< Previous 107 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengantar Ilmu Tekstil 2 Jawab : Berat 9000 meter benang = x 30 gram = 85 gram. Jadi nomer benang tersebut D 85. Soal 4 : Nomer benang rayon Td 30. Berapa Nm nya? Jawab : Berat setiap 9000 m = 30 gram. Panjang 1 gram = 1/30 x 9000 m = 300 meter. Jadi nomer benang tersebut Nm 300. 2) Penomeran cara Tex (Tex). Cara ini digunakan untuk penomeran macam benang. Satuan berat yang digunakan ialah gram, sedangkan satuan panjangnya ialah 1000 meter. Tex menunjukkan berapa gram berat benang untuk setiap panjang 1000 meter. Rumusnya dapat ditulis: Tex 5 = Contoh Soal: Soal 1 : Apa artinya Tex 1? Jawab : Untuk setiap panjang 1000 m, beratnya 1 gram. Soal 2 : Apa artinya Tex 30? Jawab : Untuk setiap panjang 1000 meter, beratnya 30 gram. Soal 3 : Benang kapas panjangnya 2000 meter, beratnya 10 gram berapa Tex nya? Jawab : Berat 1000 meter benang = x 10 gram = 5 gram. Jadi nomer benang tersebut Tex 5. 108 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengantar Ilmu Tekstil 2 Soal 4 : Nomer benang rayon Tex 60. Berapa Td nya? Jawab : Berat 1000 m benang = 60 gram. Berat 9000 m benang = x 60 gr = 540 gram Jadi nomer benang tersebut Td 540. 3) Penomeran cara jute (Ts). Cara ini digunakan untuk penomeran benang jute. Satuan berat yang digunakan ialah pound, sedang satuan panjangnya ialah 14.400 yard. Ts menunjukkan berapa pound berat benang untuk setiap panjang 14.400 yards. Rumusnya dapat ditulis : Ts = Contoh soal Soal 1 : Apa artinya Ts 1? Jawab : Untuk setiap panjang 14.400 yards, beratnya 1 pound. Soal 2 : Apa artinya Ts 20? Jawab : Untuk setiap panjang 14.400 yards, beratnya 20 pound. Soal 3 : Benang jute panjangnya 28.800 yards berat 6 pounds. Berapa Ts nya? Jawab : Berat benang untuk setiap panjang 14.400 yards = x 6 pounds = 3 pounds. Jadi nomor benang adalah Ts 3 Benang-benang tunggal seringkali digintir untuk memperoleh benang yang lebih kuat, lebih tebal atau untuk memperoleh efek-efek lainnya. Komposisi dari benang-benang gintir dapat terjadi sebagai berikut: 109 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengantar Ilmu Tekstil 2 a) Nomer dan bahan sama. b) Nomer tidak sama, bahan sama. c) Bahan tidak sama tapi cara penomerannya sama. d) Bahan tidak sama dan penomerannya tidak sama. Contoh soal Soal 1 : 2 helai benang Ne1 40 digintir. Berapa Ne1 benang gintirnya? (Ne1 R) Jawab : Ne1 40 panjang 40 hanks, berat 1 lb Ne1 40 panjang 40 hanks, berat 1 lb Panjang 40 hanks benang gintir, beratnya 2 lbs. Jadi Ne1 R = 40/2 atau 20. Soal 2 : Sehelai benang Nm 20 digintir dengan sehelai benang Nm 30. Berapa Nm R nya? Jawab : Nm 20 panjang 20 m berat 1 gram atau panjang 30 m berat 1½ gram panjang 30 m berat 1 gram Panjang 30 m benang gintir, beratnya 2½ gr. Panjang setiap berat 1 gr = 1 Panjang setiap berat 1 gr = x 30m = 12 m. Jadi Ne1 R = 12. Soal 3 : Sehelai benang Td 20 digintir dengan sehelai benang Td30. Berapa Td R nya. Jawab : Td 20 panjang 9000 m, berat 20 gram atau Td 30 panjang 9000 m, berat 30 gram Panjang 9000 m benang gintir, beratnya 50 gram. Jadi Td R = 50 3. Tetal Benang Tetal benang adalah jumlah helai benang kusi atau pakan untuk suatu panjang tertentu dari kain (untuk lusi kearah lebar dan untuk pakan kearah panjang) 110 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengantar Ilmu Tekstil 2 Tetal lusi adalah jumlah benang lusi setiap panjang ukuran tertentu di ukur ke arah lebar kain Tetal pakan adalah jumlah benang pakan setiap lebar tertentu di ukur ke arah panjang kain. Tetal benang ini berpengaruh pada kerapatan benang pada kain. Alat yang dipakai untuk menentukan tetal benang ini ada beberapa macam, yaitu : a. Dengan kaca pembesar satu inci b. Dengan kaca penghitung yang bergeser c. Dengan cara urai benang Cara pertama dan kedua hampir sama, hanya pada cara kedua, kaca pembesar dipasangkan pada pengantar suatu alat yang mempunyai jarum penunjuk, (lihat gambar di bawah ini). Cara ketiga dilakukan pada kain yang sukar dilihat benangnya, misalnya benang yang terlalu rapat, kain handuk, kain beludru, kain rangkap dan sebagainya. Dalam melakukan pemeriksaan jumlah tetal benang pada kain, jangan dilakukan pemeriksaan pada bagian yang dekat dengan tepi kain (sampai 10 cm dari tepi kain). Dalam melakukan jumlah tetal benang, kain harus diletakkan perlahan pada permukaan yang rata. Kalau jumlah benang lebih dari 25 helai per inci, pemeriksaan per inci harus dilakukan pada 5 tempat yang berbeda. Jangan dilakukan pemeriksaan pada tempat yang sama lusi atau pakannya. Apabila tetal benang kurang dari 25 helai per inci, maka jumlah benang harus dihitung tiap 3 inci. Pemeriksaan ini juga dilakukan pada 5 tempat yang berbeda. 111 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengantar Ilmu Tekstil 2 Gambar 46. Loupe Tetal benang per inci adalah rata-rata dari kelima hasil pengamatan itu. Untuk kain yang mempunyai lebar kurang dari 3 inci, maka jumlah benang seluruhnya harus dihitung, kemudian tetal benang dinyatakan rata-rata per inci. 4. Lebar Kain Lebar kain sangat berpengaruh terhadap konstruksi kain karena menentukan secara langsung kemampuan mesin tenun yang akan digunakan dalam hal lebar sisir. Mesin tenun dapat dipergunakan untuk membuat kain sesuai konstruksi apabila lebar sisir lebih besar dibanding lebar kain. Pengaruh lebar kain terhadap konstruksi tampak jelas sebagaimana cara penulisan Konstruksi Kain berikut : Nomor Benang Lusi x Nomor Benang Pakan푇푒tal Lusi x Tetal Pakan x Lebar Kain Contoh penulisan konstruksi kain : Ne1 40/2 ′s CT x Ne1 40 ′s CT86 x 70 x 45" 112 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengantar Ilmu Tekstil 2 Keterangan : 40/2 ’s CT = Nomor benang lusi Ne1 40/2 ’s, benang gintir, jenis benang cotton 40 ’s CT = Nomor benang lusi Ne1 40 ’s, benang single, jenis benang cotton 86 = Tetal Lusi (jumlah benang lusi dalam satuan panjang) = 86 helai/inchi 70 = Tetal Pakan (jumlah benang pakan dalam satuan panjang) = 70 helai/inchi 45 = Lebar kain = 45 inchi E. Rangkuman Dalam menentukan standar konstruksi kain terdapat unsur-unsur yang meliputi anyaman, nomor benang, tetal benang lusi dan pakan per satuan panjang dan lebar kain Anyaman polos merupakan anyaman yang paling sederhana yang memiliki repeat anyaman 2 kotak untuk 2 helai untuk benang lusi dan pakan. Diagram anyaman polos beserta skema bagaimana benang lusi menyilang pada benang pakan atau bagaimana benang pakan menyilang pada benang lusi dapat dilihat pada gambar berikut ini. Gambar diagram anyaman polos Dalam perjalanannnya anyaman polos berkembang menjadi anyaman polos dan turunannya, anyaman keper dan turunannya, serta anyaman 113 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengantar Ilmu Tekstil 2 satin dan turunannya. Rencana tenun adalah suatu diagram yang memberikan petunjuk tentang hubungan antara anyaman, cucukan (draft/drawing plan), rencana ikatan dan cara pengangkatan gun atau rencana paku (peg / lifting plan). Rencana tenun dapat dibedakan antara rencana tenun dengan menggunakan rol kerek atau dengan peralatan dobby. Dibawah ini adalah contoh rencana paku dengan anyaman keper kanan 2/2. Gambar Rencana Tenun Keper Kanan 2/2 Agar semua proses pembuatan kain/ bahan tekstil bisa dihitung dan direncanakan secara pasti, maka ditentukanlah sistem penomeran benang. Ada dua system penomeran benang, yaitu: a) Sistem langsung, dimana makin besar nomer benang, berarti makin besar diameter benang nya. Ini biasanya dipakai untuk penomeran benang- benang fillament yarn. b) Sistem tak langsung, dimana makin besar nomer benang, berarti makin kecil diameter benang nya. Sistim ini digunakan untuk benang benang spun yarn. Tetal benang adalah jumlah helai benang kusi atau pakan untuk suatu panjang tertentu dari kain (untuk lusi kearah lebar dan untuk pakan kearah panjang). Tetal lusi adalah jumlah benang lusi setiap panjang ukuran tertentu di ukur ke arah lebar kain. Tetal pakan adalah jumlah benang pakan setiap lebar tertentu di ukur ke arah panjang kain. Tetal benang ini berpengaruh pada kerapatan benang pada kain. 114 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengantar Ilmu Tekstil 2 Lebar kain sangat berpengaruh terhadap konstruksi kain karena menentukan secara langsung kemampuan mesin tenun yang akan digunakan dalam hal lebar sisir. Mesin tenun dapat dipergunakan untuk membuat kain sesuai konstruksi apabila lebar sisir lebih besar dibanding lebar kain. Pengaruh lebar kain terhadap konstruksi tampak jelas sebagaimana cara penulisan Konstruksi Kain berikut : Nomor Benang Lusi x Nomor Benang Pakan푇푒tal Lusi x Tetal Pakan x Lebar Kain F. Penilaian Penilaian Kompetensi Sikap Instrumen pengamatan/observasi Instrumen sikap cermat dan teliti dalam melakukan pembelajaran konstruksi kain Nama : __________________ Kelas : __________________ Aktivitas Peserta didik Peserta didik melakukan pembelajaran bahan baku kain Rubrik Petunjuk: Lingkarilah 1 bila aspek karakter belum terlihat (BT) 2 bila aspek karakter mulai terlihat (MT) 3 bila aspek karakter mulai berkembang (MB) 4 bila aspek karakter menjadi kebiasaan (MK) Lembar Observasi NO Aspek-aspek yang dinilai Skor BT MT MB MK 1. Tepat dalam menuliskan hasil pengamatan, merangkum pertanyaan untuk menggali dan menemukan permasalahan, 1 2 3 4 115 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengantar Ilmu Tekstil 2 NO Aspek-aspek yang dinilai Skor BT MT MB MK mengumpulkan data/informasi, dan mencatat hasil diskusi 2. Menggunakan media/alat bantu pembelajaran sesuai fungsi dan kegunaannya 1 2 3 4 3. Melaksanakan presentasi hasil hasil pengumpulan informasi, data hasil pembelajaran dan kesimpulan yang berhasil dibuat dengan benar 1 2 3 4 Jumlah skor (4 x 3) x 10 Skor maksimal: 12 Penilaian Kompetensi Pengetahuan Instrumen Penilaian Pengetahuan Nama : ______________________________ Kelas : ______________________________ Jawablah pertanyaan berikut ini dengan tepat ! Soal : Kerjakan soal dibawah ini dengan jawaban jelas! 1. Jelaskan yang dimaksud metode diagram anyaman polos beserta gambarnya! 2. Apa yang dimaksud dengan rencana tenun? 3. Gambarkan rencana tenun keper kanan 2/2! 4. Apa yang dimaksud system penomoran langsung dan tidak langsung? 5. Terangkan yang dimaksud dengan tetal benang, tetal benang lusi dan tetal benang pakan? 116 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengantar Ilmu Tekstil 2 Kunci Jawaban 1. Anyaman polos merupakan anyaman yang paling sederhana yang memiliki repeat anyaman 2 kotak untuk 2 helai untuk benang lusi dan pakan. Diagram anyaman polos beserta skema bagaimana benang lusi menyilang pada benang pakan atau bagaimana benang pakan menyilang pada benang lusi dapat dilihat pada gambar berikut ini. Gambar Diagram Anyaman Polos 2. Rencana tenun adalah suatu diagram yang memberikan petunjuk tentang hubungan antara anyaman, cucukan (draft/drawing plan), rencana ikatan dan cara pengangkatan gun atau rencana paku (peg / lifting plan). Rencana tenun dapat dibedakan antara rencana tenun dengan menggunakan rol kerek atau dengan peralatan dobby. Dibawah ini adalah contoh rencana paku dengan anyaman keper kanan 2/2. Next >