< Previous 21 dengan demikian jumlah contoh plot/sampel plot untuk keragaman volume sebesar 25% sebanyak 100 buah. 1002525%%22xXtSECVN sample plot Metode inventarisasi yang digunakan untuk semua kelas umur adalah penarikan contoh sistematik jalur berplot dengan awal teracak (systematic sampling with random start). Untuk memudahkan teknis pelaksanaan, jarak antar jalur ditentukan sebesar 500 meter. Berikut ini dicantumkan jarak antar plot dalam 1 jalur dari 3 kelas umur yang mempunyai luas berbeda (2500 ha, 3000 ha dan 3500 ha), tetapi mempunyai keragaman volume yang sama sebesar 25%. Tabel 4. Jumlah Plot Contoh pada Luas Kelas Umur (ha) Deskripsi/Kategori Luas Kelas Umur (ha) 2500 3000 3500 Jumlah plot 100 100 100 Luas terwakili per plot (m2) 250000 300000 350000 Jarak antar plot dalam jalur (m) 500 600 700 Dengan mempertimbangkan luas efektif dari suatu wilayah kerja IUPHHK hutan tanaman , ancar-ancar jumlah plot contoh yang perlu dibuat berkisar antara 100 sampai dengan 200 plot. Untuk IUPHHK dengan luasan lebih kecil dari atau sama dengan 10.000 Ha perlu membuat plot minimal sekitar 100 plot per kelas umur, sedangkan untuk IUPHHK yang luas efektif areal kerjanya lebih besar atau sama dengan 200.000 Ha maka jumlah plot yang perlu dibuat sekitar 200 plot per kelas umur. 22 Jumlah plot untuk setiap luasan efektif dan kelas umur dihitung dengan melakukan interpolasi (Tabel 2.) atau disesuaikan dengan inventarisasi yang dilakukan oleh perusahaan dengan syarat paling sedikit IS > 5 %, mewakili seluruh KU dan jenis tanman dan tersebar merata seluruh areal. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada Tabel 7. Tabel 5. Pedoman IHMB (Interpolasi hasil perhitungan Jumlah Plot Hutan Tanaman) 3) Penempatan Plot Contoh di Lapangan a) Lokasi setiap plot harus digambarkan pada peta topografi atau peta jaringan jalan yang telah dibuat dengan skala 1:50.000 atau lebih besar untuk hutan alam. b) Untuk hutan tanaman digunakan skala 1:25.000 atau yang lebih besar. Catatan : penentuan titik ikat pada peta berupa bentuk-bentuk fisik permanen seperti simpang sungai, simpang jalan, jembatan atau landmark lainnya. Titik ikat ini dimaksudkan untuk mendapatkan posisi awal plot contoh dengan mengukur jarak dan sudut arah atau azimuth dari titik ikat. Posisi titik ikat harus diukur dengan GPS atau menggunakan koordinat peta yang ada. 23 c) Pengukuran Jalan Masuk Ukuran azimuth atau sudut arah dan jarak dari titik ikat ke titik awal jalur di lapangan. Gambarkan jalan masuk menuju plot yang memperlihatkan keadaan setiap 50 m berdasarkan arah dan jarak rintisan dari titik ikat. Saat membuat rintisan masuk, sedapat mungkin mengurangi kerusakan terhadap sumber daya seperti rotan atau jenis-jenis komersil lainnya dengan berbagai ukuran. Patok dibuat hanya dari pancang jenis non komersil. Pada titik awal plot yang terletak di tengah jalur dengan arah utara-selatan dibuat gundukan tanah setinggi 0,5 Meter. Kemudian tegakan pada gundukan itu sebuah patok permanen yang diperkirakan tidak rusak sampai 10 tahun dengan pipa besi 4 inci diisi semen sepanjang 2 meter, ditanam antara 0,5 meter – 0,7 meter lalu diberi tanda posisi GPS. Gundukan tanah dapat digunakan sebagai tanda awal jalur. Patok permanen kemudian diberi nomor jalur dan nomor plot, misalnya J03,01 yang berarti Jalur 03, plot no. 1. e. Pembuatan Plot Contoh di Hutan Alam Pada Pembelajaran sebelumnya telah dijelaskan mengenai penentuan pembuatan plot contoh di hutan alam secara detail dan juga telah dijelaskan apa itu pengertian plot contoh (sample unit), masih ingatkan?. Berikut akan di jelaskan cara membuat plot contoh di hutan alam (IHMB-HA) : 1) Plot contoh di hutan alam berbentuk empat persegi panjang (20 m x 125 m) diletakan dalam jalur inventarisasi dengan arah Utara-Selatan dan didalamnya terdapat beberapa plot ukur/plot contoh yang 24 jumlahnya tergantung dari panjang jalur ukur. Dalam satu plot contoh terdapat 4 sub-plot contoh yang luasnya dibedakan berdasarkan pada tingkat pertumbuhan pohon dan tingkat permudaan yang ada. a) Sub-plot pancang. Pada sisi kiri plot contoh (10 m kekiri dari as plot contoh) dibuat sub-plot pancang berbentuk lingkaran dengan jari-jari 2,82 m. Pada pusat sub plot ini dipasang tanda berupa pasak dan pada sub-plot ini dicatat kedalam tally sheet semua permudaan tingkat pancang jenis komersial. b) Sub-plot tiang. Dari titik awal plot (pada awal as plot, dibuat sub-plot tiang berbentuk bujur sangkar berukuran 10 m x 10 m disisi kiri jalur. Pada sub-plot ini dicatat pohon-pohon tingkat tiang pada tally sheet. c) Sub-plot pohon kecil. Sub-plot dibuat pada awal plot berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 20 m x 20 m. Pada sub-plot ini dicatat pohon-pohon kecil kedalam tally sheet. d) Sub-plot pohon besar. Bentuk plot persegi panjang dengan ukuran 20 m x 125 m. Semua pohon besar pada sub plot ini dicatat dalam tally sheet. Keterangan : Tingkat pancang : semua permudaan yang hidup mulai tinggi minimal 1,5 m hingga diameter kurang dari 10 cm. Tingkat tiang : pohon hidup berdiameter mulai 10 cm sampai kurang dari 20 cm. Tingkat pohon kecil : pohon hidup berdiameter mulai 20 cm sampai kurang dari 35 cm. 25 Tingkat pohon besar : semua pohon hidup berdiameter mulai dari 35 cm ke atas. Gambar 2. Desain Plot Ukur dengan 4 subplot (I-IV) 2) Pemindahan Plot Ukur Pemindahan plot ukur hanya dilakukan bila (lihat gambar dibawah): a) plot terpotong oleh sungai besar (lebar lebih atau sama dengan 3 meter), jalan utama atau TPn. 26 b) sub-plot tingkat pohon kecil (20 m x 20 m), sub-plot tingkat tiang (10 m x 10 m) atau subplot tingkat pancang terpotong oleh sungai dengan lebar lebih dari 1 meter dan kurang dari 3 meter atau jalan cabang. Gambar 3. Kaidah-kaidah di dalam perubahan / pemindahan plot 27 Pemindahan dilakukan dengan: a) membagi plot ke dalam dua jalur yang berdekatan/berhimpitan b) merubah posisi plot dengan memajukan atau memundurkan plot dengan tetap berada pada jalur c) bila sub-plot tingkat pancang (sub-plot lingkaran) terpotong oleh sungai kecil <1 meter, pemindahan plot dilakukan hanya terhadap sub-tingkat pancang saja. f. Pembuatan Plot Contoh di Hutan Tanaman IHMB selain dapat dilakukan di hutan alam, juga dapat dilakukan di hutan tanaman. Berikut akan di jabarkan cara pembuatan plot contoh di hutan tanaman : 1) Penempatan plot contoh menggunakan sampling sistematik berjalur dengan awal random (line plot systematic sampling with random start). Plot berbentuk lingkaran atau tree sampling dengan ukuran sesuai dengan kelas umurnya. 2) Semua tanaman di dalam plot contoh diukur diameternya. Tinggi pohon total diduga dengan grafik tinggi untuk jenis pohon yang sama. Pohon berumur ≥ 4 tahun, diukur pula tinggi pohon bebas cabangnya. 3) Pengukuran diameter pohon yang sehat dilakukan dua kali, yaitu pada ketinggian 1,30 m dan 0,5 m dari permukaan tanah untuk menentukan besarnya kusen bentuk (form quotient). Pada hutan tanaman terdapat tanaman untuk kayu pulp dan ada tanaman untuk kayu pertukangan. Bentuk dan ukuran plot contohnya masing-masing akan dijelaskan sebagai berikut : 28 1) Hutan tanaman untuk kayu pulp a) Untuk tanaman berumur < 4 tahun (Kelas Umur I-II) dapat menggunkan plot contoh lingkaran luas 0,02 ha (jari-jari 7,98 m) atau 6-contoh pohon (6-tree sampling) b) Untuk tanaman berumur ≥ 4 tahun (Kelas Umur III-IV) dapat menggunakan plot contoh lingkaran luas 0,04 ha (jari-jari 11,28 m) atau 8-contoh pohon (8-tree sampling) 2) Hutan tanaman untuk kayu pertukangan a) Untuk tanaman Kelas Umur I-II dapat menggunkan plot contoh lingkaran luas 0,02 ha (jari-jari 7,98 m) atau 6-contoh pohon (6-tree sampling) b) Untuk tanaman Kelas Umur III-IV dapat menggunakan plot contoh lingkaran luas 0,04 ha (jari-jari 11,28 m) atau 8-contoh pohon (8-tree sampling) c) Untuk tanaman Kelas Umur ≥ V dapat menggunakan plot contoh lingkaran luas 0,10 ha (jari-jari 17,84 m) atau 10-contoh pohon (10-tree sampling) Pemasangan Label Pohon a) pemasangan label pohon pada hutan alam hanya pada jenis pohon komersial berdiameter 10 cm ke atas atau mulai dari tingkat tiang hanya yang berada dalam plot sample. b) Label pohon dipasang pada ketinggian 15 cm di atas lingkar pengukuran diameter dan menghadap jalur, agar lebih mudah dilihat dari jalur rintisan. Label pohon yang dipasang terbuat dari material yang tidak rusak sampai 2 tahun misalnya plat aluminium atau plastik berukuran 7 cm x 4 cm. c) Label pohon ini akan digunakan sebagai bahan verifikasi. d) untuk hutan tanaman tidak diperlukan pelabelan pohon. 29 e) Setiap plot sampel yang dibuat akan mempunyai 4 daftar isian/tally sheet (DI), yaitu DI 1 yang berisi informasi plot secara umum, DI 2 yang berisi data pohon tingkat pancang dan tiang, DI 3 yang berisi data pohon kecil dan DI 4 yang berisi data pohon besar. Nama jenis pohon yang diperoleh, terlebih dahulu disusun menurut abjad nama daerahnya. Hal ini dilakukan untuk mempermudah mencari nama botani serta informasi lain yang dianggap perlu. Jenis-jenis ini kemudian dikelompokkan menjadi kelompok-kelompok: Komersial satu (meranti), Komersial dua (jenis kayu rimba campuran), kayu indah satu (jenis-jenis ebony), kayu indah dua, kelompok jenis yang dilindungi dan Jenis lainnya (SK Menhut No.163/KPTS-II/2003 Tentang Pengelompokan Jenis Kayu Sebagai Dasar Pengenaan Iuran Kehutanan). g. Pengumpulan Data dan Informasi Pohon di Hutan Alam 1) Hutan Alam Informasi dan data yang akan dikumpulkan untuk DI 1 adalah berikut: a) Nomor Petak Catat nomor petak sesuai dengan nomor pada peta topografi atau peta jaringan jalan yang disediakan. Berikan informasi petak ini akan ditebang (D) atau tidak ditebang (TD). Petak akan ditebang apabila ada pohon komersial berdiameter lebih besar dari 50 cm pada saat inventarisasi. Contoh nomor Petak : Ptk01/D (petak 01, ditebang). b) Nomor Plot Nomor plot terdiri dari 2 bagian, nomor plot di jalur dan nomor jalur. Misal, jalur 3, plot nomor 20 maka ditulis J03,20. 30 c) Nomor Regu Inventarisasi Masukan nomor regu yang telah ditentukan sebelumnya dengan 1 digit. d) Tanggal Inventarisasi Catat tanggal pengukuran plot tersebut dengan pola “HHBBTT” (H untuk hari, B untuk bulan dan T untuk tahun). e) Ketinggian Tentukan ketinggian dari permukaan laut (mdpl) dengan mengacu pada peta topografi yang disediakan. f) Kelerengan Ukur kelerengan dalam persen (%) pada jalur sejauh 20 m mulai dari titik awal plot. g) Fisiografi (keadaan muka bumi) Tentukan keadaan fisiografi daerah di sekitar plot berdasarkan kriteria berikut: Datar: o kelerengan tidak melebihi 10% o beda ketinggian antara titik tertinggi dengan terendah tidak lebih dari 2 meter Bergelombang: o kelerengan berkisar antara 11-25 % o beda ketinggian antara titik tertinggi dengan terendah sekitar 2 – 5 meter Puncak punggungan : o kelerengan melebihi 25% o dua kelerengan yang bertentangan mencapai titik tertinggi Lereng atas: kelerengan melebihi 25 % - terletak pada bagian ketiga teratas lereng Next >