< Previous 275 serat-serat yang menempati kedudukan yang paling luar akan mendesak kedalam, sehingga mengakibatkan penampang dari untaian serat tersebut akan menciut/mengecil. Hal yang demikian berarti bahwa akibat dari adanya reaksi dari tarikan tersebut, maka timbul gaya menekan kearah titik pusat untaian tersebut, yang cenderung untuk mendorong serat-serat individu makin berdekatan dan berkelompok menjadi satu dan bersamaan dengan ini akan meningkatkan gesekan antar serat atau daya kohesinya (daya lekatnya). Dengan demikian maka sebenarnya timbul dua macam gaya sebagai akibat adanya tarikan tersebut, masing-masing ialah gaya yang cenderung untuk memisahkan serat-serat dan satunya lagi ialah gaya-gaya yang cenderung untuk mengikat serat-serat menjadi satu. Resultante dari gaya-gaya ini tergantung dari besarnya sudut dari spiralnya. Apabila jumlah putaran per satuan panjang sedikit, maka sudut spiralnya kecil. Dalam hal yang sedemikian, serat-serat mudah tergeser satu dengan yang lainnya dan untaian serat-serat tersebut akan putus, apabila tarikan yang dikenakan cukup besar. Sebaliknya apabila putaran yang diberikan pada untaian serat persatuan panjangnya diperbanyak, maka sudut putarannya (spiralnya) akan membesar, demikian pula tekanan kedalam pada serat-serat akan meningkat dan gesekan antara serat makin kuat. Hal ini akan mengurangi atau menghentikan pergeseran-pergeseran antara serat, sehingga kekuatan benangnya dapat ditingkatkan sampai mencapai titik kekuatan maksimumnya (titik kritis). Apabila banyaknya putaran ditambah lagi melebihi titik kritisnya, maka serat-seratnya akan harus mulur lebih banyak karena adanya tegangan tersebut, dan kalau batas mulurnya dilampaui, maka serat akan putus dan mengakibatkan benangnya putus pula. Andaikata serat-seratnya belum putus, tetapi serat-serat tersebut sebenarnya telah mengalami tegangan yang cukup berat, sehingga sisa kekuatan yang masih ada pada serat akan digunakan untuk mengatasi beban dari luar, dan sisa kekuatan ini akan berkurang. Hal ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar 5.213 276 Hubungan antara TPI dan Kekuatan Benang Jadi, banyaknya antihan yang harus diberikan pada benang merupakan masalah yang harus kita pertimbangkan, baik ditinjau dari segi teknis (operasionil) maupun ekonomi. x Arah Antihan Arah antihan pada benang ada dua macam tergantung dari arah putaran spindelnya. Kedua arah antihan tersebut disebut arah Z (kanan) atau S (kiri), seperti terlihat pada gambar 5.203. Gambar 5.214 Arah Antihan 5.20.2.9 Proses Penggulungan Benang pada Bobin Proses penggulungan benang pada ring spinning akan jauh berbeda bila dibandingkan dengan proses penggulungan roving di mesin flyer. Perbedaan tersebut antara lain ialah : - Pada mesin ring spinning pengantar benang naik turun, bobin berputar tetap pada tempatnya, sedangkan pada mesin flyer pengantar benangnya tetap pada tempatnya dan bobinnya disamping berputar juga bergerak naik turun. - Pada mesin ring spinning penggulungan terjadi karena adanya perbedaan kecepatan antara putaran spindel (Nsp) dengan putaran traveller (Ntr) sehingga jumlah gulungan benang g = Nsp – Ntr. Pada mesin flyer penggulungan terjadi karena adanya perbedaan kecepatan antara putaran bobin (Nb) dengan putaran spindel, sehingga jumlah gulungan roving g = Nb – Nsp - Sistem penggulungan benang mesin ring spinning adalah konis, dan penggulungan roving pada bobin di mesin flyer adalah paralel. - Bentuk gulungan benang pada bobin di mesin ring spinning dapat terlihat pada gambar 5.215a. sedang bentuk gulungan roving pada bobin di mesin flyer seperti terlihat pada gambar 5.215b. 277 Gambar 5.215 Bentuk Gulungan Benang dan Roving pada Bobin Traveller merupakan pengantar benang pada mesin ring spinning yang dipasang pada ring rail, turut bergerak naik turun bersama-sama dengan ring railnya. Sedang pada mesin flyer, lengan flyer merupakan pengantar roving yang tidak dapat bergerak naik turun, tetapi tetap pada tempatnya, sedang yang bergerak naik turun adalah bobin bersama-sama dengan keretanya. Gerakan naik turun dari ring rail. Peralatan yang mengatur gerakan naik turunnya ring disebut builder motion, seperti tampak pada gambar di bawah ini : Gambar 5.216 Peralatan Builder Motion 278 Keterangan : 6. Eksentrik 7. batang penyangga 8. Roda gigi Racet (Rachet Wheel) 9. Pal 10. Pen A = titik putar B = Rantai C = Rol C x Prinsip Bekerjanya Builder Motion Gambar di atas memperlihatkan peralatan builder motion dengan batang penyangga (2) yang selalu menempel pada eksentrik (1) yang berputar secara aktip. Menempelnya batang penyangga (2) tersebut disebabkan oleh rantai (B) yang dihubungkan dengan ring rail. Karena berat penyangga (2) selalu menempel pada eksentrik (1). Batang penyangga sebelah kiri mempunyai titik putar (A). Bila bagian yang tinggi dari eksentrik menempel pada batang (2) maka batang penyangga (2) berada pada kedudukan yang terendah. Begitu juga bagian yang rendah menempel pada batang (2) berada pada kedudukan teratas. Naik turunnya batang (2) akan selalu mengikuti gerakan berputarnya eksentrik (1). x Gerakan Naik Turunnya / Ring Rail Stang rail (11) dipasang pada suatu tabung yang mati pada rangka mesin, sehingga gerakan naik turunnya ring rail dapat stabil. Setiap putaran eksentrik (1), rail akan bergerak naik dan turun satu kali yang disebut satu gerakan penuh atau satu traverse. Karena pada waktu menggulung benang di bobin dikehendaki suatu lapisan pemisah antara gulungan yang satu dengan gulungan berikutnya, maka gerakan ring rail waktu dan turun kecepatannya dibuat tidak sama. Pada waktu naik ring rail bergerak lambat, sehingga terjadi penggulungan yang sejajar, sedang waktu turun ring rail bergerak cepat sehingga terjadi gulungan pemisah yang tidak sejajar. 279 Gambar 5.217 Ring Rail Sebagaimana telah diuraikan dimuka bahwa setiap putaran dari eksentrik satu kali menyebabkan ring rail bergerak naik dan turun satu kali, yang disebut satu traverse dan gerakan ini disebut gerakan printer. Setelah ring rail bergerak naik dan turun satu kali, maka kedudukan ring rail akan naik satu diameter benang dan gerakan ini disebut gerakan sekunder. Kalau panjang rantai B tetap, maka setiap putaran eksentrik (1) akan mengakibatkan gerakan naik turun dari ring rail juga tetap. Tetapi apabila rantai B diturunkan sedikit, maka hal ini menyebabkan ring rail juga naik sedikit. Turunnya rantai (B) sedikit tersebut disebabkan karena berputarnya rol (C) sesuai arah anak panah. Rol C berputar karena diputar oleh roda gigi rachet (3) seperti pada gambar 5.216. Pada gambar 5.217 terlihat rol (c) adalah penggulung dari rantai (B) yang terdapat pada ujung batang (2), sehingga pada waktu eksentrik berputar batang (2) terbawa naik turun pula. Pen (5) dipasangkan mati pada rangka mesin, jadi tidak turun karena gerakan naik turun dari batang (2). Pada waktu batang (2) bergerak naik maka pal (4) kedudukannya tergeser ke kanan karena pen (5) diam di tempat, dan pada waktu batang (2) turun pal (4) akan mendorong maju roda gigi rachet (3). Banyak sedkitnya gigi rachet yang didorong akan mempengaruhi perputaran rahet, yang juga mempunyai putaran rol (C) yang mengggulung rantai (B). Dengan tergulungnya rantai B sedikit dari sedikit setiap gerakan naik turun dari batang (2), maka rantai B akan menjadi semakin pendek. Karena kedudukannya tetap dalam batang (2) maka rol (D) akan 280 terputar ke kiri oleh rantai (B) yang semakin pendek. Dengan demikian rantai (7) juga tertarik ke kiri oleh rol (B) yang terputar oleh rol (D). Jadi kedudukan rantai (7) makin lama makin bergeser ke kiri, dan peralatan (8) semakin condong ke kiri. Hal ini akan menarik batang (9) ke kiri dan (10a) bergerak ke kiri pula yang akibatnya (10b) bertambah naik yang diikuti dengan naiknya stang ring rail (11) beserta ring railnya (12). Untuk membentuk gulungan benang pada bobin di mesin ring spnning terbagi dalam tahap yaitu : 1. Pembentukan gulungan benang pada pangkal bobin 2. Pembentukan gulungan benang setelah gulungan pangkal bobin Gambar 5.218 Cam Screw dan Gulungan Benang pada Pangkal Bobin x Pembentukan Gulungan Benang pada Pangkal Bobin Kalau pada gambar 5.218 cam screw tidak dipasang pada rol D, maka waktu rol C turun sebentar a cm, rol D juga akan berputar oleh rantai (8) sebesar busur yang sama dengan a cm. Kalau sekarang pada rol D dipasang cam screw (6) dan rantai (8) juga dipasang melalui cam screw terus ke rol C, maka pada waktu rol C turun sebesar a cm, maka rol D tidak akan berputar sebesar busur yang lebih kecil dari a cm, tetapi mengulurnya rantai (8) sebesar a cm, hal ini terjadi karena rantai (8) dilalukan cam screw, sehingga dengan demikian walaupun rol C turun sebesar a cm, rol D akan berputar sedikit dan hal ini akan menyebabkan naiknya ring rail juga sedikit. Karena rol C selalu menggulung rantai (8) untuk setiap gerakan 281 batang (2) naik turun, maka kedudukan cam screw makin lama makin ke bawah, sehingga akhirnya rantai (8) tidak melalui cam screw lagi, tetapi langsung rol D terus ke rol C. Pada saat yang demikian ini cam screw tidak menyinggung rantai (8) lagi, sehingga pada waktu rol C turun sebesar a cm, rol D juga diputar oleh rantai (8) sebesar busur a cm dan rol E juga berputar sebesar busur a cm, dan hal ini menyebabkan naiknya ring rail sebesar a cm juga. Pada saat cam screw tidak menyinggung rantai (8) lagi, maka gerakan naik rai ring rail sudah tidak dipengaruhi lagi oleh screw, dan dengan demikian pembentukan gulungan benang pada pangkal bobin telah selesai. x Pembentukan Gulungan Benang setelah Penggulungan Benang pada Pangkal Bobin Setelah pembentukan gulungan benang pada pangkal bobin selesai, kemudian diteruskan dengan penggulungan benang berikutnya. Sebagaimana telah diuraikan di muka pada waktu ring rail turun terjadi penggulungan benang yang sejajar dan pada waktu ring rail turun dengan kecepatan yang lebih besar daripada kecepatan pada waktu naik, sehingga terjadi penggulungan benang yang tidak sejajar. Gulungan benang yang tidak sejajar tersebut merupakan lapisan pemisah antara gulungan benang yang satu terhadap lapisan gulungan benang yang berikutnya. Demikian penggulungan benang berlangsung terus hingga gulungan benang pada bobin penuh seperti terlihat pada gambar 5.218. 5.20.2.10 Proses Doffing x Untuk mesin gintir (ring twister turun. - Turunkan kereta (ring rail) apabila angka counter (hank meter) sudah mencapai angka yang telah ditentukan dengan melepas tuil pad gigi Rachet. - Matikan mesin dengan menekan tombol STOP. - Ganti bobin penuh dengan bobin kosong dan masukan bobin penuh ke box benang pad kereta. - Naikkan kedudukan ring rail dengan mengetek kembali kedudukan Rachet untuk menentukan awal gulungan benang pada bobin. - Jalankan mesin dengan menekan tombol START. - Periksa benang dan sambung benang-benang yang putus. x Untuk mesin gintir (ring twister) naik. - Matikan mesin dengan menekan tombol STOP apabila angka counter (hank 282 meter) sudah mencapai angka yang telah ditentukan. - Lepaskan gulungan benang dengan hati-hati dan cermat agar tidak merusak gulungan benang. - Pasang cones kosong pada dudukannya kemudian gulung benang pada coner untuk awal gulungan. - Jalankan mesin dengan menekan tombol START. - Periksa benang dan sambung benang-benang yang putus. 5.20.2.11 Proses Steaming. Steaming adalah proses penguapan terhadap benang gintir yang memiliki twist sangat tinggi. Proses ini bertujuan untuk mematikan twist yang terjadi pada benang sehingga tidak terjadi snarling. Proses steaming dilakukan de gan cara memasukkan benang yang memiliki twist tinggi kedalam tabung, kemudian kedalam tabung dialirkan uap dengan suhu 950C selama kurang lebih 20 menit. 5.20.2.12 Pemeliharaan mesin Ring Twister Pemeliharaan mesin Ring Twister meliputi : 1. Pembersihan rutin mesin dan penggantian traveller setiah hari. 2. Pelumasan gear end dan out end setiap 2 minggu. 3. Pelumasan spindel setiap 6 bulan. 4. Pelumasan bearing tin roll setiap 6 bulan. 5. Pelumasan bearing bottom roll setiap 3 bulan. 6. Centering lappet, antinode ring dan spidelsetiap 1 tahun. 7. Pelumasan bearing gear end setia 4 tahun. 8. Kontrol jockey pulley setiap 2 tahun. 9. Kontrol lifting shaft dan rante gear end setiap 4 tahun. 10. Penggantian rubber cots setiap 4 tahun. 11.Pelumasan dan penggerindaan top roll setiap 1 tahun. 283 5.20.2.13 Bentuk Gulungan Benang pada Bobin Gambar 5.219 Bentuk Gulungan Benang pada Bobin Didalam praktik sering terjadi bentuk gulungan yang tidak normal, hal ini mungkin terjadi kesalahan dala melakukan penggulungan benang. Kesalahan tersebut dapat disebabkan oleh pengaruh mesin atau kesalahan operator dalam melayani mesin. Kesalahan yang disebabkan pengaruh mesin mungkin karena penyetelan yang kurang betul, sedangkan kesalahan yang disebabkan oleh operator karena terlambat menyambung. Pada gambar 5.219 terlihat macam bentuk gulungan benang pada bobin. a. Bentuk gulungan yang normal. Isi gulungan tergantung panjang bobin dan diameter ring. Gulungan tidak mudah rusak dan tidak sulit sewaktu dikelos di mesin kelos (winder). b. Bentuk gulungan benang yang tidak normal karena dalam proses benang sering putus dan penyambungannya sering terlambat. c. Bentuk gulungan benang tidak normal, karena bagian bawahnya besar. d. Bentuk gulungan benang tidak normal, karena bagian atasnya besar. e. Bentuk gulungan benang tidak normal, karena terlalu kurus. f. Bentuk gulungan benang tidak normal, karena terlalu gemuk. g. Bentuk gulungan benang tidak normal, karena bagian atas membesar. 284 h. Bentuk gulungan benang tidak normal, karena bagian bawah membesar. i. Bentuk gulungan benang normal, tetapi tidak penuh. j. Bentuk gulungan benang tidak normal, karena bagian bawahnya kosong. k. Bentuk gulungan benang tidak normal, karena bagian tengah ada benang yang tidak tergulung. 5.20.3 Pengendalian Mutu Hasil mesin gintir (ring twister) adalah benang gintir, maka test yang dilakukan adalah pengujian Twist per Inch (TPI). Pengujian ini dimaksudkan untuk menguji jumlah pintiran benang setiap inchnya. Alat yang dipakai adalah “Twist tester”. Pada prinsipnya alat ini dipakai untuk melepaskan puntiran benang dan atau memberikan puntiran kembali dengan arah berlawanan. Dengan menghitung jumlah putaran tersebut dapat pula ditentukan berapa jumlah puntiran untuk panjang 1 inch atau twist per inch. Biasanya pengujian ini dilakukan pada panjang benang 10 inch. 5.20.4 Perhitungan Antihan (Twist) Antihan diberikan terhadap benang yang baru keluar dari rol penarik agar benang gintir menjadi cukup kuat. Besar kecilnya antihan sangat mempengaruhi kekuatan benang gintir. Makin besar antihan, makin kuat benang gintir yang dihasilkan. Agar benang gintir yang dihasilkan memenuhi syarat-syarat yang diinginkan, maka antihan diberikan secukupnya hingga benang mempunyai kekuatan yang optimum. Jumlah antihan yang diberikan pada benang gintir biasanya dinyatakan per satuan panjang. Satuan panjang dapat diambil dalam inch atau meter. Bila diambil satuan panjang inch, maka antihannya adalah Twist per Inch (TPI). Bila satuannya diambil dalam meter, maka antihannya adalah antihan per meter (APM). Next >