< Previous 245 bentuk gulungan roving pada bobin di mesin flyer seperti terlihat pada gambar 5.192b. Gambar 5.192 Bentuk Gulungan Benang dan Roving pada Bobin Traveller merupakan pengantar benang pada mesin ring spinning yang dipasang pada ring rail, turut bergerak naik turun bersama-sama dengan ring railnya. Sedang pada mesin flyer, lengan flyer merupakan pengantar roving yang tidak dapat bergerak naik turun, tetapi tetap pada tempatnya, sedang yang bergerak naik turun adalah bobin bersama-sama dengan keretanya. Gerakan naik turun dari ring rail. Peralatan yang mengatur gerakan naik turunnya ring disebut builder motion, seperti tampak pada gambar di bawah ini : Gambar 5.193 Peralatan Builder Motion 246 Keterangan : 1. Eksentrik 2. batang penyangga 3. Roda gigi Racet (Rachet Wheel) 4. Pal 5. Pen A. titik putar B. Rantai C. Rol C x Prinsip Bekerjanya Builder Motion Gambar di atas memperlihatkan peralatan builder motion dengan batang penyangga (2) yang selalu menempel pada eksentrik (1) yang berputar secara aktif. Menempelnya batang penyangga (2) tersebut disebabkan oleh rantai (B) yang dihubungkan dengan ring rail. Karena berat penyangga (2) selalu menempel pada eksentrik (1). Batang penyangga sebelah kiri mempunyai titik putar (A). Bila bagian yang tinggi dari eksentrik menempel pada batang (2) maka batang penyangga (2) berada pada kedudukan yang terendah. Begitu juga bagian yang rendah menempel pada batang (2) berada pada kedudukan teratas. Naik turunnya batang (2) akan selalu mengikuti gerakan berputarnya eksentrik (1). x Gerakan Naik Turunnya / Ring Rail Stang rail (11) dipasang pada suatu tabung yang mati pada rangka mesin, sehingga gerakan naik turunnya ring rail dapat stabil. Setiap putaran eksentrik (1), rail akan bergerak naik dan turun satu kali yang disebut satu gerakan penuh atau satu traverse. Karena pada waktu menggulung benang di bobin dikehendaki suatu lapisan pemisah antara gulungan yang satu dengan gulungan berikutnya, maka gerakan ring rail waktu dan turun kecepatannya dibuat tidak sama. Pada waktu naik ring rail bergerak lambat, sehingga terjadi penggulungan yang sejajar, sedang waktu turun ring rail bergerak cepat sehingga terjadi gulungan pemisah yang tidak sejajar. 247 Gambar 5.194 Ring Rail Sebagaimana telah diuraikan dimuka bahwa setiap putaran dari eksentrik satu kali menyebabkan ring rail bergerak naik dan turun satu kali, yang disebut satu traverse dan gerakan ini disebut gerakan printer. Setelah ring rail bergerak naik dan turun satu kali, maka kedudukan ring rail akan naik satu diameter benang dan gerakan ini disebut gerakan sekunder. Kalau panjang rantai B tetap, maka setiap putaran eksentrik (1) akan mengakibatkan gerakan naik turun dari ring rail juga tetap. Tetapi apabila rantai B diturunkan sedikit, maka hal ini menyebabkan ring rail juga naik sedikit. Turunnya rantai (B) sedikit tersebut disebabkan karena berputarnya rol (C) sesuai arah anak panah. Rol C berputar karena diputar oleh roda gigi rachet (3) seperti pada gambar 5.193. Pada gambar 5.194 terlihat rol (c) adalah penggulung dari rantai (B) yang terdapat pada ujung batang (2), sehingga pada waktu eksentrik berputar batang (2) terbawa naik turun pula. Pen (5) dipasangkan mati pada rangka mesin, jadi tidak turun karena gerakan naik turun dari batang (2). Pada waktu batang (2) bergerak naik maka pal (4) kedudukannya tergeser ke kanan karena pen (5) diam di tempat, dan pada waktu batang (2) turun pal (4) akan mendorong maju roda gigi rachet (3). Banyak sedkitnya gigi rachet yang didorong akan mempengaruhi perputaran rahet, yang juga mempunyai putaran rol (C) yang mengggulung rantai (B). Dengan tergulungnya rantai B sedikit dari sedikit setiap gerakan naik turun dari batang 248 (2), maka rantai B akan menjadi semakin pendek. Karena kedudukannya tetap dalam batang (2) maka rol (D) akan terputar ke kiri oleh rantai (B) yang semakin pendek. Dengan demikian rantai (7) juga tertarik ke kiri oleh rol (B) yang terputar oleh rol (D). Jadi kedudukan rantai (7) makin lama makin bergeser ke kiri, dan peralatan (8) semakin condong ke kiri. Hal ini akan menarik batang (9) ke kiri dan (10a) bergerak ke kiri pula yang akibatnya (10b) bertambah naik yang diikuti dengan naiknya stang ring rail (11) beserta ring railnya (12). Untuk membentuk gulungan benang pada bobin di mesin ring spnning terbagi dalam tahap yaitu : 1. Pembentukan gulungan benang pada pangkal bobin 2. Pembentukan gulungan benang setelah gulungan pangkal bobin Gambar 5.195 Cam Screw dan Gulungan Benang pada Pangkal Bobin x Pembentukan Gulungan Benang pada Pangkal Bobin Kalau pada gambar 5.195 cam screw tidak dipasang pada rol D, maka waktu rol C turun sebentar a cm, rol D juga akan berputar oleh rantai (8) sebesar busur yang sama dengan a cm. Kalau sekarang pada rol D dipasang cam screw (6) dan rantai (8) juga dipasang melalui cam screw terus ke rol C, maka pada waktu rol C turun sebesar a cm, maka rol D tidak akan berputar sebesar busur yang lebih kecil dari a cm, tetapi mengulurnya rantai (8) sebesar a cm, hal ini terjadi karena rantai (8) dilalukan cam screw, sehingga dengan demikian walaupun rol C turun sebesar a cm, rol D akan berputar sedikit 249 dan hal ini akan menyebabkan naiknya ring rail juga sedikit. Karena rol C selalu menggulung rantai (8) untuk setiap gerakan batang (2) naik turun, maka kedudukan cam screw makin lama makin ke bawah, sehingga akhirnya rantai (8) tidak melalui cam screw lagi, tetapi langsung rol D terus ke rol C. Pada saat yang demikian ini cam screw tidak menyinggung rantai (8) lagi, sehingga pada waktu rol C turun sebesar a cm, rol D juga diputar oleh rantai (8) sebesar busur a cm dan rol E juga berputar sebesar busur a cm, dan hal ini menyebabkan naiknya ring rail sebesar a cm juga. Pada saat cam screw tidak menyinggung rantai (8) lagi, maka gerakan naik rai ring rail sudah tidak dipengaruhi lagi oleh screw, dan dengan demikian pembentukan gulungan benang pada pangkal bobin telah selesai. x Pembentukan Gulungan Benang setelah Penggulungan Benang pada Pangkal Bobin Setelah pembentukan gulungan benang pada pangkal bobin selesai, kemudian diteruskan dengan penggulungan benang berikutnya. Sebagaimana telah diuraikan di muka pada waktu ring rail turun terjadi penggulungan benang yang sejajar dan pada waktu ring rail turun dengan kecepatan yang lebih besar daripada kecepatan pada waktu naik, sehingga terjadi penggulungan benang yang tidak sejajar. Gulungan benang yang tidak sejajar tersebut merupakan lapisan pemisah antara gulungan benang yang satu terhadap lapisan gulungan benang yang berikutnya. Demikian penggulungan benang berlangsung terus hingga gulungan benang pada bobin penuh seperti terlihat pada gambar 5.195. 250 5.19.3.10 Bentuk Gulungan Benang pada Bobin Gambar 5.196 Bentuk Gulungan Benang pada Bobin Didalam praktik sering terjadi bentuk gulungan yang tidak normal, hal ini mungkin terjadi kesalahan dala melakukan penggulungan benang. Kesalahan tersebut dapat disebabkan oleh pengaruh mesin atau kesalahan operator dalam melayani mesin. Kesalahan yang disebabkan pengaruh mesin mungkin karena penyetelan yang kurang betul, sedangkan kesalahan yang disebabkan oleh operator karena terlambat menyambung. Pada gambar 5.196 terlihat macam bentuk gulungan benang pada bobin. a. Bentuk gulungan yang normal. Isi gulungan tergantung panjang bobin dan diameter ring. Gulungan tidak mudah rusak dan tidak sulit sewaktu dikelos di mesin kelos (winder). b. Bentuk gulungan benang yang tidak normal karena dalam proses benang sering putus dan penyambungannya sering terlambat. c. Bentuk gulungan benang tidak normal, karena bagian bawahnya besar. d. Bentuk gulungan benang tidak normal, karena bagian atasnya besar. e. Bentuk gulungan benang tidak normal, karena terlalu kurus. f. Bentuk gulungan benang tidak normal, karena terlalu gemuk. g. Bentuk gulungan benang tidak normal, karena bagian atas membesar. h. Bentuk gulungan benang tidak normal, karena bagian bawah membesar. 251 i. Bentuk gulungan benang normal, tetapi tidak penuh. j. Bentuk gulungan benang tidak normal, karena bagian bawahnya kosong. k. Bentuk gulungan benang tidak normal, karena bagian tengah ada benang yang tidak tergulung. 5.19.3.11 Proses Doffing a. Tentukan mesin yang akan di doffing, cara menentukan doffing yang baik adalah berpedoman pada hank meter yang ada pada mesin. Bila angka yang ditentukan sudah dicapai maka saatnya mesin harus didoffing. b. Siapkan alat-alat doffing yaitu kereta doffing lengkap dengan bobin kosong dan box benang. c. Pada mesin-mesin yang modern, saat doffing sudah tertentu dan diatur dengan otomatis, yaitu ring rail akan turun bila saatnya doffing tiba. Bahkan pada mesin-mesin yang lebih modern doffingnyapun telah dilakukan secara otomatis pula. Untuk mesin-mesin yang konvensional doffingnya dilakukan sebagai berikut : - matikan mesin dengan menekan tombol OFF, sambil menurunkan ring rail. 5.19.4 Pengendalian Mutu Karena hasil mesin ring spinning ini sudah berupa benang, maka control mutu dilakukan pada semua factor yang turut menentukan mutu benang antara lain : 5.19.4.1 Nomor benang Pengujian nomor benang ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : a. Dengan menimbang benang sepanjang 1 lea atau 120 yards. Alat yang dipakai adalah Grain Balance, dengan bantuan tabel atau perhitungan dapat ditentukan nomornya. b. Dengan menggunakan Kwadrant Scale, dengan alat ini dapat dibaca langsung nomornya, sampel benangnya juga berupa benangnya sepanjang 1 lea atau 120 yards. 5.19.4.2 Kekuatan Benang Untuk menguji kekuatan benangpun biasa dilakukan dengan dua cara yaitu : a. Kekuatan benang per bundel, alat yang dipakai Lea Tester yaitu dengan menarik benang sepanjang 1 lea, yang telah dibentuk bundel yang terdiri dari 80 rangkap. Kekuatan benang ini lazim dipakai dengan satuan Lbs/Lea. 252 b. Kekuatan benang per helai, alat yang dipakai ada bermacam-macam yang pada prinsipnya menarik selembar benang dengan jarak/panjang tertentu. Biasanya 50 cm, alat ini umumnya mempunyai satuan dalam gram. Alat ini selain mencatat kekuatannya juga mencatat mulurnya dalam persen. 5.19.4.3 Twist per Inch (TPI) Ini dimaksudkan untuk menguji jumlah puntiran benang setiap inchnya, alat yang dipakai adalah Twist Tester. Pada prinsipnya alat ini dipakai untuk melepaskan puntiran benang dan atau memberikan puntiran kembali dengan arah berlawanan. Dengan menghitung jumlah putaran tersebut dapat pula ditentukan berapa jumlah puntiran tersebut dapat pula ditentukan berapa jumlah puntiran untuk panjang 1 inch atau twist per inch. Biasanya pengujian ini dilakukan pada panjang benang 5 inch atau 10 inch. 5.19.4.4 Ketidakrataan Benang Ketidakrataan benang diperiksa dengan peralatan Uster Evenness Tester. Dengan alat ini akan diketahui Persentase ketidakrataan dalam U % atau CV %. Alat ini kadang-kadang dilengkapi juga dengan IP.1 yang dapat mengetahui jumlah bagian-bagian yang mengecil, menggembung dan neps. 5.19.4.5 Putus Benang Putus benang selama proses perlu pula diperiksa karena putus benang selain mempengaruhi mutu benang juga berpengaruh besar terhadap effisiensi produksi. Putus benang biasanya diperiksa untuk tiap 100 spindel dalam waktu 1 jam. 5.19.4.6 Grade Benang Hal ini dimaksudkan menguji mutu benang dari segi kenampakannya. Untuk itu benang disusun pada sebuah papan dan dibandingkan dengan standarnya. Faktor-faktor yang dipertimbangkan aalah : a. warna b. kebersihan c. neps d. bulu-bulu benang e. kerataannya 253 5.19.5 Susunan Roda Gigi Mesin Ring Spinning Gambar 5.197 Susunan Roda Gigi Mesin Ring Spinning 254 Keterangan : Puli A = 20 cm Puli A = 32 cm Roda gigi C = 61 gigi Roda gigi D = 160 gigi Roda gigi E = 48 gigi Roda gigi F = 170 gigi Roda gigi G = 84 gigi Roda gigi H = 15 gigi Roda gigi I = 135 gigi Roda gigi K = 30 – 40 gigi Roda gigi L = 40 gigi Roda gigi M = 40 gigi Roda gigi N = 20 gigi Roda gigi O = 22 gigi Roda gigi P = 44 gigi Roda gigi Q = 56 gigi Roda gigi R = 30 gigi Roda gigi S = 20 gigi Roda gigi T = 71 gigi Roda gigi U = 24 gigi Roda gigi V = 63 gigi Roda gigi W = 38 gigi Roda gigi X = 20 gigi Roda gigi Y = 20 gigi Roda gigi Z = roda gigi cacing Selain roda gigi M berhubungan dengan roda gigi P. satu poros dengan P terdapat roa gigi Q yang berhubungan dengan roda gigi R. Pada poros roda gigi R terdapat rol peregang belakang. Secara singkat, hubungan dari sumber gerakan (motor) ke pasangan rol-rol peregang pada gambar susunan roda gigi mesin Ring Spinning dapat diikuti sebagai berikut : Motor (puli A); puli B; roda gigi C; roda gigi D; roda gigi E; roda gigi F; roda gigi G dan rol peregang depan, roda gigi R, roda gigi I; roda gigi K; roda gigi L; roda gigi M; roda gigi N; roda gigi O dan rol peregang tengah. Dari roda gigi M; roda gigi P, roda gigi Q, roda gigi R dan rol peregang belakang. x Pergerakan Spindel / Bobin Pergerakan spindel / bobin merupakan pergerakan yang terpendek dibandingkan dengan pergerakan rol-rol peregangan an pergerakan kereta/ring rail. Gerakan dimulai dari puli motor A ke puli B, yang langsung memutarkan Tin rol. Gerakan spindel/bobin didapat dari putaran Tin-Rol, melalui spindel tape. x Pergerakan Kereta / Ring Rail Gerakan kereta/ring rail dimulai dari puli motor A ke puli B. satu poros dengan puli B terdapat rol an roda gigi C. Roda gigi C berhubungan dengan roda gigi D. Seporos dengan D terdapat roda gigi E yang berhubungan dengan roda gigi F. seporos dengan roda gigi F terdapat roda gigi S yang berhubungan dengan roda gigi U melalui roa gigi perantara T. Seporos dengan U, terdapat roda gigi V yang berhubungan dengan roda gigi W. Satu poros dengan roda gigi W terdapat roda gigi payung X yang berhubungan dengan roda gigi payung Y. Roda payung Y pada bagian lainnya Next >