< Previous 18 < UAB = α1 (azimut AB) < ABC = β1 < CBA = 3600 – β1 < ABU = 1800 – α1 < UBC = < ABC - < ABU α2 = β1 – (180 – α1) = β1- 1800 + α1 = α1 + β1 – 1800 < BCU = 1800 – α2 < UCD = β2 – < BCU α3 = β2 – (1800 – α2) = β2 – 1800 + α2 α3 = α2 + β2 - 1800 = α1+β1–1800+β2- 1800 = α1 + β1 + β2 – 2.1800 ααA B C β1 U U α1 α2 α3 A B C β1 Β2 U U U D 19 <CDU = 1800 – α3 < UDE = β3 - < CDU α4 = β3 – (1800 – α3) = β3 – 1800 + α3 α4 = α3 + β3 – 1800 = α1+β1+β2–2.1800+β3– 1800 =α1+β1+β2+β3–3.1800 Contoh : Diketahui Azimut AB = α1 = 1400 β1 = 1300 ; β2 = 1400 dan β3 = 700 Tentukan Azimut : 1. BC 2. CD 3. DE α1 α2 α3 α4 A B C D E β1 Β2 β3 U U U U A B C D E β1 β2 β3 20 Jawab : Azimut BC = α2 = α1 + β1 - 1800 = 1400 + 1300 – 1800 = 900 Azimut CD = α3 = α2 + β2 - 1800 = 900 + 1400 – 1800 = 500 Azimut DE = α4 = α3 + β3 - 1800 = 500 + 700 – 1800 = - 600 = - 600 + 3600 = 3000 2) Metode Pengukuran Triangulasi Triangulasi digunakan apabila daerah pengukuran mempunyai ukuran panjang dan lebar yang sama, maka dibuat jaring segitiga. Pada cara ini sudut yang diukur adalah sudut dalam tiap-tiap segitiga. Pengadaan kerangka dasar horizontal di Indonesia dimulai di pulau Jawa oleh Belanda pada tahun 1862. Titik-titik kerangka dasar horizontal buatan Belanda ini dikenal sebagai titik triangulasi, karena pengukurannya menggunakan cara triangulasi. Pengadaan titik triangulasi oleh Belanda ini sampai tahun 1936, telah mencakup pulau Jawa dengan datum Gunung Genuk, pantai Barat Sumatera dengan datum Padang, Sumatera Selatan dengan datum Gunung Dempo, pantai Timur Sumatera dengan datum Serati, kepulauan Sunda Kecil, Bali dan Lombok dengan datum Gunung Genuk, pulau Bangka dengan datum Gunung Limpuh, Sulawesi dengan datum Moncong Lowe, kepulauan Riau dan Lingga dengan datum Gunung Limpuh dan Kalimantan Tenggara dengan datum Gunung Segara. Posisi horizontal (X, Y) titik triangulasi dibuat dalam sistem proyeksi Mercator, sedangkan posisi horizontal peta topografi yang dibuat dengan ikatan dan pemeriksaan ke titik triangulasi dibuat 21 dalam sistem proyeksi Polyeder. Titik triangulasi buatan Belanda tersebut dibuat berjenjang turun berulang, dari cakupan luas paling teliti dengan jarak antar titik 20-40 km hingga paling kasar pada cakupan 1-3 km Tabel 1. Ketelitian posisi horisontal (x,y) titik triangulasi Titik Jarak Ketelitian Metode P 20 - 40 km r 0.07 Triangulasi S 10 – 20 km r 0.53 Triangulasi T 3 – 10 km r 3.30 Mengikat K 1 – 3 km - Poligon Selain posisi horizontal (X Y) dalam sistem dalam sistem Geografis (j,I) dan proyeksi Mercator, titik-titik triangulasi ini ketinggiannya terhadap muka air laut rata juga dilengkapi dengan informasi posisinya rata yang ditentukan dengan cara trigonometris. Triangulasi dapat diklasifikasikan menjadi: primer, sekunder, dan tersier. Bentuk geometri triangulasi terdapat tiga buah bentuk geometrik dasar triangulasi, yaitu : Rangkaian segitiga yang sederhana cocok untuk pekerjaan--pekerjaan dengan orde rendah untuk ini dapat sedapat mungkin diusahakan sisi-sisi segitiga sama panjang. Kuadrilateral merupakan bentuk yang terbaik untuk ketelitian tinggi, karena lebih banyak syarat yang dapat dibuat dan kuadrilateral tidak boleh panjang dan sempit. Titik pusat terletak antara 2 titik yang terjauh dan sering di perlukan. 22 3) Metode pengukuran trilaterasi Trilaterasi digunakan apabila daerah yang diukur ukuran salah satunya lebih besar daripada ukuran lainnya, maka dibuat rangkaian segitiga. Pada cara ini sudut yang diukur adalah semua sisi segitiga. Metode Trilaterasi yaitu serangkaian segitiga yang seluruh jarak-jaraknya diukur di lapangan. Gambar 5. Jaring Segitiga Pada jaring segitiga akan selalu diperoleh suatu titik sentral atau titik pusat. Pada titik pusat tersebut terdapat beberapa buah sudut yang jumlahnya sama dengan 360 derajat. 4) Metode pengukuran pengikatan ke muka Pengikatan ke muka adalah suatu metode pengukuran data dari dua buah titik di lapangan tempat berdiri alat untuk memperoleh suatu titik lain di lapangan tempat berdiri target (rambu ukur, benang, unting-unting) yang akan diketahui koordinatnya dari titik tersebut. Garis antara kedua titik yang diketahui koordinatnya dinamakan garis absis. Sudut dalam yang dibentuk absis terhadap target di titik B dinamakan sudut beta. Sudut beta dan alfa diperoleh dari lapangan. 23 Pengukuran pada metode ini, yang dilakukan hanya pengukuran sudut. Bentuk yang digunakan metoda ini adalah bentuk segitiga. Akibat dari sudut yang diukur adalah sudut yang dihadapkan titik yang dicari, maka salah satu sisi segitiga tersebut harus diketahui untuk menentukan bentuk dan besar segitinya. Gambar 6. Ilustrasi Pengikatan ke muka 5) Metode pengukuran Collins dan Cassini Metode pengukuran Collins dan Cassini merupakan salah satu metode dalam pengukuran kerangka dasar horizontal untuk menentukan koordinat titik-titik yang diukur dengan cara mengikat ke belakang pada titik tertentu dan yang diukur adalah sudut-sudut yang berada di titik yang akan ditentukan koordinatnya. Pada era mengikat ke belakang ada dua metode hitungan yaitu dengan cara Collins dan Cassini. Adapun perbedaan pada kedua metode di atas terletak pada cara perhitungannya yaitu cara Collins menggunakan era perhitungan logaritma. Adapun pada metode Cassini menggunakan mesin hitung. Perhitungan umumnya dilakukan dengan bantuan daftar logaritma sebelum alat hitung berkembang dengan baik seperti masa kini. Adapun 24 metode Cassini menggunakan alat hitung karena teori ini muncul pada saat adanya alat hitung yang sudah mulai berkembang. Pengikatan ke belakang metode Collins merupakan model perhitungan yang berfungsi untuk mengetahui suatu letak titik koordinat, yang diukur melalui titik-titik koordinat lain yang sudah diketahui. Alat theodolite pada pengukuran pengikatan ke belakang metode Collins ditegakkan di atas titik yang ingin atau belum diketahui koordinatnya. Misalkan titik itu diberi nama titik P, maka titik P ini akan diukur melalui titik-titik lain yang koordinatnya sudah diketahui terlebih dahulu. Misalkan titik lainnya itu titik A, B, dan titik C. Pertama titik P diikatkan pada dua buah titik lain yang telah diketahui koordinatnya, yaitu diikat pada titik A dan titik B. Ketiga titik tersebut dihubungkan oleh suatu lingkaran dengan jari-jari tertentu, sehingga titik C berada di luar lingkaran. Kemudian tariklah titik P terhadap titik C. Hasil penarikan garis P terhadap G akan memotong tali busur lingkaran dan potongannya akan berupa titik hasil dari pertemuan persilangan garis dan tali busur. Titik itu diberi nama titik H, dimana titik H ini merupakan titik penolong Collins, sehingga dari informasi koordinat titik A, B, dan G serta sudut-sudut yang dibentuknya, maka koordinat titik P akan dapat diketahui. Gambar 7. Metode Collins 25 1. titik A, B ,dan C merupakan titik koordinat yang sudah diketahui. 2. titik P adalah titik yang akan dicari koordinatnya. 3. titik H adalah titik penolong Collins yang dibentuk oleh garis P terhadap C dengan lingkaran yang dibentuk oleh titik-titik A, B, dan P. Sedangkan Metode Cassini adalah cara pengikatan ke belakang yang menggunakan mesin hitung atau kalkulator. Theodolit pada cara ini diletakkan di atas titik yang belum diketahui koordinatnya. Cara perhitungan Cassini memerlukan 2 tempat kedudukan untuk menentukan suatu titik yaitu titik P. Titik P lalu diikat pada titik-titik A, B dan C. Cassini kemudian membuat garis yang melalui titik A dan tegak lurus terhadap garis AB serta memotong tempat kedudukan yang melalui A dan B dan titik tersebut diberi nama titik R. Metode Cassini juga membuat garis lurus yang melalui titik C dan tegak lurus terhadap garis BC serta memotong tempat kedudukan yang melalui B dan C yang diberi nama titik S. Sekarang hubungkan R dengan P dan S dengan P. Karena 4 BAR = 900, maka garis BR merupakan garis tengah lingkaran, sehingga 4 BPR = 900. Karena ABCS= 900 maka garis BS merupakan garis tengah lingkaran, sehinggga DBPR = 900. Oleh karena itu titik R, P dan S terletak di satu garus lurus. Titik R dan S merupakan titik penolong Cassini. Untuk mencari koordinat titik P, lebih dahulu dicari koordinat-koordinat titik-titik bantu R dan S, supaya dapat dihitung sudut jurusan garis RS. Karena PB tegak lurus RS, maka didapatlah sudut jurusan PB. Kemudian sudut jurusan BP untuk dapat menghitung koordinat-koordinat titik P sendiri dari koordinat-koordinat titik B. 26 Gambar 8. Metode Cassini Rumus-rumus yang digunakan ialah : x1 – x2 = d12 Sin a12 y2 – y1 = d12 cos a12 tg a12 = (x2 – x1) : (y2 – y1) ctg a12 = (y2 – y1) : (x2 – x1) Metode Cassini dapat digunakan untuk metode penentuan posisi titik menggunakan dua buah sekan (sexant). Tujuannya untuk menetapkan suatu penentuan posisi titik perum menggunakan dua buah sekan, termasuk membahas tentang ketentuan-ketentuan dan tahapan pelaksanaan pengukuran penentuan posisi titik perum. Metode penentuan ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam pengukuran penentuan posisi titik-titik pengukuran di perairan pantai, sungai, danau dan muara. Sextant adalah alat pengukur sudut dari dua titik bidik terhadap posisi alat tersebut dan posisi titik ukur perum adalah titik-titik yang mempunyai koordinat berdasarkan hasil pengukuran. 27 c. Pengukuran Titik-titik Detail Selain pengukuran Kerangka Dasar Vertikal yang menghasilkan tinggi titik-titik ikat dan pengukuran Kerangka Dasar Horizontal yang menghasilkan koordinat titik-titik ikat untuk keperluan pengukuran dan pemetaan, juga perlu dilakukan pengukuran titik-titik detail untuk menghasilkan yang tersebar di permukaan bumi yang menggambarkan situasi daerah pengukuran. Pengukuran titik-titik detail prinsipnya adalah menentukan koordinat dan tinggi titik-titik detail dari titik-titik ikat. Metode yang digunakan dalam pengukuran titik-titik detail adalah metode Offset dan metode Tachymetri. Namun metode yang sering digunakan adalah metode Tachymetri karena metode tachymetri ini relatif cepat dan mudah serta yang diperoleh dari lapangan adalah pembacaan rambu, sudut horizontal (azimuth magnetis), sudut vertikal (zenith atau inklinasi) dan tinggi alat. Hasil yang diperoleh dari pengukuran tachymetri adalah posisi planimetris X, Y dan ketinggian Z. 1) Metode Pengukuran Offset Metode offset adalah pengukuran titik-titik menggunakan alat-alat sederhana yaitu pita ukur dan yalon. Pengukuran untuk pembuatan peta cara offset menggunakan alat utama pita ukur, sehingga cara ini juga biasa disebut cara rantai (chain Surveying). Peta yang diperoleh dengan cara offset tidak akan menyajikan informasi ketinggian rupa bumi yang dipetakan. Cara pengukuran titik detil dengan cara offset ada tiga cara yaitu 1). cara siku-siku (cara garis tegak lurus), 2). cara mengikat (cara interpolasi), dan 3). cara gabungan keduanya. Next >