< Previous 8 1) Ilmu Ukur Tanah Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara-cara pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk menentukan posisi relatif atau absolut titik-titik pada permukaan tanah, di atasnya atau di bawahnya, dalam memenuhi kebutuhan seperti pemetaan dan penentuan posisi relatif suatu daerah (http://id.wikipedia.org/wiki/ Ilmu_ukur_tanah). Ilmu ukur tanah didefinisikan ilmu yang mengajarkan tentang teknik-teknik atau cara-cara pengukuran di permukaan bumi dan bawah tanah dalam areal yang terbatas (± 20’-20’ atau 37 km x 37 km) untuk keperluaan pemetaan dan lain-lain. Menurut Wongsocitro dalam bukunya llmu Ukur Tanah merupakan bagian rendah dari ilmu yang lebih luas yang dinamakan Ilmu Geodesi. Ilmu Geodesi mempunyai dua maksud, yaitu : a. maksud ilmiah : menentukan bentuk permukaan bumi b. maksud praktis : membuat bayangan yang dinamakan peta dari sebagian besar atau sebagian kecil permukaan bumi. Pada maksud kedua inilah yang sering disebut dengan istilah pemetaan. Pengukuran dan pemetaan pada dasarnya dapat dibagi 2, yaitu : Geodetic Surveiing dan Plan Surveying. Perbedaan prinsip dari dua jenis pengukuran dan pemetaan di atas adalah Geodetic Surveying suatu pengukuran untuk menggambarkan permukaan bumi pada bidang melengkung / ellipsoida / bola. Geodetic Surveying adalah ilmu, seni, teknologi untuk menyajikan informasi bentuk kelengkungan bumi atau pada kelengkungan bola. Sedangkan Plan Surveying adalah merupakan ilmu, seni, dan teknologi untuk menyajikan bentuk permukaan bumi baik unsur alam maupun unsur buatan manusia pada bidang yang 9 dianggap datar. Plan Surveying di batasi oleh daerah yang sempit yaitu berkisar antara 0.5 derajat x 0.5 derajat atau 55 km x 55 km. Bentuk bumi merupakan pusat kajian dan perhatian dalam ilmu ukur tanah. Proses penggambaran permukaan bumi secara fisiknya adalah berupa bola yang tidak beraturan bentuknya dan mendekati bentuk sebuah jeruk. Hal tersebut terbukti dengan adanya pegunungan, lereng-lereng, dan jurang jurang. Karena bentuknya yang tidak beraturan maka diperlukan suatu bidang matematis. Para pakar kebumian yang ingin menyajikan informasi tentang bentuk bumi, mengalami kesulitan karena bentuknya yang tidak beraturan ini. Oleh sebab itu, mereka berusaha mencari bentuk sistematis yang dapat mendekati bentuk bumi. Ilmu ukur tanah pada dasarnya terdiri dari tiga bagian besar yaitu : 1) Pengukuran kerangka dasar Vertikal (KDV), 2) Pengukuran kerangka dasar Horizontal (KDH), dan 2) Pengukuran Titik-titik Detail dengan pembahasan lebih lanjut akan dibahas dalam Bab lebih lanjut. 2) Ilmu Kartografi Kartografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu karto=carlo yang berarti permukaan dan graft yang berarti gambaran/bentuk, sehingga arti kata kartografi adalah gambaran permukaan, atau arti lain yang mudah difahami yaitu Kartografi adalah sebagai ilmu membuat peta. Arti istilah kartografi telah berubah secara fundamental sejak tahun 1960. Kartografi yang tadinya hanya didefinisikan sebagai pembuatan peta, saat ini didefinisikan sebagai penyampaian informasi geospasial dalam bentuk peta (Menno-Jan Kraak dan Ferjan Ormeling, 2007: 37). Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa kartografi telah dikelompokan dalam ilmu pengetahuan komunikasi dan hadirnya teknologi komputer. Hal tersebut tentunya menghasilkan pandangan bahwa kartografi tidak 10 hanya sebagai pembuatan peta semata, tetapi penggunaan peta juga termasuk bidang kartografi. Sedangkan kartografer adalah orang yang membuat peta dengan syarat-syarat sebagai kartografer adalah 50 % pengetahuan geografi, 30 % bidang seni, 10 % pengetahuan maternatis, 10 % pengetahuan peta. Kartografi (atau pembuatan peta) adalah studi dan praktik membuat peta atau globe. Peta secara tradisional sudah dibuat menggunakan pena dan kertas, tetapi munculnya dan penyebaran komputer sudah merevolusionerkan kartografi. Banyal peta komersial yang bermutu sekarang dibuat dengan perangkat lunak pembuatan peta yang merupakan salah satu di antara tiga macam utama; CAD (desain berbatuan komputer), GIS (Sistem Informasi Geografis), dan perangkat lunak ilustrasi peta yang khusus (http://id.wikipedia.org/ wiki/Kartografi). Kartografi merupakan ilmu yang khusus mempelajari segala sesuatu tentang peta mulai dari sejarah, perkembangan, pembuatan, pengetahuan, penyimpanan, hingga pengawetan serta cara-cara penggunaan peta. Menurut ICA (1973), kartografi adalah seni, ilmu pengetahuan, dan teknologi tentang pembuatan peta-peta, sekaligus mencakup studinya sebagai dokumen-dokumen ilmiah dan hasil karya seni. Peta merupakan karya seni yang bersifat ilmiah dan merupakan ilmu pengetahuan tentang pembuatan peta termasuk semua tipe peta, plan (peta skala besar), charts, bentuk tiga dimensional dan globe yang menyajikan model bumi atau sebuah benda angkasa dalam skala tertentu. Menurut ICA (1973), definisi peta adalah suatu representasi/gambaran unsur-unsur atau kenampakan-kenampakan abstrak, atau yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa, dan umumnya digambarkan pada bidang datar dan diperkecil/diskalakan. 11 Berdasarkan pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tugas dari pembuat peta (kartografer), yaitu merancang peta (map design) yang meliputi desain simbol (symbol design), tata letak peta (map lay-out), isi peta (map content), dan generalisasi (generalization). Peta merupakan suatu media komunikasi grafis yang berarti informasi yang diberikan dalam peta berupa suatu gambar atau simbol. Ada beberapa prinsip pokok yang harus diperhatikan dalam pembuatan suatu peta, prinsip pokok dalam pembuatan peta tersebut antara lain : 1. Menentukan daerah mana yang akan dipetakan. 2. Membuat peta dasar (base map) terlebih dahulu, yaitu peta yang belum diberi simbol atau keterangan-keterangan. 3. Mencari, mengidentifikasi, dan mengklarifikasikan data untuk peta tersebut sesuai dengan kebutuhan. 4. Membuat simbol-simbol yang mewakili data tersebut. 5. Menempatkan simbol tersebut pada peta dasar (base map). 6. Membuat legenda (keterangan). 7. Melengkapi peta dengan tulisan (lattering) secara baik dan benar. Teknik yang berkaitan dengan pembuatan peta akan dibahas pada bab tersendiri berikutnya. Setelah peserta didik memahami tentang definisi pegukuran dan pemetaan selanjutnya adalah peserta didik akan dikenalkan dengan pekerjaan pengukuran dan pemetaan. 3) Pekerjaan Survei dan Pemetaan Pembuatan peta yang dikenal dengan istilah pemetaan dapat dicapai dengan melakukan pengukuran-pengukuran di atas permukaan bumi yang mempunyai bentuk tidak beraturan. Pengukuran-pengukuran dibagi dalam pengukuran yang mendatar untuk mendapat hubungan 12 titik-titik yang diukur di atas permukaan bumi (Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal) dan pengukuran-pengukuran tegak guna mendapat hubungan tegak antara titik-titik yang diukur (Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal) serta pengukuran titik-titik detail. Kerangka dasar pemetaan untuk pekerjaan rekayasa sipil pada kawasan yang tidak luas, sehingga bumi masih bisa dianggap sebagai bidang datar. Kerangka dasar pemetaan umumnya merupakan bagian pekerjaan pengukuran dan pemetaan dari satu kesatuan paket pekerjaan perencanaan dan atau perancangan bangunan teknik sipil. Titik-titik kerangka dasar pemetaan yang akan ditentukan lebih dahulu koordinat dan ketinggiannya itu dibuat tersebar merata dengan kerapatan tertentu, permanen, mudah dikenali dan didokumentasikan secara baik sehingga memudahkan penggunaan selanjutnya. Peta merupakan hal yang sangat penting untuk perencanaan bangunan sipil, misalnya peta perencanaan jalan raya, jalan kereta api, bendungan dan sebagainya. Pemindahan titik-titik yang ada pada peta perencanaan suatu bangunan sipil ke lapangan (permukaan bumi) dalam pelaksanaanya dilakukan dengan menanamkan patok-patok dipermukaan bumi / stacking out, atau dengan perkataan lain bahwa pematokan merupakan kebalikan dari pemetaan. b. Pengukuran Kerangka Dasar Horisontal Pengukuran kerangka dasar horizontal merupakan pengukuran mendatar yang dilakukan untuk mendapatkan hubungan mendatar titik-titik yang diukur di atas permukaan bumi. Sehingga untuk menghubungkan mendatar diperlukan data sudut mendatar yang diukur pada skala lingkaran yang letaknya mendatar. Bagian-bagian dari pengukuran kerangka dasar horizontal adalah : a). metode Poligon, b). metode Triangulasi, c). metode Trilaterasi, d). metode Kuadrilateral, e). metode 13 pengikatan ke muka, dan f). metode pengikatan ke belakang cara Collins dan Cassini 1) Metode Pengukuran Poligon Poligon digunakan apabila titik-titik yang akan dicari koordinatnya terletak memanjang sehingga terbentuk segi banyak (poligon). Pengukuran dan Pemetaan Poligon merupakan salah satu pengukuran dan pemetaan kerangka dasar horizontal yang bertujuan untuk memperoleh koordinat planimetris (X,Y) titik-titik pengukuran. Pengukuran poligon sendiri mengandung arti salah satu metode penentuan titik di antara beberapa metode penentuan titik yang lain. Pengukuran dengan menggunakan metode poligon untuk daerah yang relatif tidak terlalu luas merupakan pilihan yang sering di gunakan, karena metode tersebut dapat dengan mudah menyesuaikan diri dengan keadaan daerah/lapangan. Penentuan koordinat titik dengan cara poligon ini membutuhkan antara lain : a) Koordinat awal. Apabila diinginkan sistem koordinat terhadap suatu sistem tertentu, haruslah dipilih koordinat titik yang sudah diketahui misalnya : titik triangulasi atau titik-titik tertentu yang mempunyai hubungan dengan lokasi yang akan dipatokkan. Apabila dipakai sistem koordinat lokal pilih salah satu titik, kemudian beri harga dengan koordinat tertentu baru kemudian dipakai sebagai acuan untuk titik-titik lainnya. b) Koordinat akhir. Koordinat titik ini dibutuhkan untuk memenuhi syarat geometri hitungan koordinat, dan tentunya harus dipilih titik yang mempunyai sistem koordinat yang sama dengan koordinat awal. c) Azimuth awal. Azimuth awal ini mutlak harus diketahui sehubungan dengan arah orientasi dari sistem koordinat yang 14 dihasilkan dan pengadaan datanya dapat ditempuh dengan dua cara yaitu : Hasil hitungan dari koordinat titik-titik yang telah diketahui dan akan dipakai sebagai titik acuan sistem koordinatnya. Hasil pengamatan astronomis (matahari) pada salah satu titik poligon sehingga didapatkan azimuth ke matahari dari titik yang bersangkutan dan selanjutnya dihasilkan azimuth ke salah satu poligon tersebut dengan ditambahkan ukuran sudut mendatar (azimuth matahari). d) Data ukuran sudut dan jarak sudut mendatar pada setiap stasiun dan jarak antara dua titik kontrol perlu diukur di lapangan. Gambar 1. Pengukuran Poligon Data ukuran tersebut harus bebas dari kesalahan sistematis yang terdapat pada alat ukur sedangkan salah sistematis dari orang atau pengamat dan alam diusahakan sekecil mungkin bahkan kalau bisa di tiadakan. Berdasarkan bentuk poligonnya, pengukuran dengan metode poligon, dibagi dua bagian besar, yaitu : a) Poligon berdasarkan visualnya, yang terdiri dari : 1. Poligon Tertutup, yaitu poligon yang kedua ujung (titik awal dan titik akhir) bertemu di satu titik. 15 Gambar 2. Poligon Tertutup (sumber: Buku Teknik Survei dan Pemetaan Jilid I untuk Sekolah Menengah Kejuruan halaman 13) 2. Poligon Terbuka, yaitu poligon dengan kedua ujungnya tidak berrtemu dalam satu titik yang sama. Gambar 3. Poligon Terbuka (sumber: Buku Teknik Survei dan Pemetaan Jilid I untuk Sekolah Menengah Kejuruan halaman 13) 3. Poligon Bercabang, yaitu poligon yang dimulai dari satu titik yang semua kemudian pada titik tertentu terbagi menjadi 2 atau lebih poligon baru. 16 Gambar 4. Poligon Bercabang (sumber: Buku Teknik Survei dan Pemetaan Jilid I untuk Sekolah Menengah Kejuruan halaman 13) b) Poligon berdasarkan geometriknya, yang terdiri dari : 1. Poligon Terikat Sempurna 2. Poligon Terikat Sebagian 3. Poligon Tidak Terikat Untuk mendapatkan nilai sudut-sudut dalam atau sudut-sudut luar serta jarak-jarak mendatar antara titik-titik poligon diperoleh atau diukur di lapangan menggunakan alat pengukur jarak yang mempunyai tingkat ketelitian tinggi. Poligon digunakan apabila titik-titik yang akan dicari koordinatnya terletak memanjang sehingga membentuk segi banyak (poligon). Metode poligon merupakan bentuk yang paling baik dilakukan pada bangunan karena memperhitungkaan bentuk kelengkungan bumi yang pada prinsipnya cukup ditinjau dari bentuk fisik di lapangan dan geometriknya. Cara pengukuran poligon merupakan cara yang umum dilakukan untuk pengadaan kerangka dasar pemetaan pada 17 daerah yang tidak terlalu luas sekitar (20 km x 20 km). Berbagai bentuk poligon mudah dibentuk untuk menyesuaikan dengan berbagai bentuk medan pemetaan dan keberadaan titik-titik rujukan maupun pemeriksa. Tingkat ketelitian sistem koordinat yang diinginkan dan keadaan medan lapangan pengukuran merupakan faktor-faktor yang menentukan dalam menyusun ketentuan poligon kerangka dasar. Tingkat ketelitian umum dikaitkan dengan jenis dan atau tahapan pekerjaan yang sedang dilakukan. Sistem koordinat dikaitkan dengan keperluan pengukuran pengikatan. Medan lapangan pengukuran menentukan bentuk konstruksi pilar atau patok sebagai penanda titik di lapangan dan juga berkaitan dengan jarak selang penempatan titik. β = Sudut α = Azimut α1 α2 α3 α4 A B C D E β1 Β2 β3 U U U U Next >