< Previous 137 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengantar Ilmu Tekstil 2 Gambar 52. Mesin bakar bulu silinder Keterangan : 1. Rol Pengantar 2. Kain 3. Silinder b) Mesin Pembakar Bulu Gas Dibandingkan dengan mesin-mesin pembakar bulu yang lain, mesin pembakar bulu gas lebih sempurna hasilnya. Semua jenis kain dapat dibakar sempurna dan tidak tergantung dari bentuk anyaman/tenunan kain. Mesin pembakar bulu gas termasuk pembakar bulu langsung karena kain langsung dilewatkan pada nyala api yang berwarna biru kehijauan. Nyala api langsung ini didapatkan dari pencampuran gas dan udara dengan perbandingan tertentu yang pencampurannya dilakukan dengan blower. 138 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengantar Ilmu Tekstil 1 Gambar 53. Mesin pembakar bulu Keterangan : A. Rol penegang B. Rol pengering C. Rol sikat D. Ruang pembakar E. Burner F. Rol pendingin G. Bak pemadam api H. Padder I. Playtor Gas yang digunakan bisa diperoleh dari: 1) LPG 2) Minyak solar yang dipanaskan 3) Minyak tanah yang dipanaskan 4) Bensin yang dipanaskan 5) Gas alam seperti propan 5) Proses Penghilangan Kanji Sebelum ditenun benang lusi dikanji untuk menambah kekuatan dan daya gesek yang tinggi. Benang lusi yang tidak 139 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengantar Ilmu Tekstil 2 dikanji kekuatannya rendah, mudah putus sehingga mengurangi mutu kain dan efisiensi produksi. Kanji bersifat menghalangi penyerapan (Hidrofob) larutan baik dalam proses pemasakan, pengelantangan, pencelupan, pencapan, dan penyempurnaan khusus sehingga hasil proses tersebut kurang sempurna. Pada proses pencelupan dan pencapan zat warna tidak bisa masuk kedalam serat sehingga warna luntur dan tidak rata. Prinsip penghilangan kanji Agar kanji larut dalam air kanji harus dihidrolisa atau dioksidasi menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga rantai molekulnya lebih pendek dan mudah larut dalam air. Untuk menghilangkan kanji dikenal beberapa cara: a) Perendaman b) Asam Encer c) Alkali Encer d) Enzym e) Oksidator Pemeriksaan Hasil Proses Penghilangan Kanji Untuk mengetahui hasil proses penghilangan kanji, perlu dilakukan pengujian dengan menggunakan zat pereaksi larutan KJ Jodium. Cara pembuatan larutan KJ Jodium adalah 10 gram/liter KJ (Joodikal) dan 10 gram jodium dilarutkan ke dalam 1 liter larutan. Dari hasil pengujian bahan yang sudah diproses penghilangan kanji ditetasi dengan laurtan KJ Jodium akan timbul warna yang menunjukkan tingkat kesempurnaan hasil proses yaitu sebagai berikut: NO WARNA YANG TIMBUL ARTI WARNA TERSEBUT 1. Biru Kain mengandung kanji 2. Ungu Kain mengandung dekstril 3. Merah Kain mengandung eritrodekstrin 140 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengantar Ilmu Tekstil 1 NO WARNA YANG TIMBUL ARTI WARNA TERSEBUT 4. Coklat Kain mengandung akro dekstrin maltose/glukosa 5. Biru kehijau-hijauan Kain mengandung polivil alkohol 6) Proses Pemasakan Pemasakan adalah merupakan bagian dari proses persiapan pencelupan dan pencapan. Dengan proses pemasakan bagian dari komponen penyusun serat berupa minyak-minyak, lemak, lilin, kotoran-kotoran yang larut dan kotoran-kotoran kain yang menempel pada permukaan serat dapat dihilangkan. Apabila komponen-komponen tersebut dapat dihilangkan maka proses selanjutnya seperti pengelantangan, pencelupan, pencapan dan sebagainya dapat berhasil dengan baik. Serat-serat alam seperti kapas, wol dan sutera mengandung komponen banyak sekali dan merupakan bagian serat yang tidak murni, komponen yang tidak murni ini perlu dihilangkan dengan proses pemasakan, sedangkan pada serat buatan, kemurnian seratnya lebih tinggi sehingga fungsi pemasakan dapat disamakan dengan pencucian biasa, untuk mengilangkan kotoran-kotoran pada kain. Pada dasarnya proses pemasakan serat-serat alam dilakukan dengan alkali seperti natrium hidroksida (NaOH), natrium carbonat (Na2CO3) dan air kapur, campuran natrium carbonat dan sabun, amoniak dan lain-lain. Sedangkan pemasakan serat buatan (sintetik) dapat dilakukan dengan zat aktif permukaan yang bersifat sebagai pencuci (detergen). Teknik Pemasakan Ditinjau dari sistem yang digunakan, proses pemasakan dapat digolongkan menjadi 2 macam, yaitu pemasakan sistem tidak kontinyu (discontinue) contohnya pemasakan dengan bak, mesin Jigger, mesin Haspel, mesin Clapbau, mesin Kier Ketel 141 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengantar Ilmu Tekstil 2 dan pemasakan sistem kontinyu (continue) contohnya pemasakan dengan mesin padd roll Artos, Roller Bed. Sedangkan kalau ditinjau dari tekanan mesin yang digunakan, proses pemasakan dibagi menjadi 2 macam, yaitu pemasakan tanpa tekanan misalnya menggunakan bak, mesin Jigger, Haspel, Clapbau, J-Box dan L-Box dan pemasakan dengan tekanan, misalnya menggunakan mesin Kier Ketel, Jigger Tertutup. 7) Proses Pengelantangan Pengelantangan dikerjakan terhadap bahan tekstil bertujuan menghilangkan warna alami yang disebabkan oleh adanya pigmen-pigmen alam atau zat-zat lain, sehingga diperoleh bahan yang putih. Pigmen-pigmen alam pada bahan tekstil umumnya terdapat pada bahan dari serat-serat alam baik serat tumbuhtumbuhan maupun serat binatang yang tertentu selama masa pertumbuhan. Sedangkan bahan tekstil dari serat sintetik tidak perlu dikelantang, karena pada proses pembuatan seratnya sudah mengalami pemurnian dan pengelantangan, tetapi untuk bahan tekstil yang terbuat dari campuran serat sintetik dan serat alam diperlukan proses pengelantangan terutama prosesnya ditujukan terhadap serat alamnya. Untuk menghilangkan pigmen-pigmen alam tersebut hanya dapat dilakukan dalam proses pengelantangan dengan menggunakan zat pengelantang yang bersifat oksidator atau yang bersifat reduktor. Pengelantangan dapat dilakukan sampai memperoleh bahan yang putih sekali, misalnya untuk bahan-bahan yang akan dijual sebagai benang putih atau kain putih, tetapi dapat pula dilakukan hanya sampai setengah putih khususnya untuk bahan-bahan yang akan dicelup atau berdasarkan penggunaan akhirnya. 142 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengantar Ilmu Tekstil 1 a) Zat Pengelantang Dalam pertekstilan dikenal dua jenis zat pengelantang yaitu zat pengelantang yang bersifat oksidator dan yang bersifat reduktor. Zat pengelantang yang bersifat oksidator pada umumnya digunakan untuk pengelantangan serat-serat selulosa dan beberapa di antaranya dapat pula dipakai untuk serat-serat binatang dan seat-serat sintetis. Sedangkan zat pengelantang yang bersifat reduktor hanya dapat digunakan untuk pengelantangan serat-serat binatang. Zat pengelantang yang bersifat oksidator ada dua golongan, yaitu yang mengandung khlor dan yang tidak mengandung khlor. Zat pengelantang oksidator yang mengandung khlor, di antaranya: (1) Kaporit (CaOCl2) (2) Natrium hipokhlorit (NaOCl) (3) Natrium khlorit (NaOClO2) Zat pengelantang oksidator yang tidak mengandung khlor, di antaranya: (1) Hidrogen peroksida (H2O2) (2) Natrium peroksida (Na2O2) (3) Natrium perborat (NaBO3) (4) Kalium bikhromat (K2Cr2O7) (5) Kalium permanganat (KMnO2) Zat Pengelantang yang bersifat reduktor, antara lain: (1) Sulfur dioksida (SO2) (2) Natrium sulfit (Na2SO3) (3) Natrium bisulfit (NaHSO3) (4) Natrium hidrosulfit (Na2S2O4) b) Pengelantangan pada Bahan Tekstil Proses pengelantangan bahan tekstil dapat dilakukan tidak terhadap semua jenis bahan dari serat yang berbeda dengan zat pengelantang yang sama, tetapi harus dipilih kesesuaiannya agar dapat memperoleh hasil yang baik. 143 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengantar Ilmu Tekstil 2 Bahan tekstil dari serat selulosa seperti kapas dan rayon viskosa dapat dikelantang dengan kaporit, natrium hipokhlorit dan hidrogen peroksida. Pengelantangan rayon viskosa biasanya menggunakan natrium hipokhlorit akan lebih aman daripada dengan kaporit. Sedangkan pengelantangan dengan hidrogen peroksida juga lebih baik, karena tidak terjadi kerusakan serat, tetapi harganya lebih mahal dan memerlukan pemanasan. Untuk serat protein tidak dapat dikelantang dengan zat oksidator yang mengandung khlor, karena dapat terjadi kerusakan serat oleh khlor, sehingga lebih baik pengelantangan serat protein dapat digunakan dengan zat pengelantang yang tidak mengandung khlor seperti hidrogen peroksida dan zat pengelantang yang bersifat reduktor. Sedangkan bahan dari serat sintetik dan rayon asetat paling baik dikelantang dengan natrium khorit (Textone) dalam suasana asam. Rayon asetat dapat pula dikelantang dengan natrium hipokhlorit dalam suasana asam. c) Pemutihan Optik Penggunaan zat pemutihan optik kaitannya dengan bahan hasil pengelantangan adalah untuk dapat menambah kecerahan bahan karena pembesaran pantulan sinar, sehingga kain putih yang diberi zat pemutihan optik nampak lebih putih dan lebih cerah. Pembesaran pantulan sinar ini disebabkan karena zat pemutihan optik bersifat fluoressensi. Sinar ultraviolet yang diserap bahan dan selanjutnya diubah menjadi sinar-sinar yang panjang gelombangnya berubah-ubah. Fluoressensi violet sampai hijau kebiru-biruan banyak digunakan untuk zat pemutih karena mengandung warna kuning yang memisah, sehingga dapat dilihat dengan mata dan dapat berkilau bila menyerap sinar ultra violet. 144 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengantar Ilmu Tekstil 1 Zat pemutihan optik yang efektif, paling sedikit mengandung 4 ikatan rangkap yang letaknya berselang-seling dengan ikatan tunggal seperti : Penggunaan zat pemutihan optik tergantung dari hasil akhir bahan, sehingga dapat dipakai tersendiri atau bersama-sama dengan proses penyempurnaan khususnya. d) Pemeriksaan keputihan hasil pengelantangan Pemeriksaan hasil pengelantangan dapat dilihat secara visual dengan cara membandingkan bahan yang dikelantang dengan standar keputihan yang dikehendaki. Untuk menyatakan derajat keputuhan dari hasil pengelantangan dapat pula diukur terhadap persentase pantulan sinar (% refraktan). Makin besar % pantulan sinar maka bahan tersebut makin putih. 8) Proses Merserisasi Proses merserisasi yaitu pemberian tegangan pada benang atau kain selama proses menimbulkan efek kilau yang bersifat tetap, sedangkan pengerjaan tanpa tegangan memberikan pertambahan mulur yang besar. Serat kapas akan menggembung secara lateral dan mengkeret ke arah panjangnya bila direndam dalam larutan soda kostik pekat. Perubahan dimensi ini diikuti oleh perubahan-perubahan penting pada sifat-sifat benang maupun kain yang terbuat dari serat tersebut, seperti meningkatnya: a) Kekuatan tarik b) Higroskopisitas (moisture regan) c) Daya serap terhadap zat warna dan d) Reaktifitasnya terhadap pereaksi-pereaksi kimia. 145 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Pengantar Ilmu Tekstil 2 Gambar 54. Pengamatan serat menggunakan mikroskop Keterangan gambar: Pengamatan dengan mikroskop memperlihatkan bahwa penggelembungan belum terjadi pada konsentrasi soda kostik 7%. Pada saat itu serat hanya mengalamai pembebasan puntiran dan perubahan penampang lintang menjadi lonjong sesuai dengan tahap 1-3. Pada konsentrasi di atas 7% mulai terjadi penggembungan ke arah dalam dan mencapai maksimum pada konsentrasi sedikit di atas 11% di mana lumen nampak hanya sebagai celah sempit (tahap 4). Pada konsentrasi yang lebih tinggi mulai terjadi penggembungan ke arah luar dan mencapai maksimumnya pada konsentrasi 13,5%. Sebagian literatur menyebutkan penggembungan maksimum pada konsentrasi 18%. Perbedaan tersebut bisa saja terjadi karena perbedaan serat kapas dan metoda yang digunakan selama penelitian. Daur Ulang Soda Kostik (Remerser) Berdasarkan pertimbangan ekonomis dan lingkungan pemasangan peralatan daur ulang soda kostik menjadi sangat penting artinya bila menyangkut buangan larutan soda kostik dalam jumlah besar yang berasal dari proses merserisasi. Alternatif lain adalah pemakaian kembali proses-proses lain seperti pemasakan, pengelantangan dan pembejanaan pada pencelupan dengan zat warna bejana, asalkan larutan tersebut cukup bersih. Namun demikian merserisasi biasanya menghasilkan larutan dengan konsentrasi yang jauh lebih rendah (3-5%) daripada yang dibutuhkan untuk proses-proses tersebut, sehingga pilihan untuk melakukan daur ulang menjadi nampak lebih menarik. 146 Direktorat Pembinaan SMK 2013Pengantar Ilmu Tekstil 1 Pendaurulangan soda kostik umumnya dikerjakan berdasarkan sistem penguapan (vaporization), dimana larutan soda kostik yang terkumpul dipanaskan hingga encapai titik didihnya melalui kontak dengan elemen pemanas. Air akan menguap dan meninggalkan larutan soda kostik yang lebih pekat. Pendaurulangan baru dikatakan memiliki nilai ekonomis bila konsentrasi soda kostik yang dihasilkan tidak kurang dari 20%. Cara ini tidak dapat dilakukan pada merserisasi grey karena kanji yang berasal dari kain akan menyebabkan pendaurulangan menjadi sulit dan mahal. Akan tetapi penilaian yang dilakukan Universitas Inssbruk, Jerman mengindiksikan beberapa metoda, seperti pengerjaan dengan peroksida, yang dapat dipakai untuk memurnikan larutan yang terkontaminasi seperti pada merserisasi grey. 9) Proses Pemantapan Panas Heat Setting adalah proses fisika kain berupa pemantapa panas dengan iini distribusi molekul – molekul serat yang belum teratur akan tertarik dan tersusun sejajar satu dengan yang lainya, sehingga kestabilan dimensi tercpai, Dan juga terjadi pengesetan lebar kain sehingga didapat lebar jadi sesuai dengan ketentuan dan peningkatan penampakan kain. Disini juga terdpat proses penganjian, pemutih optic dan pencelupan, Penganjian adalah proses untuk membentuk lapisan tipis dan megisi celah–celah pada kain. Tujuan proses penganjian yaitu : Menyempurnakan kenampakan kain. Menstabilkan dimensi pada kain Menambah berat kain. Memperbiki kekuatan dan pegangan kain. a) Mekanisme Proses Proses heat setting pada intinya adanya pemanasan kain sampai suhu tertentu yaitu mendekati titik leleh. Setelah itu dilakukan pendinginan dengan segera, suhu pemanasn tergantung dri jenis serat dan cara pemantapan, pendinginan pada suhu 60o C. Next >