. Pengukuran diameter pohon Diameter merupakan salah satu parameter yang penting dalam pengumpulan data potensi hutan dan keperluan pengelolaan. Keterbatasan alat yang tersedia, seringkali pengukuran keliling lebih banyak dilakukan, baru kemudian dikonversi ke diameter (D) (Simon, 1993). Bentuk pohon pada umumnya mengecil kebagian ujungnya atau puncaknya (besar diameter makin ke ujung makin kecil). Tingkat ketelitian pengukuran diameter tergantung dari faktor-faktor seperti tingkat ketelitian yang diinginkan, alat ukur yang dipakai, cara pengukurannya, kecermatan dan keahlian tenaga pengukur, waktu dan biaya untuk pengukuran dan faktor-faktor lainnya (Suharlan dan Sudiono, 1975). Menurut Muhdin (2003), bahwa sekurangnya ada tiga alasan mengapa diameter diukur pada ketinggian setingi dada; alasan kepraktisan dan kenyamanan saat mengukur, yaitu pengukuran mudah dilakukan tanpa harus membungkuk atau berjingkat; pada kebanyakan jenis pohon ketinggian setinggi dada bebas dari pengatur banjir; umumnya memiliki hubungan yang cukup erat 17 dengan peubah-peubah (dimensi) pohon lainnya. Selain mudah diperoleh / diukur, dbh juga merupakan pohon yang akurasi datanya paling mudah dikontrol. Selain untuk keperluan pendugaan dimensi pohon lainnya, diameter setinggi dada (dbh) biasanya diukur sebagai dasar untuk keperluan perhitungan lebih lanjut, misalnya untuk menentukan luas bidang dasar dan volume. Mengukur diameter pohon adalah mengukur panjang garis antara dua titik pada garis lingkaran batang yang melalui titik pusat. Bentuk batang pohon kebanyakan jarang yang berbentuk bulat/silendris, sehingga dalam menentukan diameter pohon perlu dilakukan pengukuran berulang-ulang pada posisi yang berbeda-beda, yaitu pada bagian dimana bagian batang pohon yang memiliki sumbu terpanjang dan pengukuran pada bagian sumbu terpendek kemudian hasillnya dirata-ratakan. Gambar 5. Cara Pengukuran Diameter Pohon Keterangan : a. Pengukuran diameter pada sumbu terpendek b. Pengukuran diameter pada sumbu terpanjang 18 Gambar 6. Cara Mengukur Diameter pohon dengan menggunakan Mistar Data diameter pohon diperlukan dalam rangka menghitung luas bidang dasar (Lbds) dan volume sebagai penduga dimensi pohon atau menduga tegakan yang ada di dalam hutan untuk keperluan pengelolaan hutan. Selain itu juga berguna dalam pengaturan penebangan pohon dengan batas diameter tertentu, misalnya dalam aturan TPTI penebangan pohon diatur menurut jenis dan diameter tertentu. Diameter memiliki hubungan persamaan dengan kelilingnya, yang dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut : atau Berikut akan disampaikan mengenai kesepakatan dan aturan yang harus diikuti dalam mengukur diameter pohon berdiri, yaitu: 1) Diameter pohon diukur setinggi dada (diameter at breast heigh/Dbh). Di Indonesia atau negara-negara yang menggunakan pengukuran dengan system metric, diameter pohon normal diukur setinggi dada K = π. d d = K/π Keterangan : K = Keliling d = Diameter π = 3,14 19 yaitu diukur pada ketinggian 1,30 meter diatas permukaan tanah. Pengukuran diameter setinggi dada ini memiliki beberapa alasan, yaitu; a) Pengukuran diameter pohon mudah dilakukan. b) Pada umumnya pohon terbebas dari banir. c) Pada ketinggian setinggi dada rasio perubahan diameter relatif kecil; Gambar 7. Mengukur diameter pohon normal 2) Pohon dengan kondisi tidak normal diukur dengan ketentuan sebagai berikut : a) Pada pohon berbanir setinggi lebih dari 1,30 meter, diameter diukur pada ketinggian 20 cm di atas banir. Gambar 8. Mengukur diameter pohon normal 20 b) Pada pohon dengan perakaran tinggi maka diameter diukur pada ketinggian 1,30 m di atas akar/pangkal batang. Gambar 9. Mengukur diameter pohon dengan perakaran tinggi c) Pada pohon yang mempunyai batang utama lebih dari satu di bawah ketinggian 1,3 m maka pohon tersebut tercatat mempunyai lebih dari satu ukuran diameter, masing-masing dicatat sebagai data diameter. Gambar 10. Mengukur diameter pohon bercabang Next >