< Previous 28 2) Metode Pengukuran Tachymetri Metode tachymetri adalah pengukuran menggunakan alat-alat optis, elektronis, dan digital. Pengukuran detail cara tachymetri dimulai dengan penyiapan alat ukur di atas titik ikat dan penempatan rambu di titik bidik. Setelah alat siap untuk pengukuran, dimulai dengan perekaman data di tempat alat berdiri, pembidikan ke rambu ukur, pengamatan azimuth dan pencatatan data di rambu BT, BA, BB serta sudut miring. Metode tachymetri didasarkan pada prinsip bahwa pada segitiga-segitiga sebangun, sisi yang sepihak adalah sebanding. Kebanyakan pengukuran tachymetri adalah dengan garis bidik miring karena adanya keragaman topografi, tetapi perpotongan benang stadia dibaca pada rambu tegak lurus dan jarak miring "direduksi" menjadi jarak horizontal dan jarak vertikal. Sebuah transit pada gambar dipasang pada suatu titik dan rambu dipegang pada titik tertentu. Benang silang tengah dibidikkan pada rambu ukur sehingga tinggi t sama dengan tinggi theodolite ke tanah. Sudut vertikalnya (sudut kemiringan) terbaca sebesar a. Perhatikan bahwa dalam pekerjaan tachymetri tinggi instrumen adalah tinggi garis bidik diukur dari titik yang diduduki (bukan TI, tinggi di atas datum seperti dalam sipat datar). Metode tachymetri itu paling bermanfaat dalam penentuan lokasi sejumlah besar detail topografik, baik horizontal maupun vetikal, dengan transit atau planset. Pembacaan sudut dan jarak di wilayah-wilayah perkotaan dapat dikerjakan lebih cepat dari pada pencatatan pengukuran dan pembuatan sketsa oleh pencatat. Tachymetri "diagram" lainnya pada dasarnya bekerja atas prinsip yang sama sudut vertikal secara otomatis dipapas oleh pisahan garis stadia yang beragam. Sebuah tachymetri swa-reduksi memakai sebuah garis 29 horizontal tetap pada sebuah diafragma dan garis horizontal lainnya pada diafragma keduanya dapat bergerak, yang bekerja atas dasar perubahan sudut vertikal. Gambar 9. Ilustrasi Pengukuran Metode Tachymetry d. Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal Kerangka dasar vertikal merupakan teknik dan cara pengukuran kumpulan titik-titik yang telah diketahui atau ditentukan posisi vertikalnya berupa ketinggiannya terhadap bidang rujukan ketinggian tertentu. Bidang ketinggian rujukan ini biasanya berupa ketinggian muka air laut rata-rata (mean sea level-MSL) atau ditentukan lokal. Metode sipat datar prinsipnya adalah mengukur tinggi bidik alat sipat 30 datar optis di lapangan menggunakan rambu ukur. Pengukuran Trigonometris prinsipnya adalah mengukur jarak langsung (jarak miring), tinggi alat, tinggi, benang tengah rambu, dan sudut vertikal (zenith atau inklinasi). Pengukuran Barometris pada prinsipnya adalah mengukur beda tekanan atmosfer. Metode sipat datar merupakan metode yang paling teliti dibandingkan dengan metode trigonometris dan barometris. Hal ini dapat dijelaskan dengan menggunakan teori perambatan kesalahan yang dapat diturunkan melalui persamaan matematis diferensial parsial. 1) Metode Pengukuran Sifat Datar Optis Gambar 10. Ilustrasi Pengukuran Menyipat Datar Optis Metode sipat datar prinsipnya adalah mengukur tinggi bidik alat sipat datar optis di lapangan menggunakan rambu ukur. Pengukuran beda tinggi dengan menggunakan metode sipat datar optis sampai saat inimasih merupakan cara pengukuran beda tinggi yang paling teliti sehingga ketelitian kerangka dasar vertikal (KDV) dinyatakan sebagai 31 batas harga terbesar perbedaan tinggi hasil pengukuran sipat datar pergi dan pulang. Maksud pengukuran tinggi adalah menentukan beda tinggi antara dua titik. Beda tinggi h diketahui antara dua titik a dan b, sedang tinggi titik A diketahui sama dengan Ha dan titik B lebih tinggi dari titik A, maka tinggi titik B, Hb = Ha + h yang diartikan dengan beda tinggi antara titik A dan titik B adalah jarak antara dua bidang nivo yang melalui titik A dan B. Bidang nivo umumnya adalah bidang yang lengkung, tetapi apabila jarak antara titik-titik A dan B dapat dianggap sebagai bidang yang mendatar. Untuk melakukan dan mendapatkan pembacaan pada mistar yang dinamakan pula Baak, diperlukan suatu garis lurus. Untuk garis lurus ini tidaklah mungkin seutas benang, meskipun dari kawat, karena benang ini akan melengkung, jadi tidak lurus. Apabila diingat tentang hal-hal yang telah dibicarakan tentang teropong, maka setelah teropong dilengkapi dengan diafragma, pada teropong ini didapat suatu garis lurus ialah garis bidik. Garis bidik ini harus dibuat mendatar supaya dapat digunakan untuk menentukan beda tinggi antara dua titik. Ingatlah pula nivo pada tabung, karena pada nivo tabung dijumpai suatu garis lurus yang dapat mendatar dengan ketelitian besar. Garis lurus ini ialah tidak lain adalah garis nivo, maka garis arah nivo yang mendatar dapat pula digunakan untuk mendatarkan garis bidik di dalam suatu teropong. Caranya, tempatkan sebuah nivo tabung di atas teropong. Untuk mendapatkan bidikan yang mendatar, gelembung nivo harus berada ditengah-tengah. Garis bidik di dalam teropong dibuat sejajar dengan garis arah nivo. Hal inilah yang menjadi syarat utama untuk semua alat ukur penyipat datar. Pengukuran Sipat Datar Optis bisa menggunakan alat sederhana dengan spesifikasi alat penyipat datar yang sederhana terdiri atas dua tabung dengan gelas yang berdiri dan dihubungkan dengan pipa logam. Semua 32 ini dipasang di atas statif. Tabung dari gelas dan pipa penghubung dari logam diisi dengan zat cair yang berwarna. Akan tetapi ketelitian membidik kecil, sehingga alat ini tidak digunakan orang lagi. Perbaikan dari alat ini adalah mengganti pipa logam dengan slang dari karet dan dua tabung gelas diberi skala dalam mm. Cara menghitung tinggi garis bidik atau benang tengah dari suatu rambu dengan menggunakan alat ukur sifat datar (waterpass). Rambu ukur berjumlah 2 buah masing-masing didirikan di atas dua patok yang merupakan titik ikat jalur pengukuran alat sifat optis kemudian diletakan di tengah-tengah antara rambu belakang dan muka. Alat sifat datar diatur sedemikian rupa sehingga teropong sejajar dengan nivo yaitu dengan mengetengahkan gelembung nivo. Setelah gelembung nivo diketengahkan barulah dibaca rambu belakang dan rambu muka yang terdiri dari bacaan benang tengah, atas dan bawah. Perbedaan tinggi tersebut pada dasarnya adalah pengurangan benang tengah belakang dengan benang tengah muka. Syarat-syarat untuk alat penyipat datar optis sebagai berikut : Garis arah nivo harus tegak lurus pada sumbu kesatu alat ukur penyipat datar. Benang mendatar diagfragma harus tegak lurus pada sumbu kesatu. Pada pengukuran titik tinggi dengan cara menyipat datar, yang dicari selalu titik potong garis bidik yang mendatar dengan mistar-mistar yang dipasang di atas titik-titik. Sedangkan diketahui bahwa garis bidik adalah garis lurus yang menghubungkan dua titik potong benang atau garis diagframa dengan titik tengah lensa objektif teropong. Garis bidik teropong harus sejajar dengan garis arah nivo. Garis bidik adalah garis lurus yang menghubungkan titik tengah lensa objektif dengan titik potong dua garis diafragma, dimana garis bidik pada teropong harus sejajar dengan garis arah nivo sehingga hasil 33 dari pengukuran adalah hasil yang teliti dan tingkat kesalahannya sangat kecil Alat-alat yang biasa digunakan dalam pengukuran kerangka dasar vertikal metode sipat datar optis adalah alat sipat datar, pita ukur, rambu ukur. 2) Metode pengukuran trigonometris Gambar 11. Ilustrasi Pengukuran Metode Trigonometris d AB = dm . cos i <' HAB =dm. sin i + TA– TB Pengukuran kerangka dasar vertikal metode trigonometris pada prinsipnya adalah perolehan beda tinggi melalui jarak langsung teropong terhadap beda tinggi dengan memperhitungkan tinggi alat, sudut vertikal (zenith atau inklinasi) serta tinggi garis bidik yang diwakili oleh benang tengah rambu ukur. Alat theodolite, target dan rambu ukur semua berada di atas titik ikat. Prinsip awal penggunaan alat theodolite sama dengan alat sipat datar yaitu kita harus mengetengahkan gelembung nivo terlebih dahulu baru kemudian 34 membaca unsur-unsur pengukuran yang lain. Jarak langsung dapat diperoleh melalui bacaan optis benang atas dan benang bawah atau menggunakan alat pengukuran jarak elektronis yang sering dikenal dengan nama EDM (Elektronic Distance Measurement). Penentuan beda tinggi dengan cara trigonometris diperlukan alat pengukur sudut (theodolit) untuk dapat mengukur sudut-sudut tegak. Sudut tegak dibagi dalam dua macam, yaitu sudut miring m clan sudut zenith z, sudut miring m diukur mulai dari keadaan mendatar. Sedangkan sudut zenith z diukur mulai dari keadaan tegak lurus yang selalu ke arah zenith alam. e. Trigonometri Pada Pengukuran Terestris Sistem satuan sudut yang digunakan pada peralatan ukur terestris umumnya adalah sistem heksadesimal (derajat). Sedangkan untuk pengolahan data di komputer, semua aplikasi pengolah data menggunakan satuan radians seperti pada Lotus atau Microsoft Excel. Ada perbedaan dalam menentukan besarnya sudut antara trigonometri dan pengukuran terestris. Pengukuran sudut seperti yang telah dipelajari pada Matematika sebagai berikut : 0 90 180 270 360 35 Sedangkan pada ilmu pengukuran berlaku sebagai berikut : Sin α = dx , sehingga x = d Sin α Cos α =dy , sehingga y = d Cos α Tan α = yx, sehingga α = Arc Tan yx Adanya perbedaan tersebut, perlu diperhatikan dalam menggunakan kalkulator yang tersedia fasilitas perhitungan x dan y. Hasil x pada perhitungan kalkulator merupakan y (ordinat) pada pengukuran dan sebaliknya. 90 0 270 180 x y α d 36 3. Refleksi LEMBAR REFLEKSI Setelah melakukan pembelajaran Nama : NIS : Kelas : 1. Apakah kegiatan membuka pelajaran yang guru lakukan dapat mengarahkan dan mempersiapkan Anda mengikuti pelajaran dengan baik?………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………… 2. Bagaimana tanggapan Anda terhadap materi/bahan ajar yang disajikan oleh guru sudah sesuai dengan yang diharapkan ? (Apakah materi terlalu tinggi, terlalu rendah, atau sudah sesuai dengan kemampuan awal anda?)………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………… 3. Bagaimana tanggapan Anda terhadap kegiatan belajar yang telah dirancang oleh guru? ………………………………………… ………………………… ………… …………… ……………… ……………………………………………………………… 4. Bagaimana tanggapan Anda terhadap pengelolaan kelas (perlakuan guru terhadap Anda, cara guru mengatasi masalah, memotivasi Anda) yang guru lakukan ?…………………… …………………… ……………………………… ……………………… …………… …………………………… ……………… …………… ………… 37 5. Apakah Anda dapat menangkap penjelasan/instruksi yang guru berikan dengan baik?…………………………………………………………………… ………… …………… …………………………………………………… ……………………………………… 6. Bagaimana tanggapan Anda terhadap pengelolaan kelas oleh guru?……… …………………………………………………………………………………………… ……………… ……… …………………… ………… ……………………… …………………………………….. 7. Apakah Anda dapat mempraktekan ilmu yang didapat di lapangan ? …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………… 8. Apakah kegiatan menutup pelajaran yang digunakan oleh guru sudah dapat meningkatkan pemahaman Anda terhadap materi pembelajaran yang disampaikan?……………………………… ………………… ……………………… …………………………………………………………………………………………………………… 9. Apakah metode praktikum yang digunakan oleh guru mudah dipahami oleh Anda?………………………………………………………… ………………… ………… …………………………………………………………………………………………………………… 10. Apakah latihan-latihan yang diberikan dapat meningkatkan kemampuan Anda? …………………………………………………………………………………… ………… …………………………………………………………………………………………………………… 4. Tugas a. Tugas Individu 1. Carilah pengertian pengukuran dan pemetaan dari buku atau dari internet ! 2. Carilah peraturan perundang-undangan tidak hanya dari Kehutanan yang mengatur tentang pengukuran dan pemetaan lahan! Next >