< Previous 21 d) Pada pohon yang batang utamanya membengkak atau mengecil pada ketinggian 1,30 meter, maka diameter diukur pada ketinggian 20 cm di atas batang yang bengkak/mengecil tersebut. Gambar 11. Mengukur diameter pohon membengkak 3) Pohon yang tumbuhnya tidak tegak lurus atau miring maka pengukuran diameter dilakukan tegak lurus batang pada bagian arah kemiringan pohon setinggi 1,30 m; Gambar 12. Mengukur diameter pohon miring 22 4) Pada pohon yang tumbuh di tempat miring maka pengukuran diameter dilakukan di sisi sebelah atas batang setinggi 1,3 m; Gambar 13. Mengukur diameter yang tumbuh di tempat miring 5) Guna memperoleh data yang akurat, maka pengukuran perlu dilakukan lebih dari satu kali yaitu pengukuran diameter pada pada bagian terbesar dan pengukuran bagian diameter terkecil kecuali pengukuran dengan pita ukur diameter atau phi band. Diameter pohon adalah rata-rata dari dua kali pengukuran tersebut. d. Pengukuran tinggi pohon Tinggi pohon berdiri tidak selalu sama dengan panjang pohon tersebut sesudah rebah. Tinggi pohon berdiri dimaksudkan sebagai panjang proyeksi dari titik ujung pohon sampai ke tanah (Lembaga Penelitian IPB, 1985). Tinggi pohon didefinisikan sebagai jarak atau panjang garis terpendek antara suatu titik pada pohon dengan proyeksinya pada bidang datar. Istilah tinggi pohon hanya berlaku untuk pohon yang masih berdiri sedangkan untuk pohon rebah digunakan istilah panjang pohon (Muhdin, 2003). Mengukur diameter bagian atas batang, banyak alat-alat yang ada dan yang paling mahal dan canggih terutama akan bermanfaat dalam kondisi tertentu dan khususnya dalam beberapa inventarisasi hutan, namun pengukuran tidak langsung dengan hypsometer telah dipakai. Christen hypsometer adalah sangat murah dan alat yang mudah dibawa dan dianjurkan untuk inventarisasi hutan jika tingkat kecermatan yang 23 diminta tidak terlalu tinggi. Kegiatan inventarisasi hutan dikenal beberapa macam pengukuran tinggi pohon yaitu; 1) Tinggi pohon total, yaitu tinggi pangkal pohon dari permukaan tanah hingga puncak pohon. 2) Tinggi bebas cabang atau permukaan tajuk, yaitu tinggi pohon dari pangkal batang hingga cabang pertama yang membentuk tajuk. 3) Tinggi batang komersial, yaitu tinggi batang pada saat itu laku dijual dalam perdagangan. (Dephut, 1992). Tinggi pohon diukur dari permukaan tanah atau pangkal pohon sampai dengan ketinggian tertentu. Tinggi adalah jarak vertikal antara titik pangkal dengan pucuk pohon (Gambar 14). Tinggi yang diukur mencakup: 1) Tinggi total yaitu tinggi sampai dengan puncak tajuk. 2) Tinggi bebas cabang diukur sampai dengan cabang pertama, tinggi bebas cabang disebut juga tinggi kayu pertukangan. 3) Tinggi sampai dengan batas banir. Cara pengukuran tinggi yang digunakan pengukuran secara tidak langsung dengan menggunakan alat ukur tinggi. Di sini perlu keseksamaan dalam melakukan pembidikan, sebab apabila salah maka akan mendapatkan angka tinggi yang salah pula. Selain itu perlu ketepatan dalam pengukuran jarak bagi alat ukur yang menggunakan jarak datar, misalnya Haga hypsometer. Berkaitan dengan alat ukur tinggi, maka dikenal ada 2 (dua) macam yaitu alat ukur tinggi atas dasar prinsip: 1) Trigonometri atas dasar unsur jarak datar dan sudut pandang pengukuran (Haga hypsometer). 2) Goniometri atau segitiga sebangun (Chrystenmeter, Clinometer). 24 Gambar 14. Tinggi Pohon Vs Panjang Pohon Berdasarkan prinsip geometri dan trigonometri, tinggi pohon berdiri dapat dihitung menggunakan rumus: Untuk Tinggi Total Untuk Tinggi Bebas Cabang Keterangan : H = tinggi total hasil pengukuran Hbc = tinggi bebas cabang hasil pengukuran %Ht = bacaan pada tinggi total %Hc = bacaan pada tinggi bebas cabang %Hb = bacaan pada pangkal %Hp = bacaan pada ujung galah 25 Secara visual, cara pengukuran untuk mendapatkan informasi tinggi pohon berdiri menggunakan rumus tersebut disajikan pada Gambar 15. Pengukuran dapat dilakukan menggunakan alat ukur tinggi seperti clinometer dan galah bantu dengan ukuran tertentu (pada rumus tersebut menggunakan galah bantu dengan panjang 4 m). Gambar 15. Cara pengukuran tinggi pohon 26 Lembar Kerja : Pengukuran Tinggi Pohon Alat = meteran phi band, Christinmeter/clinometer, Galah, Alat tulis menulis Bahan = Pohon berdiri Cara Kerja 1) Buat kelompok bersama sebanyak empat orang 2) Pilih tegakan pohon berdasarkan ketinggian yang berbeda 3) Ukur tinggi pohon dengan menggunakan alat clinometer/haga meter (menggunakan scala %) 4) Ukur bidang datar/jarak antara pengukur dan pohon 5) Catat hasil pengamatan anda dalam tabel di bawah ini 6) Hasil data yang anda peroleh hitung dan diskusikan bersama 7) Buat laporan dan presentasikan di depan kelas Tabel 1. Tally Sheet Data Pengukuran Tinggi Pohon No. Klaster No. Plot No. Pohon Jenis Pohon Ht (%) Hc (%) Hb (%) Hp (%) Hbc (m) H (m) 01 01 1 2 3 4 Dst 02 1 2 3 4 Dst Tinggi pohon merupakan jarak terpendek antara titik tertinggi dari pohon terhadap proyeksinya pada bidang datar. Mengukur tinggi pohon, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu : 27 1) Tinggi pohon merupakan proyeksi dari batang pohon yang diukur mulai dari batas pangkal sampai dengan batas ujung batang pohon tersebut. Sebagai ilustrasi perhatikan gambar dibawah ini (gambar 16). Gambar 16. Tinggi pohon tegak lurus dan miring 2) Pemenuhian kebutuhan tertentu, titik atas tinggi pohon ditentukan berdasarkan tujuan inventarisasi hutan, adapun keperluan kegiatan ITSP digunakan titik atas pada bebas cabang pertama, sedangkan pengukuran tinggi pohon untuk keperluan penentuan bonita tanah digunakan titik atas puncak pohon. Klasifikasi tinggi pohon: a) Tinggi total, merupakan jarak antara titik pucuk pohon dengan proyeksinya pada bidang datar. b) Tinggi bebas cabang, merupakan jarak antara titik lepas dahan atau lepas cabang atau batas tajuk dengan proyeksinya pada bidang datar. c) Tinggi sampai batas diameter tertentu, bergantung dari tujuan dan kegunaan. 28 Tinggi kayu pertukangan (timber/merchantable height) Tinggi kayu tebal d) Pada pohon conifer (contoh: pinus); tinggi sampai diameter 7 cm atau 10 cm e) Identik dengan kayu pertukangan untuk jenis conifer. 3) Pengukuran tinggi pohon dengan alat ukur pohon dengan prinsip trigonometri memerlukan jarak ukur tertentu dimana jarak tersebut adalah jarak datar. Pada daerah berlereng, untuk mendapatkan jarak ukur (jarak datar) antara pengukur dengan pohon yang diukur tingginya maka harus diberikan koreksi jarak lapang. Berikut disajikan ilustrasi pengukuran pada daerah berlereng, perhitungan jarak datar dan jarak lapang (gambar 17). Gambar 17. Pengukuran tinggi pohon pada daerah berlereng. Jarak datar dapat diperoleh dengan mengkonversi jarak lapangan terhadap jarak datar melalui rumus sebagai berikut : 29 Dimana : JL = Jarak Lapang JD = Jarak Datar α = Sudut Kelerengan Contoh : Apabila anda sebagai juru ukur dalam pengambilan data, anda diminta untuk mengukur ketinggian pohon yang kebetulan lokasi daerah berdirinya pohon berlereng. Anda mendapatkan data dari pengukuran tersebut jarak kemiringan 35 m, dan sudut yang di dapatkan adalah 25o. Diskusikan secara kelompok berapa jarak datar yang ada dapatkan! Diketahui Jarak miring/jarak lapang = 35 m, α = 25o , lihat gambar 18 Jawab : JD = JL Cos α = 35 x Cos 25o = 35 x 0.9063 = 31.72 m Gambar 18. Pengukuran tinggi pohon pada daerah berlereng 30 4) Pengukuran dengan prinsip trigonometri juga perlu memperhatikan kedudukan pohon yang diukur terhadap pengukurnya. Berikut beberapa model kedudukan pohon yang biasa terjadi di lapangan serta perhitungannya, yaitu : a) Pada daerah mendatar Gambar 19. Pengukuran tinggi pohon pada daerah mendatar Pada daerah mendatar tidak memerlukan koreksi jarak lapang, karena jarak lapang sama dengan jarak datar. Bidikan terhadap pangkal pohon bernilai negatif sedangkan bidikan terhadap ujung pohon bernilai positif. Tinggi Pohon (AC) = AB + BC AB = JD . Tg β ………………….. negative BC = JD . Tg α ………………….. positif (AC) = AB + BC AC = JD . Tg β + JD . Tg α Next >