< Previous 41 Gambar 27. Pengukuran tinggi Pohon dengan menggunakan Alat Klinometer 8) Catat data pengamatan anda dalam table di bawah ini : Tabel 2. Hasil Pengamatan tinggi pohon dengan alat Klinometer. No. Heling Atas (%) Heling Bwh (%) Jarak Datar (m) Tinggi Objek (B) 1. 60 10 30 ? 2. 70 15 54 ? 3. 4. 9) Hitung hasil pengamatan anda secara berkelompok 10) Buatlah laporan secara terstuktur dan presentasikan di depan kelas yang dibimbing oleh guru pengajar. Contoh perhitungan hasil pengamatan 1. Diketahui : jarak datar = 30 m helling ke atas = 60 % 42 helling ke bawah = 10% (karena pangkal pohon berada di bawah dari mata pengukur) Hitung : Tinggi Pohon = (helling ke atas + helling ke bawah) x Jatak Datar = (60 % + 10 % ) X 30 m = 70% X 30 m = 21 m Cintoh perhitungan hasil pengamatan 2. Diketahui : jarak datar = 54 m helling ke atas = 70 % helling ke bawah = 15 % (karena pangkal pohon berada di bawah dari mata pengukur) Hitung : Tinggi Pohon = (helling ke atas + helling ke bawah) x Jatak Datar = (70 % + 15 % ) X 54 m = 85% X 54 m = 45.9 m e. Pengukuran luas bidang dasar Tegakan Pengukuran bidang dasar tegakan biasa dilakukan dengan cara sampling point. Posisi pengukur berdiri pada titik pusat lingkaran yang dibuat secara khayal pada saat membidik dan menghitung pohon dalam lingkaran yang masuk dalam hitungan. Pembidikan pohon dilakukan pada letinggian 1,3 meter. Pengukuran bidang dasar tegakan sebaiknya digunakan peraturan-peraturan umum statistika untuk penentuan petak ukur. 43 f. Pengukuran Diameter Tajuk Tajuk adalah keseluruhan bagian tumbuhan, terutama pohon, perdu, atau liana, yang berada di atas permukaan tanah yang menempel pada batang utama. Pengertian lainnya juga mencakup batang/sumbu, terutama apabila tumbuhan itu berupa semak atau terna. Kanopi terbentuk dari satu atau lebih tajuk tumbuhan yang melingkupi suatu area. Istilah tajuk dipakai biasanya untuk menggambarkan morfologi atau ekologi suatu komunitas pepohonan. Bentuk tajuk bermacam-macam dan sering kali khas untuk kelompok tumbuhan tertentu. Bentuk itu ditentukan oleh proses adaptasi dan bagaimana suatu individu bertahan hidup di tempat tumbuhnya. Pengukuran terhadap tajuk dipakai untuk mendekati kesehatan suatu tumbuhan dan efisiensi fotosintesis yang dilakukannya. Diukur dengan cara "Improvised technique" (Fellizar, 1976), yaitu dengan menetapkan satu titik sebagai pusat tajuk pada permukaan tanah, dari titik tersebut dibuat garis ke utara, selatan, timur dan barat sampai pada tetes batas tajuk. Panjang rata-rata garis tersebut sama dengan diameter tajuk. Pohon‐pohon tropis pengukuran diameter tajuk dilakukan sebanyak 2 (dua) kali dengan posisi saling tegak lurus. Secara teknis, pengukuran diameter tajuk dilakukan dengan mengukur jari‐jari tajuk pohon sebanyak 4 (empat) kali dan saling tegak lurus menurut 4 (empat) arah mata angin utama (Utara, Timur, Selatan, Barat). Cara pengukuran diameter tajuk pada arah tampak samping dapat dilihat pada Gambar 28a, 28b dan pada arah tampak atas dapat dilihat pada Gambar 29. Pengukuran diameter tajuk ini harus diperhatikan posisi tajuk yang terlebar sebagai patokan awal pengukuran diameter atau jari‐jari tajuknya 44 dan selanjutnya diukur posisi diameter tajuk yang tegak lurus terhadap posisi pertama, sehingga diperoleh 4 (empat) jari‐jari tajuk (R1, R2, R3 dan R4). Pencatatan (R1, R2, R3 dan R4) dimulai dari Utara kemudian Timur, Selatan dan Barat, dengan maksud untuk mempermudah. Gambar 28. Pengukuran Dimensi Tajuk Tampak Utara dan Timur Gambar 29. Pengukuran Dimensi Tajuk Tampak Dari Selatan Barat 45 Gambar 30. Pengukuran Dimensi Tajuk Tampak Dari Atas Pengukuran diameter tajuk ini akan mengalami kesulitan kalau kita mengukurnya secara langsung. Cara yang paling mudah dengan mengukur bayangannya di atas tanah dengan meteran. Kelemahannya ketika cuaca mendung, bayangan itu tidak akan nampak. Kita juga dapat mengukurnya dengan menjulurkan galah pada tajuk terluar dan mengukur jaraknya dari pohon. g. Pengukuran Volume Tegakan Tegakan adalah kumpulan dari sejumlah pohon, dengan demikian pengukuran volume tegakan berarti pengukuran volume dari pohon-pohon penyusun tegakan sehingga sekaligus bermakna pengukuran diameter dan tinggi puhon penyusun tegakan. Berdasarkan tingkat kesaksamaan dalam pelaksanaannya, maka pengukuran volume dapat dibedakan atas : 1) Pengukuran diameter dan tinggi semua pohon 2) Pengukuran diameter semua pohon, tetapi pengukuran tinggi hanya dilakukan pada sejumlah pohon terwakili. 3) Pengukuran diameter dan tinggi hanya dilakukan secara terbatas pada pohon-pohon yang mewakili. 46 Pengukuran diameter dan tinggi semua pohon diukur dengan menggunakan rumus volume, sedangkan volume tegakan adalah jumlah dari volume semua pohon penyusun tegakan. V = ∑V1; Keterangan V = Volume tegakan (m3) V1 = volume pohon ke i (m3) b1 = Luas bidang dasar pohon ke i (m2) t1 = tinggi pohon ke i (m) f = angka bentuk pohon, yang dalam hal ini biasanya digunakan angka bentuk rata-rata. Selaian melalui perhitungan, penetapan volume pohon dapat pula ditetapkan dengan menggunakan tabel volume atau tarif volume yaitu tabel yang membuat hubungan antara volume dengan diameter dan tinggi, sedang tarif volume atau biasa juga disebut Tabel Volume lokal (karena penggunaannya bersifat lokal) adalah tabel yang menggambarkan hubungan antara Volume dan diameter pohon. Tabel volume untuk kondisi dimana pengukuran diameter dan tinggi hanya dilakukan secara terbatas pada pohon-pohon yang mewakili, maka dihitung volume tegakan dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut: 1) Perhitungan tinggi rata-rata untuk setiap kelas diameter. 2) Perhitungan volume untuk setiap kelas diameter dengan rumus vk = nk x bk x tk x f 3) Perhitungan volume tegakan dengan rumus V = ∑ vk 47 dimana : vk = Volume pohon-pohon untuk kelas diameter tertentu. Bk = Jumlah luas bidang dasar pohon untuk kelas diameter tertentu (∑bki) Tk = Tinggi rata-rata dari pohon-pohon untuk kelas diameter tertentu F = Angka bentuk pohon, yang dalam hal ini biasanya digunakan angka bentuk rata-rata, tetapi tidak jarang pula dipakai angka bentuk yang berbeda pada masing-masing kelas diameter, jika informasi tentang hal ini tersedia. Selanjutnya, pada kondisi dimana pengukuran diameter dan tinggi hanya dilakukan secara terbatas pada pohon-pohon pewakil, panaksiran volume tegakan dilakukan dengan terlebih dahulu menghitung volume pohon-pohon pewakil. Luas seluruh tegakan adalah A, luas areal dimana pohon-pohon pewakil adalah a, dan volume pohon-pohon pewakil adalah v, maka volume keseluruhan pohon dalam tegakan (V) dapat ditaksir dengan menggunakan rumus : Pengukuran pohon-pohon pewakil ini biasanya dilakukan pada sejumlah satuan contoh (sampling unit), sehingga dapat dihitung nilai volume untuk masing-masing satuan contoh. Nilai-nilai tersebut akan bervariasi (berbeda satu sama lainnya). Jadi mudah dipahami bahwa nilai yang diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan rumus diatas, dapat berbeda dengan volume atau potensi hutan yang sebenarnya, tergantung dari ketepatan dalam pemilihan satuan-satuan contoh atau pewakil yang diukur. Berdasarkan kenyataan inilah maka nilai yang diperoleh melalui penggunaan Rumus diatas, perlu dikoreksi dengan suatu bilangan yang merupakan taksiran kesalahan yang mungkin terjadi. 48 Pada Tabel 4. diberikan contoh hasil pengukuran diameter dan tinggi semua pohon, dan pada Tabel 5 dipaparkan contoh hasil pengukuran pohon yang dirinci menurut kelas diameter. Tabel 3. Hasil pengukuran diameter dan tinggi pohon No. Diameter(cm) Tinggi (m) Volume (m3) 1. 34 16 1,02 2. 49 18 2,37 3. 43 19 1,93 4. 38 15 1,19 5. 45 20 2,23 6. 58 23 4,25 7. 35 16 1,08 8. 47 17 2,06 9. 53 22 3,40 10. 32 17 0,96 11. 41 21 1,94 12. 55 21 3,49 13. 36 16 1,14 14. 57 20 3,57 15. 52 19 2,82 16. 56 22 3,79 Tabel 4. Rekapitulasi hasil pengukuran tegakan yang dirinci menurut kelas diameter. No Kelas Diameter Jumlah Pohon Tinggi, tk Volume, Vk 1. 30 — 40 5 16 5,38 2. 40 — 50 5 19 10,58 3. 50 - 60 5 21 17,46 Jumlah 15 56 33,42 49 h. Alat-Alat pengukuran pohon 1) Alat Ukur Diameter Pohon Alat ukur diameter dapat dikelompokkan berdasarkan cara kerja dan komponen alatnya, yaitu alat ukur diameter sederhana dan alat ukur diameter optic. Contoh alat ukur diameter sederhana yaitu : caliper, garpu pohon, pita diameter dan Biltmore Stick, sedangkan contoh alat ukur diameter optik adalah Spiegel Relaskop. a) Caliper Caliper dapat digunakan untuk mengukur diameter kayu berdiri dan kayu rebah dengan hasil pengukuran yang cukup baik. Caliper ini berbentuk mistar berskala dan berkaki dua yang tegak lurus pada mistar, dimana salah satu kakinya terletak diujung mistar dan tidak dapat digerakkan (kaki statis), sedangkan kaki lainnya dapat digerakkan menyusuri mistar (kaki dinamis). Skala mistar terbagi dalam satuan ukuran menurut system metric terkecil. Alat ini terbuat dari kayu atau logam (gambar 31). Gambar 31. Macam-macam alat ukur diameter 50 Gambar dan bagian-bagian caliper ditampilkan pada gambar 32. Gambar 32. Caliper dan bagian-bagianya Cara menggunakan caliper : Geser kaki dinamis menjauhi kaki statis, sehingga membentuk celah. Apitkan dan tekan kedua kaki caliper pada batang pohon yang akan diukur diameternya dalam keadaan posisi horizontal/tegak lurus terhadap batang pohon. Pembacaan diameter dilakukan terhadap angka pada mistar berskala yang ditunjukkan/berimpit dengan kaki dinamis. Pengukuran yang lebih teliti akibat oleh penampang lintang batang kayu yang tidak silindris dapat diperoleh melalui pengukuran yang dilakukan dua kali dengan posisi yang berbeda, yaitu pada bagian terkecil dan bagian terbesar kemudian hasilnya dirata-ratakan (gambar 33). Next >