< Previous xix Pengantar Ilmu Tekstil 1 amrof : Daerah/bagian yang tidak teratur pada susunan rantai polimer antihan : Pemberian puntiran atau twist pada pembuatan benang benang : Susunan serat-serat yang teratur ke arah memanjang dengan diberi antihan benang spun : Benang hasil proses pemintala benang gintir : Benang yang tersusun dari dua atau lebih benang tunggal (single) benang lusi : Benang yang terletak searah dengan panjang kain atau sejajar dengan pinggir kain benang pakan : Benang yang terletak searah dengan lebar kain atau sejajar dengan lebar kain benang roving : Benang yang berasal dari mesin roving berupa sliver roving benang tali : Benang yang dibuat dari dua atau lebih benang gintir yang kemudian digintir lagi sehingga benang menjadi lebih tebal dan kuat carded yarn : Benang yang dihasilkan dari mesin carding chips : Butiran–butiran kecil dari polimer sebagai bahan baku serat, umumnya pada pemintalan leleh denier : Sistem penomeran benang/serat cara langsung yaitu berat benang/panjang 9.000 m GLOSARIUM xx Pengantar Ilmu Tekstil 1 drawing : Proses penarikan dalam pembuatan benang stapel yang berupa penarikan benang sliver oleh beberapa rol yang berpasangan, di mana kecepatan rol depan lebih tinggi daripada rol belakang sehingga terjadi penarikan dan perpanjangan elastisitas : Kemampuan serat untuk kembali ke panjang semula setelah mengalami penakan filamen : Serat yang sangat panjang umumnya adalah serat–serat sintetik, pada serat alam hanya terdapat pada sutra ginning : Proses pembersihan pada kapas untuk menghilangkan kotoran–kotoran berupa biji atau batang kapas dengan menggunakan mesin roller gin. homopolimer : Polimer yang terbentuk dari monomer–monomer yang sama katalsisator : Bahan atau zat kimia yang dapat mempercepat laju reaksi tanpa ikut bereaksi kehalusan : Besar kecilnya serat dinyatakan dengan tex atau denier yang merupakan perbandingan panjang dan berat suatu serat kekakuan : Sifat pegangan benang atau kain yang diukur berdasarkan jumlah twist pada benang, langsai kain, dan sebagainya kekuatan : Kemampuan benang untuk dapat menahan gaya yang diberikan pada benang tersebut sampai putus dinyatakan dalam gram atau kg kokon : Kepompong yang berasal dari air liur ulat sutra sebagai bahan dasar serat sutra kondensasi : Perubahan bentuk fasa dari fasa uap (gas) ke fasa cair atau ke fasa padat kopolimer : Polimer yang terdiri dari dua atau lebih monomer yang tidak sejenis xxi Pengantar Ilmu Tekstil 1 linter : Serat kapas yang sangat pendek yang menempel pada biji setelah proses ginning yang pertama lumen : Ruang kosong di dalam serat (selulosa) yang mempunyai bentuk dan ukuran bervariasi dari serat ke serat maupun sepanjang serat. Lumen berisi zat–zat padat yang merupakan sisa protoplasma yang sudah kering moisture Regain : Kandungan uap air terhadap berat pada kondisi tertentu moiture Content : Kandungan uap air terhadap berat kering pada kondisi standar monofilamen : Benang yang terdiri dari satu helai filament monomer : Senyawa kimia sederhana pembentuk polimer multi filamen : Filamen serat sintetik yang terdiri dari beberapa helai filamen yang halus mulur : Pertambahan panjang sebelum putus dinyatakan dalam % peregangan : adalah proses penarikan/penggeseran kedudukan serat-serat dalam sliver maupun hasil roving serat : adalah benda yang perbandingan panjang dan diameternya sangat besar spinneret : Pelat logam yang berlubang pada pembuatan filamen. Larutan polimer diekstruksi melalui lubang–lubang ini kemudian dipadatkan spinning : Proses pembuatan benang dengan cara pemintalan stapel : Serat dengan ukuran beberapa inci yang berasal dari filamen yang dipotong–potong atau serat pendek dari serat alam. twist : Pemberian puntiran pada proses pembuatan benang xxii Pengantar Ilmu Tekstil 1 wol garu : Wol yang diproses di mesin carding wol sisir : Wol yang diproses di mesin combing xxiii Pengantar Ilmu Tekstil 1 1. Bahan Ajar Pengantar Ilmu Tekstil 1 terdiri dari 2 unit. Unit 1 berisi tentang Pengetahuan Serat Tekstil, Unit 2 berisi tentang Pengetahuan benang tekstil. 2. Unit 1 berisi Pengetahuan Serat Tekstil dan terdiri dari 2 kompetensi dasar: memahami dan menganalisis pengetahuan faktual konseptual serat–serat tekstil, menalar dan mampu menyaji dalam ranah faktual dan ranah abstrak tentang serat tekstil. 3. Unit 2 berisi Pengetahuan Benang Tekstil dan terdiri dari 2 kompetensi dasar, yaitu memahami dan menganalisis pengetahuan faktual konseptual benang tekstil, menalar dan mampu menyaji dalam ranah faktual dan abstrak tentang benang. DESKRIPSI MODUL xxiv Pengantar Ilmu Tekstil 1 xxv Pengantar Ilmu Tekstil 1 Untuk menggunakan Modul Pengantar Ilmu Tekstil 1 ini perlu diperhatikan: 1. Kompetensi Inti dan Kompetensi dasar yang ada di dalam kurikulum 2. Materi dan sub-sub materi pembelajaran yang tertuang di dalam silabus 3. Langkah-langkah pembelajaran atau kegiatan belajar selaras model saintifik Langkah-langkah penggunaan modul: 1. Perhatikan dan pahami peta modul dan daftar isi sebagai petunjuk sebaran materi bahasan 2. Modul dapat dibaca secara keseluruhan dari awal sampai akhir tetapi juga bisa dibaca sesuai dengan pokok bahasannya 3. Modul dipelajari sesuai dengan proses dan langkah pembelajarannya di kelas 4. Bacalah dengan baik dan teliti materi tulis dan gambar yang ada di dalamnya. 5. Tandailah bagian yang dianggap penting dalam pembelajaran dengan menyelipkan pembatas buku. Jangan menulis atau mencoret-coret modul 6. Kerjakan latihan-latihan yang ada dalam unit pembelajaran 7. Tulislah tanggapan atau refleksi setiap selesai mempelajari satu unit pembelajaran CARA PENGGUNAAN MODUL xxvi Pengantar Ilmu Tekstil 1 xxvii Pengantar Ilmu Tekstil 1 KOMPETENSI INTI DAN KOMPTENSI DASAR MATA PELAJARAN PENGANTAR ILMU TEKSTIL Pengantar Ilmu Tekstil (C2) 1. Pengertian Mata pelajaran Pengantar Ilmu Tekstil mempelajari tentang Pengetahuan, dasar teknologi tekstil. 2. Rasional a. Hubungan dengan Pencipta Menghayati mata pelajaran Pengantar Ilmu Tekstil sebagai sarana untuk kesejahteraan dan kelangsungan hidup manusia. b. Hubungan dengan Sesama Manusia Menghayati mata pelajaran pengantar ilmu tekstil sebagai sarana untuk kesejahteraan dan kelangsungan hidup umat manusia. Menghayati pentingnya kolaborasi dan jejaring untuk menemukan solusi dalam pengembangan pengantar ilmu tekstil Menghayati pentingnya bersikap jujur, disiplin serta bertanggung jawab dalam pembelajaran pengantar ilmu tekstil c. Hubungan dengan Lingkungan Alam Menghayati pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dalam pengembangan pengantar ilmu tekstil. 3. Tujuan Mata pelajaran pengantar ilmu tekstil bertujuan untuk membentuk karakteristik siswa sebagai siswa yang mensyukuri anugerah Tuhan, dengan berfikir secara saintifik dalam membuat karya pewarnaan yang ramah lingkungan serta berbasis sosial budaya bangsa. 4. Ruang Lingkup Materi a. Kelas X Pelajaran Pengantar Ilmu Tekstil Meliputi : Serat tekstil Pembuatan benang KOMPERENSI INTI/KOMPETENSI DASAR (KI/KD) xxviii Pengantar Ilmu Tekstil 1 Pembuatan kain Penyempurnaan kain Desain pakaian jadi 5. Prinsip-prinsip Belajar, Pembelajaran dan Asesmen Pembelajaran merupakan proses ilmiah. Karena itu Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Pendekatan scientefic merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlansung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan sehingga akan memperoleh hasil yang diinginkan. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat non ilmiah. Proses pembelajaran tersebut diatas merupakan ciri dari pendekatan scientefic. Belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan masyarakat, guru bukan satu-satunya sumber belajar. Sikap tidak hanya diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan. Assesmen Asesmen otentik menicayakan proses belajar yang otentik pula. Menurut Ormiston belajar otentik mencerminkan tugas dan pemecahan masalah yang dilakukan oleh peserta didik dikaitkan dengan realitas di luar sekolah atau kehidupan pada umumnya. Asesmen semacam ini cenderung berfokus pada Next >