< Previous 117 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengantar Ilmu Tekstil 1 (a) Penomoran cara kapas (Ne1) Penomoran ini merupakan penomoran benang menurut cara Inggris. Cara ini biasanya digunakan untuk penomoran benang kapas, macam-macam benang stapel rayon, dan benang stapel sutra. Satuan panjang yang diguanakan ialah hank, sedang satuan beratnya ialah pound. Ne1 menunjukkan berapa hank panjang benang untuk setiap berat 1 pound. Penomeran cara kapas dinyatakan sebagai berikut: Contoh Soal Soal 1 : Apa artinya Ne1 1? Jawab : Untuk setiap berat benang 1 lb, panjangnya 1 hank, atau 1x840 yard. Soal 2 : Apa artinya Ne1 20 ? Jawab : Untuk setiap berat benang 1 lb, panjangnya 20 hank atau 20x840 yards. Soal 3 : Benang kapas panjang 8400 yards, berat 0,5 lb. Berapa Ne1 nya ? Jawab : Panjang 1 lb benang = 2 x 8400 yards =16.800 yards = 16.800 /840 hank = 20 hank. Maka nomor benang tersebut ialah Ne1 20. (b) Penomoran cara worsted (Ne3) Penomoran dengan cara ini dipakai untuk benang-benang wol sisir, mohair, alpaca, unta, dan cashmere. Satuan panjang yang digunakan ialah 360 yard, sedang satuan beratnya ialah pound. Ne3 menunjukkan berapa kali 560 yard panjang benang setiap berat 1 pound. Panjang (P) dalam hank Ne1 = Berat (B) dalam pound 118 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengantar Ilmu Tekstil 1 Penomeran cara Worsted dinyatakan sebagai berikut: Contoh Soal Soal 1 : Apa artinya Ne3 1? Jawab : Untuk setiap berat 1 lb, panjangnya 1 kali 560 yard. Soal 2 : Apa artinya Ne 3 26 ? Jawab : Untuk setiap berat 1lb, panjangnya 26 kali 560 yard. Soal 3 : Benang wol sisir panjang 1680 yard, beratnya ¼ pound. Berapa Ne3nya ? Jawab : Panjang 1 lb benang= 4 x 1680 yard = 6.720 yard = 12 x560 yard. Jadi nomor benang tersebut Ne 3 12 (c) Penomoran cara wol (Ne2 atau Nc) Penomoran dengan cara ini digunakan untuk penomoran jute dan rami. Nc untuk : wol. Satuan panjang yang digunakan ialah 300 yards, sedangkan satuan beratnya ialah pound. Ne 2 atau Nc menunjukkan berapa kali 300 yards panjang benang untuk setiap berat 1 pound. Penomeran cara Wol dinyatakan sebagai berikut: Contoh Soal Soal 1 : Apa artinya Ne2 1? Jawab : Untuk setiap berat 1lb, panjangnya 1 kali 300 yard. Soal 2 : Apa artinya Nc 25 ? Panjang (P) dalam (560 yards) Ne3 = Berat (B) dalam pound Panjang (P) dalam (300 yards) Ne2 = Berat (B) dalam pound 119 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengantar Ilmu Tekstil 1 Jawab : Untuk setiap berat 1lb, panjangnya 25 kali 300 yard. Soal 3 : Benang rami panjang 3600 yard, berat 1/5 pound. Berapa Ne2 nya ? Jawab : Panjang 1 lb = 5x3600 yard = 18.000 yard = 60 x 300 yard. Jadi nomor benang tersebut Ne 60. (d) Penomoran cara metrik (Nm) Penomoran dengan cara ini digunakan untuk penomoran segala jenis benang. Satuan panjang yang digunakan ialah meter, sedang satuan beratnya ialah gram. Nm menunjukkan berapa meter panjang benang untuk setiap berat 1 gram. Penomeran cara metrik dinyatakan sebagai berikut: Contoh Soal Soal 1 : Apa artinya Nm 1 ? Jawab : Untuk setiap berat 1 gram panjangnya 1m. Soal 2 : Apa artinya Nm 30 ? Jawab : Untuk setiap berat 1 gram panjangnya 30 meter. Soal 3 : Benang kapas panjang 60 meter,beratnya 2 gram. Jawab : Panjang 1 gram benang = ½ x 60 =30 meter. Jadi nomor benang tersebut Nm 30. (e) Penomoran benang cara perancis (Nf) Penomoran dengan cara ini digunakan untuk penomoran benang kapas. Satuan panjang yang digunakan ialah meter, sedang satuan beratnya ialah gram. Nf menunjukkan berapa meter panjang benang untuk setiap berat ½ gram. Penomeran cara Perancis dinyatakan sebagai berikut: Panjang (P) dalam meter Nm = Berat (B) dalam gram 120 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengantar Ilmu Tekstil 1 Contoh Soal Soal 1 : Apa artinya Nf 1 ? Jawab : Untuk setiap berat benang ½ gram, panjangnya 1 meter. Soal 2 : Apa artinya Nf 20 ? Jawab : Untuk setiap berat ½ gram panjangnya 20 (2) Penomoran benang secara langsung. Cara penomoran ini kebalikan dari cara penomoran benang secara tidak langsung. Berdasarkan penomoran ini semakin kecil (halus) benangnya semakin rendah nomornya, sedangkan semakin kasar benangnya makin tinggi nomornya. Penomeran cara Langsung dinyatakan sebagai berikut : (a) Penomoran cara denier (D atau Td) Penomoran dengan cara ini digunakan untuk penomoran benang-benang sutra, benang filamen rayon dan benang filamen buatan lainnya. Satuan berat yang digunakan ialah gram, sedang satuan panjangnya ialah 9000 meter. Data Td menunjukkan berapa gram berat benang untuk setiap panjang 9000 meter. (Panjang) Nomor = (Berat) Panjang (P) dalam meter Nf = Berat (B) dalam ½ gram 121 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengantar Ilmu Tekstil 1 Penomeran cara Denier dinyatakan sebagai berikut: Contoh Soal Soal 1 : Apa artinya D 1 ? Jawab : Untuk setiap panjang 9000 m, beratnya 1 gram. Soal 2 : Apa artinya Td 20 ? Jawab : Untuk setiap panjang 9000 meter, beratnya 20 gram. Soal 3 : Benang sutra panjangnya 2000 meter, beratnya 30 gram. Berapa D nya? Jawab : Berat 9000 meter benang = (9000/2000) x 30 gram = 85 gram. Jadi nomor benang tersebut D 85. (b) Penomoran cara tex (tex) Penomoran dengan cara ini digunakan untuk penomoran segala macam benang. Satuan berat yang digunakan ialah gram, sedang satuan panjangnya ialah 1000 meter. Tex menunjukkan berapa gram berat benang untuk setiap panjang 1000 meter. Penomeran cara Tex dinyatakan sebagai berikut : (c) Penomoran cara jute (Ts) Penomoran dengan cara ini digunakan untuk penomoran benang jute. Satuan berat yang digunakan ialah pound, sedang satuan panjangnya ialah 14.400 yard. Ts menunjukkan berapa pound berat benang untuk setiap panjang 14.400 yard. Berat (B) dalam gram D = Panjang (P) dalam 9000 m Berat dalam gram Tex = Panjang (P) dalam 1000 m 122 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengantar Ilmu Tekstil 1 Penomeran cara jute dinyatakan sebagai berikut: Contoh Soal Soal 1 : Apa artinya Ts 1 ? Jawab : Untuk setiap panjang 14.400 yard beratnya 1 pound. Soal 2 : Apa artinya Ts 20 ? Jawab : Untuk setiap panjang 14.400 yard beratnya 20 pound. c. Proses Pembuatan Benang Pada penjelasan terdahulu telah diuraikan mengenai prinsip pembuatan benang yang umumnya digunakan sejak jaman dahulu sampai sekarang, yaitu terdiri dari proses-proses peregangan serat, pemberian antihan dan penggulungan yang keseluruhannya disebut proses pemintalan. Selain itu, telah dijelaskan pula bahwa proses pemintalan yang sesungguhnya baru dilakukan setelah serat-serat mengalami proses-proses pendahuluan misalnya pembersihan, penguraian serat dari gumpalan-gumpalan dan lain-lain. Dahulu pembersihan dan penguraian serat hanya dilakukan menggunakan tangan, akan tetapi sekarang sudah menggunakan mesin mesin yang macamnya tergantung pada jenis serat yang digunakan. Untuk mempelajari macam macam mesin yang digunakan, perlu diketahui sistem yang digunakan pada proses pintal. Sistem-sistem tersebut antara lain: 1) Sistem Pintal Flyer Prinsip kerja system pintal flyer adalag sebagai berikut: Alat ini terdiri dari suatu spindel yang dapat diputar melalui roda pemutar spindel (1). Pada ujung spindel tersebut diterapkan flyer (2), sehingga apabila spindel berputar, flyer juga turut berputar. Bobin (3) di mana poros spindel dimasukkan, dapat berputar bebas dan dapat diputar tersendiri melalui roda pemutar bobin (4). Pada saat proses berlangsung, kelompok serat melalui puncak flyer, keluar Berat (B) dalam pound) Ts = Panjang (P) dalam 14.400 yard 123 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengantar Ilmu Tekstil 1 melalui lubang saluran benang (6) secara radial, lalu dibelitkan melalui kait pengantar benang (5) dari sayap flyer ke bobin (3) untuk digulung. Bobin dan flyer berputar dengan arah yang sama tetapi bobin lebih cepat sehingga terjadi penggulungan. Sedangkan putaran flyer digunakan untuk memberikan antihan pada benang. Gambar 31. Sistem pintal flyer Keterangan : 1. Roda Pemutar Spindel 2. Flyer 3. Bobin 4. Roda Pemutar Bobin 5. Kait Pengantar Benang 6. Lubang Saluran Benang Sistem ini digunakan untuk memintal serat-serat panjang seperti flax, henep, wol yang panjang dan sebagainya. Dalam pembuatan benang kapas, biasanya mesin roving sebelum mesin pintal benang yang sesungguhnya. 124 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengantar Ilmu Tekstil 1 2) Sistem Pintal Mule Sistem pintal mule ini menggunakan prinsip seperti pembuatan benang dengan kincir. Perbedaannya ialah pada pembuatan benang dengan kincir peregangan serat-serat dan penggulungan benang dilakukan dengan menjauhkan tangan yang memegang gumpalan serat dan mendekatkan pada spindel pada saat penggulungan benang, sedangkan pada proses dengan sistem mule, spindelnya yang digerakkan dan didekatkan pada waktu penggulungan. Sistem ini banyak digunakan untuk membuat benang dari wol yang kasar sampai yang halus. 3) Sistem Pintal Cap Untuk mempelajari prinsip ini dapat diikuti pada gambar berikut ini. Gambar 32. Sistem pintal cap Keterangan : 1. Cap atau topi 2. Spindel 3. Leher Spindel 4. Roda Pemutar Benang 5. Bobin 125 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengantar Ilmu Tekstil 1 Cap atau topi berbentuk seperti bel (1) yang dapat diletakkan pada ujung spindel (2). Karena poros bobin menyelubungi spindel, bobin dapat diputar walaupun spindelnya diam. Pada spindel diterapkan leher (3) yang dilekatkan pada roda(4) di mana terdapat bobin(5), sehingga roda (4), leher (3) dan bobin dapat berputar bersama-sama. Benang yang berasal dari rol depan melalui pengantar digulungkan pada bobin (5) dengan bergeser pada bobin cap (1). Karena terjadi gesekan antara benang dan bibir cap, dengan berputarnya bobin benang dapat tergulung. Bibir cap berfungsi sebagai pengantar benang. Putaran benang mengelilingi bibir cap, menghasilkan putaran atau antihan pada benang. Sistem ini banyak digunakan pada pembuatan benang dari wol. 4) Sistem Pintal Ring Sistem ini yang paling banyak digunakan untuk pembuatan benang. Hampir semua pabrik penghasil benang di Indonesia menggunakan sistem ini. System ini digunakan untuk serat serat yang relatif pendek, terutama serat kapas. Prinsip kerjanya dapat diikuti pada gambar di bawah ini. Spindel (1) diputar melalui pita. Bobin (4) yang berlubang dapat dimasukkan ke spindel sedemikian rupa, sehingga jika spindel berputar bobin turut pula berputar. Melingkari bobin tersebut terdapat ring (3) yang terletak pada landasan ring (2) yang dapat naik turun. Pada bibir ring dimasukkan semacam cincin kecil berbentuk “C” yang disebut traveller (5) dan berfungsi sebagai pengantar benang selama penggulungan. Agar benang tidak mengenai ujung spindel selama dipintal, di atas spindel dipasang pengantar benang (6) yang berbentuk seperti ekor babi. Benang dari rol depan melalui pengantar benang (6) selanjutnya digulung ke bobin yang lebih dahulu melalui traveller (5). Karena bobin berputar, traveller turut berputar mengelilingi bibir ring. Oleh karena traveller mengalami gesekan, putaran bobin lebih cepat dari pada traveller, sehingga terjadilah penggulungan benang pada bobin dan bersamaan dengan itu putaran traveller memberikan antihan pada benang. 126 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengantar Ilmu Tekstil 1 Gambar 33. Sistem pintal ring Keterangan : 1. Spindel 2. Landasan Ring 3. Ring 4. Bobin 5. Traveller 6. Pengantar benang 7. Pemisah Dasar-dasar perhitungan jumlah antihan, arah antihan dan hal-hal yang berhubungan dengan pemintalan ini akan diuraikan pada bab tersendiri. 5) Sistem Pintal Open-end Sistem pintal Open-end adalah cara pembuatan benang dimana bahan baku setelah mengalami peregangan seolah-olah terputus (terurai kembali) sebelum menjadi benang. Sistem ini berbeda dengan sistem yang diuraikan terdahulu. Pada sistem ini pemberian antihan tidak menggunakan putaran spindel tetapi dengan cara lain yaitu dengan menggunakangaya aerodinamik yang dihasilkan oleh putaran rotor. Salah satu prinsip pemintalan Open-end dapat dilihat pada gambar berikut ini: Next >